AS-Iran di Ambang Perang Gara-gara Drone, Ini Ceritanya

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
21 June 2019 17:22
Tindakan Iran menembak pesawat tak berawak atau drone militer milik Amerika Serikat (AS) menyeret kedua negara itu ke ambang peperangan.
Foto: Drone MQ-4C Triton (Navy/Handout via REUTERS)
Jakarta, CNBC Indonesia - Tindakan Iran menembak pesawat tak berawak atau drone militer milik Amerika Serikat (AS) menyeret kedua negara itu ke ambang peperangan. Hubungan keduanya yang telah memanas sejak setahun terakhir kini semakin tegang.

Pengawal Revolusi Iran mengatakan menembak sebuah drone milik AS, Kamis (20/6/2019). Teheran mengatakan, drone pengawasan tak bersenjata Global Hawk itu tengah melakukan misi mata-mata di wilayah udara negara Islam itu.


Namun, Washington mengatakan drone-nya ditembak jatuh di wilayah udara internasional.

Media pemerintah Iran mengatakan drone mata-mata itu ditembak di atas provinsi sebelah selatan Iran, Hormozgan, yang terletak di wilayah Teluk.

Gara-gara Drone, AS-Iran di Ambang PerangFoto: Angkatan Udara AS menyiapkan drone militer AS RQ-4A Global Hawk. (HO via Reuters)

Sementara itu, seorang pejabat AS mengatakan pesawat tak berawak itu ditembak di wilayah udara internasional di atas Selat Hormuz. Selat itu dilewati sekitar sepertiga pengiriman minyak dunia yang keluar dari Teluk.

Beberapa waktu lalu, dua kapal tanker minyak (Front Altair milik Norwegia dan Kokuka Courageous milik Jepang) mengalami kerusakan yang cukup berat akibat ledakan ketika berlayar di dekat Selat Hormuz. AS menuduh Iran sebagai dalang serangan itu yang segera dibantah oleh Teheran.

Letnan Jenderal, Joseph Guastella, seorang komandan Angkatan Udara AS di Timur Tengah, mengatakan drone itu ditembak di ketinggian sekitar 34 kilometer dari wilayah tepi pantai Iran.


"Ini adalah serangan tanpa alasan terhadap aset pengintai AS yang tidak melanggar wilayah udara Iran," ujarnya, dilansir dari Reuters.

Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, menulis di akun resmi Twitter-nya bahwa pesawat tak berawak itu diterbangkan dari Uni Emirat Arab dalam mode sembunyi-sembunyi dan melanggar wilayah udara Iran.

Konfirmasi independen lokasi penembakan drone itu tidak tersedia.

Sebuah pernyataan dari Pengawal Revolusi Iran menyebutkan, transponder identifikasi drone tersebut telah dimatikan sehingga melanggar aturan penerbangan dan terbang dalam kerahasiaan penuh ketika ditembak, menurut laporan lembaga penyiaran negara Iran, IRIB.


"Wilayah udara kami adalah garis merah kami dan Iran akan selalu merespons dan akan terus merespons terhadap setiap negara yang melanggar wilayah udara kami," kata sekretaris Dewan Keamanan Nasional Iran, Ali Shamkhani.

Sementara Brigadir Jenderal, Amirali Hajizadeh, komandan dari pasukan elit angkatan udara Iran, yaitu Revolutionary Guards, mengatakan pihaknya sudah memberikan peringatan sebanyak dua kali sebelum menembak drone tersebut.

"Sayangnya mereka tidak membalas peringatan tersebut, dan pesawat tersebut tidak mengubah arah, akhirnya kami berkewajiban menembak jatuh drone tersebut," kata Amirali.

Presiden AS, Donald Trump, mengatakan kepada wartawan bahwa Iran mungkin tidak sengaja menjatuhkan pesawat pengintai tak berawak AS itu.

"Saya merasa sulit untuk percaya (insiden) itu disengaja," kata Trump dalam pertemuan di Gedung Putih dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.

"Saya pikir mereka membuat kesalahan, dan saya tidak hanya berbicara tentang negara itu yang membuat kesalahan. Saya pikir seseorang di bawah komando negara itu membuat kesalahan besar," kata Trump, mengutip CNBC International.



Sebelumnya pada Kamis, Trump memposting di Twitter dan mengatakan "Iran membuat kesalahan yang sangat besar!"

Surat kabar The New York Times juga melaporkan bahwa Trump ternyata sempat menyetujui serangan militer terhadap Iran, Jumat (21/6/2019), sebagai balasan atas penembakan drone negaranya.

Namun, sang presiden segera membatalkan peluncuran serangan itu, menurut laporan surat kabar itu yang mengutip beberapa pejabat senior yang terlibat atau mengetahui pembahasan tersebut.

Para pejabat Iran pada Jumat, mengatakan kepada Reuters bahwa Teheran telah menerima pesan dari Trump melalui Oman semalam tadi bahwa serangan AS terhadap Iran akan segera terjadi.

"Dalam pesannya, Trump mengatakan dia menentang setiap perang dengan Iran dan ingin berbicara dengan Teheran tentang berbagai masalah ...," kata salah satu pejabat yang tidak ingin disebutkan namanya kepada Reuters.

Gara-gara Drone, AS-Iran di Ambang PerangFoto: Pesawat tanpa awak (drone) RQ-4 Global Hawk. (Air Force/Bobbi Zapka/Handout/Files via REUTERS)

"Dia memberi waktu singkat untuk mendapatkan tanggapan kami, tetapi tanggapan langsung Iran adalah bahwa itu tergantung pada Pemimpin Tertinggi (Ayatollah Ali) Khamenei untuk memutuskan tentang masalah ini," lanjutnya.

"Kami menegaskan bahwa pemimpin kami menentang setiap pembicaraan, tetapi pesan tersebut akan disampaikan kepadanya (Khameini) untuk membuat keputusan ... Namun, kami mengatakan kepada pejabat Oman bahwa setiap serangan terhadap Iran akan memiliki konsekuensi regional dan internasional," kata pejabat kedua, mengutip laporan Reuters.


Ketegangan antara Iran dan AS bermula setahun lalu ketika Trump menarik negaranya dari perjanjian nuklir dengan Iran dan beberapa negara lain. Karenanya, ia juga menerapkan kembali sanksi ekonomi terhadap Iran yang bertujuan menghapuskan seluruh ekspor minyak negara Islam itu.

Padahal, perjanjian yang dibuat di 2015 itu berisi penarikan sanksi terhadap Iran dengan imbalan penghentian program nuklir Republik Islam tersebut. Iran beberapa waktu lalu akhirnya memulai kembali program pengayaan uraniumnya.

Saksikan video mengenai ketegangan AS-Iran berikut ini.

[Gambas:Video CNBC]


(wed) Next Article Iran Klaim Sudah Beri Peringatan Sebelum Tembak Drone AS

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular