
Bangun Energi Terbarukan, Jerman Ajak Indonesia Kolaborasi
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
09 April 2019 12:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Jerman menawarkan Indonesia kerjasama dalam pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) seperti pembangkit biomass dan biogas.
Managing Director German-Indonesia Chamber of Industry and Commerce Jan Roennfeld menuturkan, Jerman dan Indonesia akan sama-sama belajar dan berkolaborasi dalam mengembangkan EBT.
"Kolaborasi dengan Indonesia sangat luas. Misalnya dengan memanfaatkan sisa minyak sawit atau bakteri menjadi gas, menggantikan fosil," jelas Jan saat dijumpai di Jakarta, Selasa (9/4/2019).
Lebih lanjut, ia menjelaskan, Jerman memiliki teknologi terbaru yang bisa digunakan untuk menghasilkan listrik dari EBT tersebut, teknologi ini yang nantinya akan ditawarkan kepada Indonesia untuk dipelajari bersama-sama.
"Dengan teknologi ini, salah satu manfaatnya para petani bisa menghasilkan energi yang bisa digunakan tidak hanya untuk menghasilkan energi yang digunakan sendiri, tetapi juga bisa untuk distribusi sekitar," pungkas Jan.
Adapun, sebelumnya, pemerintah telah mengesahkan RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) PT PLN (Persero) untuk periode 2019-2028. Dalam RUPTL ini, secara khusus diatur pembangunan pembangkit listrik EBT dapat dilakukan tanpa harus menunggu perubahan RUPTL di tahun yang sama ketika proyek diajukan, selama sistemnya memadai.
"Ini untuk mendorong agar pembangunan pembangkit EBT lebih cepat. Tambahan pembangkit EBT tidak perlu perencanaannya masuk RUPTL. Kalau PLN setuju, bisa dimasukkan ke RUPTL di periode selanjutnya," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan saat menyampaikan RUPTL PT PLN (Persero) 2019-2028, di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (20/2/2019).
Selain itu, melalui RUPTL ini, pemerintah telah menginstruksikan kepada PLN agar terus mendorong pengembangan energi terbarukan, sehingga terdapat target penambahan pembangkit listrik dari energi terbarukan adalah sebesar 16,7 GW untuk mencapai target bauran EBT minimal 23% pada 2025 dan seterusnya.
"Ada lagi, karena kita ingin mendorong penggunaan gas dalam negeri, ke depan pembangunan PLTGU, PLTMG, atau pembangkit gas lain yang kapasitasnya sampai dengan 10 MW juga tidak perlu masuk RUPTL. Kedua hal ini yang kami dorong, terutama EBT, supaya bisa lebih cepat pengembangannya," tutur Jonan.
Saksikan video PLTU Terbesar di Indonesia
[Gambas:Video CNBC]
(dob/dob) Next Article JK Heran: Kenapa Pengembangan Energi Baru RI Sangat Lambat?
Managing Director German-Indonesia Chamber of Industry and Commerce Jan Roennfeld menuturkan, Jerman dan Indonesia akan sama-sama belajar dan berkolaborasi dalam mengembangkan EBT.
"Dengan teknologi ini, salah satu manfaatnya para petani bisa menghasilkan energi yang bisa digunakan tidak hanya untuk menghasilkan energi yang digunakan sendiri, tetapi juga bisa untuk distribusi sekitar," pungkas Jan.
Adapun, sebelumnya, pemerintah telah mengesahkan RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) PT PLN (Persero) untuk periode 2019-2028. Dalam RUPTL ini, secara khusus diatur pembangunan pembangkit listrik EBT dapat dilakukan tanpa harus menunggu perubahan RUPTL di tahun yang sama ketika proyek diajukan, selama sistemnya memadai.
"Ini untuk mendorong agar pembangunan pembangkit EBT lebih cepat. Tambahan pembangkit EBT tidak perlu perencanaannya masuk RUPTL. Kalau PLN setuju, bisa dimasukkan ke RUPTL di periode selanjutnya," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan saat menyampaikan RUPTL PT PLN (Persero) 2019-2028, di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (20/2/2019).
Selain itu, melalui RUPTL ini, pemerintah telah menginstruksikan kepada PLN agar terus mendorong pengembangan energi terbarukan, sehingga terdapat target penambahan pembangkit listrik dari energi terbarukan adalah sebesar 16,7 GW untuk mencapai target bauran EBT minimal 23% pada 2025 dan seterusnya.
"Ada lagi, karena kita ingin mendorong penggunaan gas dalam negeri, ke depan pembangunan PLTGU, PLTMG, atau pembangkit gas lain yang kapasitasnya sampai dengan 10 MW juga tidak perlu masuk RUPTL. Kedua hal ini yang kami dorong, terutama EBT, supaya bisa lebih cepat pengembangannya," tutur Jonan.
Saksikan video PLTU Terbesar di Indonesia
[Gambas:Video CNBC]
(dob/dob) Next Article JK Heran: Kenapa Pengembangan Energi Baru RI Sangat Lambat?
Most Popular