Deretan Menteri yang 'Tanggung Jawab' Atas Kejengkelan Jokowi

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
14 June 2019 10:35
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan keheranannya dan tak habis pikir soal masalah defisit transaksi berjalan
Foto: Arie Pratama
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan keheranannya dan tak habis pikir soal masalah defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang bertahun-tahun tak kunjung bisa diselesaikan para 'pembantunya'.

Dalam berbagai kesempatan, kepala negara tak segan mengungkapkan kekecewaannya terhadap kinerja para menteri Kabinet Kerja, karena tak mampu mengatasi masalah CAD yang sudah mengakar.

Kali ini, dalam pertemuan dengan kalangan pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Jokowi kembali melontarkan masalah defisit transaksi berjalan yang bertahun-tahun tak kunjung diselesaikan.

Padahal, kata Jokowi, apabila ada kerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan terkait, antara pemerintah dan dunia usaha, masalah defisit transaksi berjalan bukanlah sesuatu hal yang sulit untuk diselesaikan.



"Saya kira ini sebetulnya sesuatu yang kalau kita bisa bekerja sama dengan baik, pemerintah, dunia usaha ini juga bukan barang yang sulit," tegas Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (13/6/2019)

Transaksi berjalan adalah neraca yang menggambarkan devisa yang masuk dan keluar dari ekspor-impor barang dan jasa. Transaksi berjalan sendiri, merupakan salah satu fondasi penting bagi stabilitas nilai tukar.

Apabila, defisit transaksi berjalan tak dapat diimbangi dengan pasokan devisa dari portofolio keuangan seperti hot money, maka neraca pembayaran Indonesia (NPI) pun bukan tidak mungkin bakal terjun bebas

Hal ini menandakan keseimbangan eksternal jomplang karena devisa yang keluar lebih banyak dibandingkan yang masuk. Kondisi ini tentu tidak cukup baik bagi perekonomian domestik.



Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah menilai, ada sejumlah kementerian yang secara khusus memiliki andil terhadap kinerja transaksi berjalan.

"Di sini yang jelas terlibat Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian, Menteri Perikanan, Menteri Pertanian serta Menteri yang mengurusi pertambangan," kata Piter

Misalnya, seperti Menteri Ketenagakerjaan, Menteri Keuangan, Menteri Pariwisata, hingga Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan memiliki andil terhadap neraca jasa di transaksi berjalan.

Apabila berbicara mengenai komponen transaksi berjalan lainnya seperti neraca pendapatan primer, bendahara negara dan Bank Indonesia (BI) pun memiliki peran yang lebih besar.



"Neraca pendapatan sekunder setidaknya melibatkan Menteri Tenaga Kerja dan juga BNP2TKI. Sebenarnya hampir semua kementerian dan lembaga bisa berperan memperbaiki CAD." katanya.

Penelusuran Tim Riset CNBC Indonesia, contohnya Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian yang berperan dalam menstimulasi kegiatan ekspor-impor barang. Sayangnya, kinerja ekspor Indonesia sejak tahun 2014 lebih sering mengalami kontraksi ketimbang ekspansi.

Tengok saja pertumbuhan ekspor sepanjang 2014-2016 yang selalu negatif alias berkurang dari tahun ke tahun. Bahkan pada periode tersebut pertumbuhan ekspor Indonesia merupakan yang paling kecil dibanding empat negara ASEAN lainnya (Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Thailand).

Loyonya ekspor Indonesia, punya kaitan dengan kinerja manufaktur sebagai entitas yang dapat memberi nilai tambah pada produk-produk karya anak bangsa. Namun lagi-lagi gairah industri manufaktur dalam negeri tampak makin lesu dari tahun ke tahun.

Deretan Menteri yang Bertanggung Jawab Atas Kejengkelan JokowFoto: ilustrasi ekspor-impor


Tercatat sejak tahun 2007, porsi industri manufaktur terhadap PDB Indonesia telah turun hingga 6,9 persen poin. Meskipun memang, sebagian besar negara ASEAN mengalami penurunan porsi manufaktur pada PDB di periode yang sama, namun Indonesia merupakan yang paling parah.

Artinya, dibanding negara-negara tetangga, ketergantungan Indonesia terhadap barang mentah meningkat paling pesat. Barang-barang ekspor Indonesia semakin didominasi oleh produk-produk mentah tanpa nilai tambah.

Tidak heran apabila di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian, ekspor Indonesia sangat sulit untuk digenjot. Apalagi saat harga komoditas anjlok, ekspor sudah pasti akan terdampak signifikan.

Manufaktur yang semakin lesu juga memberikan dampak pada impor. Pasalnya bila produk-produk dari dalam negeri kalah saing dengan produk buatan luar negeri, maka impor menjadi hal yang sulit untuk diredam. Mau bagaimanapun juga, kebutuhan masyarakat akan terus tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu.






(dru) Next Article Pidato Lengkap Jokowi Saat Sentil Menteri ESDM & BUMN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular