Defisit APBN 2019 Makin Lebar, Pertanda Apa?

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
22 June 2019 19:30
Sampai akhir Mei 2019, total defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencapai Rp 127,5 triliun atau 0,79% dari PDB.
Foto: Sri Mulyani Pimpin Upacara hari Kesaktian Pancasila (CNBC Indonesia/Lidya Kembaren)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sampai akhir Mei 2019, total defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 mencapai Rp 127,5 triliun atau 0,79% dari produk domestik bruto (PDB). Defisit ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang jumlahnya Rp 93,5 triliun.

Defisit yang membengkak ini sebenarnya menjadi pertanda apa?


Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun masih menebak-nebak apakah ini pertanda ekonomi melemah, kendati defisit hingga Mei 2019 ini masih di bawah target APBN 2019 yang sebesar Rp 296 triliun.

"Defisit agak meningkat waktu ekonomi drop. Waktu ekonomi membaik maka defisit mengecil. Sampai Mei defisit tidak mengikuti arah atau agak sedikit meningkat. Inilah yang kami harus lihat tanda-tanda ekonomi apakah menguat atau apa ada tanda-tanda pelemahan," kata Sri Mulyani dalam paparan APBN terkini di kantornya, Jumat (21/6/2019).

Meski begitu, Sri Mulyani mengatakan ada sentimen positif bila dilihat dari keseluruhan penerimaan negara pada periode tersebut.


Sampai akhir Mei 2019 total penerimaan negara mencapai Rp 728,5 triliun atau 33,4% dari target APBN 2019 yang sebesar Rp 2.165,1 triliun.

Pertumbuhan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) hingga akhir Mei 2019 juga turun menjadi hanya 8,6%. Pada Mei 2018 pertumbuhan PNBP mencapai 18,1%.

Sementara, jika ditelisik lebih jauh dari sisi pendapatan negara, memang terlihat adanya tren pelemahan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.


Lebih lanjut, ia memaparkan, penerimaan pajak yang menjadi wewenang Direktorat Jenderal Pajak (DJP) tercatat hanya tumbuh 2,4% hingga April 2019, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pemerintah pun mulai waspada.

Sri Mulyani mengatakan penerimaan pajak hingga akhir Mei 2019 mencapai Rp 496,6 triliun atau baru mencapai 31,5% dari target APBN 2019 yang sebesar Rp 1.786,4 triliun.

"Untuk pendapatan DJP dalam hal ini termasuk PPh Migas Rp 496,6 triliun atau tumbuh 2,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh 14,2% ini sangat rendah. Ini kita harus mulai hati-hati," pungkas Bendahara Negara.

Adapun, pertumbuhan pendapatan negara hingga akhir Mei 2019 hanya tumbuh 6,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara jika dibandingkan dengan Mei 2018 lalu, pertumbuhan pendapatan negara bisa mencapai 15,5%.


(prm) Next Article Mengukur Defisit APBN Awal Tahun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular