Internasional

Kenapa Pakistan & India Saling Luncurkan Serangan Udara?

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
01 March 2019 15:14
Kenapa Pakistan & India Saling Luncurkan Serangan Udara?
Foto: Pakistan (REUTERS/Faisal Mahmood)
Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan berkepanjangan antara dua kekuatan nuklir, India dan Pakistan, meningkat pekan ini setelah masing-masing negara mengatakan melakukan serangan udara terhadap satu sama lainnya.

Hal ini memicu kekhawatiran atas kemungkinan pecahnya perang di Asia Selatan.

Situasi ini menempatkan Perdana Menteri India Narendra Modi dalam posisi yang sulit.

Ia kemungkinan ingin merespons dengan cara yang membuatnya tampak seolah-olah India berada di atas angin dalam pertarungan minggu ini, yang bisa meningkatkan kedudukannya dan partainya menjelang pemilihan. Namun, di saat yang sama, ia harus mencegah pecahnya perang untuk menjaga kestabilan wilayah itu.


"Modi akan berusaha untuk memanfaatkan citra orang yang berpengaruhnya dan mandat keamanan nasional untuk menjaga nama (Partai Bharatiya Janata) menjelang pemilihan mendatang," kata konsultan politik Eurasia Group dalam catatan, Rabu (28/2/2019).

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mendesak kedua negara pada hari Selasa untuk "menahan diri" dan menghindari "ketegangan." Prancis, Australia, China, yang merupakan sekutu dekat Islamabad dan investor utama di negara itu, dan juga Uni Eropa meminta mereka menahan diri.

Kedua negara memang telah cekcok sejak 1947, namun eskalasi minggu ini mencapai titik terparah yang belum terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

BERLANJUT KE HALAMAN DUA


Pada hari Selasa (26/2/2019), India mengatakan angkatan udaranya melakukan serangan terhadap sebuah kamp militan di wilayah Pakistan. Serangan itu menewaskan "sejumlah besar" teroris, pelatih, dan komandan senior kelompok militan Jaish-e-Mohammed, menurut New Delhi.

Tanggapan India dibuat setelah kelompok tersebut baru-baru ini mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kashmir yang dikuasai India. Serangan itu menewaskan lebih dari 40 petugas keamanan, mengutip CNBC International. Bom mobil bunuh diri itu memicu rentetan kritik internasional terhadap Pakistan karena gagal menindak kelompok-kelompok teror yang beroperasi di tanahnya.

Namun, Islamabad membantah ada korban dari serangan yang terjadi di hari Selasa di India tersebut.

Pada hari Rabu, Pakistan mengatakan angkatan udaranya melakukan serangan di sepanjang Garis Kontrol untuk menunjukkan "hak, kemauan, dan kemampuannya dalam pertahanan diri."

Garis Kontrol adalah perbatasan de facto antara wilayah India dan Pakistan, yang merupakan bekas negara bagian pangeran Jammu dan Kashmir.

Kemudian, menurut juru bicara angkatan bersenjata Pakistan, pesawat India memasuki wilayah udara Pakistan dan dua jet ditembak jatuh. Salah satu pesawat jatuh di sisi Kashmir India, sedangkan yang kedua jatuh di wilayah yang dikuasai Pakistan, dan pilotnya ditangkap, kata juru bicara itu.

Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri India mengakui bahwa satu pilot hilang dan sebuah jet tempur telah hilang. Juru bicara itu juga mengklaim jet Pakistan telah ditembak jatuh di wilayah konflik.

Perdana Menteri Pakistan Imran Khan pada hari Rabu menyerukan pembicaraan dengan India dan mengatakan ia berharap "kewarasan" akan berlaku untuk mengurangi ketegangan antara tetangga yang memiliki senjata nuklir itu.


BERLANJUT KE HALAMAN TIGA

Kashmir selalu menjadi topik sensitif bagi kedua negara, yang telah berperang dua kali di wilayah pegunungan itu. Pada 2014, pasukan dari Pakistan dan India saling tembak dalam bentrokan perbatasan.

Serangan hari Selasa itu adalah yang pertama kalinya bagi India menggunakan serangan udara di Pakistan sejak 1971. Selain itu, daerah yang dihantamnya, Balakot, berada di luar wilayah Kashmir Pakistan dan di luar Garis Kontrol.

Sejak terjadi serangan teroris awal bulan ini, Modi telah ditekan markasnya untuk menanggapi dengan kekerasan menjelang pemilihan parlemen yang akan berlangsung pada bulan Mei.

"Tindakan India memasuki wilayah udara Pakistan adalah indikasi yang jelas bahwa India bersedia melakukan apa pun untuk menjaga keamanan India, yang saya curigai, membuat Pakistan lengah," kata Akhil Bery, analis untuk Asia Selatan di Eurasia Group, kepada CNBC, Selasa.



Dhruva Jaishankar, seorang rekan dalam studi kebijakan luar negeri di Brookings India, mengatakan India telah menghadapi serangkaian serangan teroris sejak 1990-an dari kelompok dan individu yang berbasis di Pakistan. Tantangan bagi kedua pihak selalu tentang bagaimana menanggapi provokasi dari tetangganya, terutama setelah masing-masing negara bersenjatakan nuklir.

Jaishankar mengatakan kepada CNBC bahwa kedua negara telah menguji batasan seberapa jauh mereka dapat meningkatkan konflik sebelum mencapai "ambang batas nuklir."

Untuk lebih jelasnya, meningkatkan ketegangan ke titik konflik nuklir akan menjadi bencana besar bagi India dan Pakistan dan akan mengguncang seluruh wilayah. Itu merupakan pilihan yang tidak mungkin diambil oleh New Delhi atau Islamabad.

Namun, pengaruh Khan terhadap militer yang dipengaruhi negara terbatas. Cara dia menangani situasi minggu ini akan menjadi ujian besar bagi kepemimpinannya, menurut Moeed Yusuf, wakil presiden asosiasi untuk Asia Center di Institut Perdamaian Amerika Serikat.

"Anda memiliki pemimpin baru di Pakistan yang (harus) menunjukkan bahwa ia kuat dan mau melawan India," kata Yusuf kepada CNBC. "Dia juga harus mengikuti pimpinan tentara dan sehingga, jika tentara memutuskan untuk menyerang, dia tidak akan bisa berbicara banyak kepada mereka sekarang."

Namun, bagi Modi akan menjadi "bunuh diri politik" jika dia mundur dari perselisihan sekarang ini, ketika tampaknya bagi pengamat luar bahwa India dan Pakistan telah secara seimbang menyamai kekuatan satu sama lain, kata Yusuf.


BERLANJUT KE HALAMAN EMPAT

Para ahli mengatakan sangat tidak mungkin perang akan pecah antara kedua negara, bahkan jika situasinya meningkat dalam beberapa hari mendatang.

Bery dari Eurasia Group mengatakan pernyataan publik New Delhi mengenai serangan udara itu dengan hati-hati untuk menekankan bahwa itu adalah serangan terhadap kamp teror yang sudah merencanakan terorisme terhadap India. Modi juga mungkin memiliki politik pemilu dalam pikirannya.

"Modi telah menyinggung serangan dalam kampanye hari ini sebelumnya, dan akan terus menekan tujuannya bahwa dia bersedia melakukan apa pun untuk menjaga keamanan India," kata Bery, Selasa. Ia juga menambahkan bahwa perdana menteri memposisikan dirinya sebagai seseorang yang berkomitmen untuk keamanan India untuk menarik lebih banyak pemilih.



Untuk Pakistan, Jaishankar mengatakan ada kemungkinan bahwa Islamabad akan melancarkan serangan udara hari Rabu sebagai "semacam balasan," dan langkah itu bahkan bisa mengarah pada peningkatan ketegangan.

Tetap Bery dari Eurasia Group menunjukkan pada hari Rabu bahwa India memiliki "sedikit minat" untuk mengadakan dialog dengan Pakistan, meskipun Khan telah meminta untuk mengadakan satu diskusi.

"Mungkin itu merugikan Modi di dalam negeri menjelang pemungutan suara, dan New Delhi masih marah dengan serangan bulan ini oleh teroris yang berbasis di Pakistan di India dan hari ini menembak jatuh jet tempur India," tulis Bery.

"Modi terus-menerus menyatakan dirinya bersedia melakukan apa pun untuk melindungi India; dan untuknya, bernegosiasi dengan Pakistan dianggap sebagai tanda kelemahan."

Komunitas internasional mungkin perlu terlibat dalam beberapa hari mendatang, menurut Yusuf, yang mengatakan Dewan Keamanan AS harus turun tangan dan mencegah penggunaan kekuatan lebih lanjut.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular