Ini 5 Kesamaan Kecelakaan Ethiopian Airlines dan Lion Air

Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
20 March 2019 18:09
Ini 5 Kesamaan Kecelakaan Ethiopian Airlines dan Lion Air
Foto: Serpihan kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines Flight ET 302 (AP/Mulugeta Ayene)
Washington DC, CNBC Indonesia - Tatkala Federal Aviation Administration (FAA) mengumumkan akan melarang sementara operasional Boeing 737 MAX seri 8 maupun 9, lembaga yang berdomisili di Washington DC itu mengklaim telah mengidentifikasi kesamaan antara kecelakaan Ethiopian Airlines di Addis Ababa, Minggu (10/3/2019), dengan kecelakaan Lion Air di Karawang, Oktober 2018.

Menteri Transportasi Ethiopia Dagmawit Moges menegaskan hal itu pada Minggu (17/3/2019). Moges merujuk pada data awal kotak hitam pesawat Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan 302 yang menunjukkan kesamaan dengan kecelakaan Lion Air.


Namun, baik FAA maupun Kementerian Transportasi Ethiopia, tak menjelaskan lebih lanjut perihal kesamaan kecelakaan Ethiopian Airlines dan Lion Air. CNN International seperti dikutip CNBC Indonesia, Rabu (20/3/2019), mencoba menyandingkan kesamaan kedua kecelakaan tersebut. Terdapat lima aspek yang dibandingkan.


Simak video terkini terkait Boeing 737 MAX di bawah ini.


[Gambas:Video CNBC]

Boeing 737 MAX 8 merupakan model terbaru yang dirilis Boeing sekitar dua tahun lalu. Raksasa penerbangan asal AS itu juga memproduksi MAX 9. Ke depan, Boeing juga berencana menawarkan MAX 7 dan MAX 10 (kedua seri mendasarkan kepada kapasitas tempat duduk) kepada konsumen.

Menurut FAA, ada sekitar 350 pesawat Boeing 737 Max 8 yang dioperasikan 54 operator di seluruh dunia. Di situsnya, perusahaan itu menyatakan 737 MAX merupakan pesawat dengan penjualan tercepat dalam sejarah perusahaan dengan pesanan sekitar 5.000 unit dari 100 pelanggan di seluruh dunia.

Pesawat-pesawat itu dilengkapi perangkat lunak penerbangan otomatis bernama Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS). Sebuah fitur yang relatif baru untuk pesawat Boeing jenis MAX.

MCAS merupakan sistem yang secara otomatis menurunkan hidung pesawat ketika menerima informasi dari sensor eksternal angle of attack (AOA) bahwa pesawat terbang terlalu lambat atau curam dan berisiko tersendat.



Mantan kepala Biro Investigasi Kecelakaan Penerbangan Prancis Jean-Paul Troadec mengatakan kepada CNN bahwa dia melihat kekurangan dalam sistem tersebut.

"Saya pikir desain sistem itu tidak memuaskan karena hanya mengandalkan satu sensor," ujarnya. "Jika sensor ini gagal, tentu saja sistem tidak bekerja dan dalam kasus ini mungkin sulit bagi pilot untuk bereaksi berlebihan terhadap sistem," kata Troadec.

CEO Boeing Dennis Muilenburg pada Senin (18/3/2019) menyatakan pembaruan perangkat lunak (software update) dan pelatihan pilot terkait 737 MAX akan dirilis segera.



Pesawat Ethiopian Airlines jatuh enam menit setelah lepas landas. Sedangkan pesawat Lion Air jatuh 13 menit setelah lepas landas.

Inilah 5 Kesamaan Kecelakaan Ethiopian Airlines dan Lion AirFoto: Infografis/Tragedi Penerbangan Ethiopian Airlines/Arie Pratama
Ethiopian Airlines melaporkan bahwa kru pesawat memiliki pengalaman 350 jam terbang sedangkan sang pilot 8.100 jam terbang. Pilot penerbangan Lion Air asal India Bhavye Suneja memiliki pengalaman lebih dari 6.000 jam terbang. Sedangkan kopilot bernama Harvino telah mencatat lebih dari 5.000 jam terbang.

Organisasi Penerbangan Sipil Internasional, sebuah lembaga di bawah PBB, merekomendasikan pilot pesawat komersial memiliki minimum jam terbang 150 jam. Sedangkan FAA mensyaratkan pilot komersial mempunyai 1.500 jam.

Inilah 5 Kesamaan Kecelakaan Ethiopian Airlines dan Lion AirFoto: Suasana evakuasi kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines Flight ET 302 (AP/Mulugeta Ayene)


Pilot Ethiopian Airlines mengaku mengalami kesulitan tak lama setelah lepas landas dan meminta untuk kembali ke bandara. Demikian disampaikan CEO Tewolde GebreMariam kepada CNN International. Sang pilot kemudian diberikan izin untuk kembali dalam waktu yang identik dengan hilangnya pesawat dari radar.

Laporan pendahuluan dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakan awak kabin Lion Air JT-160 berusaha keras untuk mengendalikan MCAS beberapa menit sebelum jatuh ke laut. Sistem itu menarik hidung pesawat ke bawah lebih dari 24 kali.



Laporan KNKT menyatakan bahwa MCAS merespons data yang salah yang dikirimkan sensor AOA. Seorang awak pesawat mengalami isu yang sama dalam penerbangan dari Denpasar ke Jakarta, sehari sebelum tragedi tersebut. Ia kemudian mematikan MCAS dan menggunakan kendali manual.

Di sisi lain, Biro Investigasi Kecelakaan Ethiopia bermaksud merilis laporan awal terkait kecelakaan Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan 302 dalam waktu 30 hari ke depan.

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular