Perjanjian Dagang AS-China di Ujung Tanduk

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
10 May 2019 06:55
Namun, pembicaraan dagang itu masih mungkin berlanjut dalam berbagai cara, ujar seorang sumber.
Foto: Presiden AS Donald Trump bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He dan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer (kanan) (REUTERS/Carlos Barria)
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Kamis (9/5/2019), mengatakan ia tengah mengambil langkah untuk mengenakan bea masuk terhadap berbagai produk China senilai US$325 miliar. Langkah ini diambil jelang kenaikan bea masuk terhadap barang China dari 10% menjadi 25% pada Jumat dini hari waktu setempat.

Kenaikan bea masuk tersebut terjadi di tengah-tengah perundingan dagang antara delegasi AS dan China di Washington Kamis hingga Jumat ini. Wakil Perdana Menteri China Liu He, Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin memulai rangkaian negosiasi itu Kamis sore.

Reuters pada Rabu menulis bahwa rancangan perjanjian dagang yang dikirimkan Beijing Jumat malam pekan lalu dipenuhi perubahan. Perubahan itu menjadi penanda mundurnya China dari beberapa komitmennya terhadap AS.

Trump meresponsnya dengan memerintahkan kenaikan bea masuk terhadap berbagai produk China senilai US$200 miliar, Minggu.


Selanjutnya pada Kamis, ia juga mengatakan tengah memulai persiapan dokumen untuk pengenaan bea impor lanjutan terhadap berbagai barang China senilai US$325 miliar, dilansir dari Reuters.

"Kami sudah sangat dekat dengan kesepakatan, namun mereka mulai menegosiasikan ulang kesepakatan itu. Kami tidak dapat menerimanya," kata Trump dalam sebuah acara di Gedung Putih.

China sendiri berupaya menyelamatkan perjanjian dagang yang tengah ada di ujung tanduk itu. Juru bicara Kementerian Perdagangan Gao Feng pada Kamis mengatakan keputusan untuk mengirimkan Liu ke Washington di tengah ancaman kenaikan tarif impor merupakan wujud ketulusan China.

Perjanjian Dagang AS-China di Ujung TandukFoto: Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, Menteri Keuangan Steven Mnuchin, Menteri Perdagangan Wilbur Ross, penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow dan penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro berpose untuk foto dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He, wakil menteri China dan pejabat senior sebelum dimulainya Pembicaraan perdagangan AS-Cina di Gedung Putih di Washington, AS, 21 Februari 2019. (REUTERS / Joshua Roberts)

"Pihak AS telah memberi berbagai label baru-baru ini, 'mundur', 'berkhianat', dan lainnya... China sangat dapat dipercaya dan menepati janjinya, dan ini tidak akan pernah berubah," katanya dalam konferensi pers di Beijing.

Seorang sumber yang mengetahui perundingan itu mengatakan perubahan yang diminta China terhadap isi rancangan perjanjian dagang sangatlah besar sehingga akan membutuhkan waktu satu bulan untuk memperbaikinya, dengan mengasumsikan bahwa AS menolak permintaan itu.


Namun, pembicaraan dagang itu masih mungkin berlanjut dalam berbagai cara, ujarnya.

China dapat membuat beberapa konsesi untuk memperpanjang masa perundingan meski bea impor dan balasannya berlaku, kedua pihak dapat mengakhiri perundingan karena mereka sangat berbeda pendapat, atau China dapat menarik perubahan yang diminta dan meneruskan negosiasi sebagaimana sepekan sebelumnya dan berupaya mencapai kesepakatan untuk diteken pada pertemuan G20 di Jepang Juni mendatang.

Saksikan video pernyataan komitmen China terus berupaya menyelesaikan perjanjian dagang dengan AS berikut ini.

[Gambas:Video CNBC]


(prm) Next Article Babak Baru Perundingan Dagang AS-China Dimulai

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular