
Internasional
Kenapa Pakistan & India Saling Luncurkan Serangan Udara?
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
01 March 2019 15:14

Kashmir selalu menjadi topik sensitif bagi kedua negara, yang telah berperang dua kali di wilayah pegunungan itu. Pada 2014, pasukan dari Pakistan dan India saling tembak dalam bentrokan perbatasan.
Serangan hari Selasa itu adalah yang pertama kalinya bagi India menggunakan serangan udara di Pakistan sejak 1971. Selain itu, daerah yang dihantamnya, Balakot, berada di luar wilayah Kashmir Pakistan dan di luar Garis Kontrol.
Sejak terjadi serangan teroris awal bulan ini, Modi telah ditekan markasnya untuk menanggapi dengan kekerasan menjelang pemilihan parlemen yang akan berlangsung pada bulan Mei.
"Tindakan India memasuki wilayah udara Pakistan adalah indikasi yang jelas bahwa India bersedia melakukan apa pun untuk menjaga keamanan India, yang saya curigai, membuat Pakistan lengah," kata Akhil Bery, analis untuk Asia Selatan di Eurasia Group, kepada CNBC, Selasa.
Dhruva Jaishankar, seorang rekan dalam studi kebijakan luar negeri di Brookings India, mengatakan India telah menghadapi serangkaian serangan teroris sejak 1990-an dari kelompok dan individu yang berbasis di Pakistan. Tantangan bagi kedua pihak selalu tentang bagaimana menanggapi provokasi dari tetangganya, terutama setelah masing-masing negara bersenjatakan nuklir.
Jaishankar mengatakan kepada CNBC bahwa kedua negara telah menguji batasan seberapa jauh mereka dapat meningkatkan konflik sebelum mencapai "ambang batas nuklir."
Untuk lebih jelasnya, meningkatkan ketegangan ke titik konflik nuklir akan menjadi bencana besar bagi India dan Pakistan dan akan mengguncang seluruh wilayah. Itu merupakan pilihan yang tidak mungkin diambil oleh New Delhi atau Islamabad.
Namun, pengaruh Khan terhadap militer yang dipengaruhi negara terbatas. Cara dia menangani situasi minggu ini akan menjadi ujian besar bagi kepemimpinannya, menurut Moeed Yusuf, wakil presiden asosiasi untuk Asia Center di Institut Perdamaian Amerika Serikat.
"Anda memiliki pemimpin baru di Pakistan yang (harus) menunjukkan bahwa ia kuat dan mau melawan India," kata Yusuf kepada CNBC. "Dia juga harus mengikuti pimpinan tentara dan sehingga, jika tentara memutuskan untuk menyerang, dia tidak akan bisa berbicara banyak kepada mereka sekarang."
Namun, bagi Modi akan menjadi "bunuh diri politik" jika dia mundur dari perselisihan sekarang ini, ketika tampaknya bagi pengamat luar bahwa India dan Pakistan telah secara seimbang menyamai kekuatan satu sama lain, kata Yusuf.
BERLANJUT KE HALAMAN EMPAT
(prm)
Serangan hari Selasa itu adalah yang pertama kalinya bagi India menggunakan serangan udara di Pakistan sejak 1971. Selain itu, daerah yang dihantamnya, Balakot, berada di luar wilayah Kashmir Pakistan dan di luar Garis Kontrol.
Sejak terjadi serangan teroris awal bulan ini, Modi telah ditekan markasnya untuk menanggapi dengan kekerasan menjelang pemilihan parlemen yang akan berlangsung pada bulan Mei.
Dhruva Jaishankar, seorang rekan dalam studi kebijakan luar negeri di Brookings India, mengatakan India telah menghadapi serangkaian serangan teroris sejak 1990-an dari kelompok dan individu yang berbasis di Pakistan. Tantangan bagi kedua pihak selalu tentang bagaimana menanggapi provokasi dari tetangganya, terutama setelah masing-masing negara bersenjatakan nuklir.
Jaishankar mengatakan kepada CNBC bahwa kedua negara telah menguji batasan seberapa jauh mereka dapat meningkatkan konflik sebelum mencapai "ambang batas nuklir."
Untuk lebih jelasnya, meningkatkan ketegangan ke titik konflik nuklir akan menjadi bencana besar bagi India dan Pakistan dan akan mengguncang seluruh wilayah. Itu merupakan pilihan yang tidak mungkin diambil oleh New Delhi atau Islamabad.
Namun, pengaruh Khan terhadap militer yang dipengaruhi negara terbatas. Cara dia menangani situasi minggu ini akan menjadi ujian besar bagi kepemimpinannya, menurut Moeed Yusuf, wakil presiden asosiasi untuk Asia Center di Institut Perdamaian Amerika Serikat.
"Anda memiliki pemimpin baru di Pakistan yang (harus) menunjukkan bahwa ia kuat dan mau melawan India," kata Yusuf kepada CNBC. "Dia juga harus mengikuti pimpinan tentara dan sehingga, jika tentara memutuskan untuk menyerang, dia tidak akan bisa berbicara banyak kepada mereka sekarang."
Namun, bagi Modi akan menjadi "bunuh diri politik" jika dia mundur dari perselisihan sekarang ini, ketika tampaknya bagi pengamat luar bahwa India dan Pakistan telah secara seimbang menyamai kekuatan satu sama lain, kata Yusuf.
BERLANJUT KE HALAMAN EMPAT
(prm)
Next Page
Bagaimana selanjutnya?
Pages
Most Popular