AS: Damai Dagang dengan China Masih Jauh
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
28 February 2019 06:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Damai dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China ternyata masih jauh dari kenyataan.
Hal tersebut tergambar dalam pernyataan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer saat rapat dengar pendapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu (27/2/2019).
Ia mengatakan China perlu lebih dari sekadar membeli produk-produk AS sebelum pada akhirnya kedua negara mencapai kesepakatan dagang yang permanen.
"Bila kita mampu menyelesaikan upaya ini - dan lagi saya mengatakan 'bila' - dan dapat mencapai solusi yang memuaskan mengenai semua isu yang penting dan masih dibahas terkait penegakan hukum, begitu juga isu-isu lainnya, kita mungkin akan dapat menyepakati perjanjian yang dapat mengubah hubungan dagang kita," kata Lighthizer, dilansir dari CNBC International.
"Kita dapat berkompetisi dengan siapapun di dunia, namun kita harus memiliki aturan, aturan yang ditegakkan, yang memastikan hasil yang sesuai pasar dan bukan pemenang oleh kapitalisme negara dan pencuri teknologi," tambahnya.
Pernyataan Lighthizer ini muncul setelah Presiden Donald Trump memperpanjang tenggat waktu masa gencatan senjata kedua negara pada 1 Maret agar perundingan dagang dapat terus berlanjut. Trump menyebut adanya kemajuan signifikan sebagai alasannya menunda kenaikan bea impor tersebut.
"Saya jelaskan," kata Lighthizer. "Masih banyak yang harus dilakukan baik sebelum kesepakatan tercapai dan, yang lebih penting lagi, setelah perjanjian itu tercapai, bila perjanjian itu tercapai."
"Ini [perjanjian dagang] haruslah bersifat spesifik, dapat diukur, harus dapat dilaksanakan di semua level pemerintah," tegasnya.
Bursa saham AS bergerak melemah setelah Lighthizer menyampaikan keterangannya. Dow Jones Industrial Average tergelincir 0,28%, S&P 500 turun tipis 0,05%, sementara Nasdaq Composite masih mampu menguat 0,07%.
Saksikan video pernyataan Trump mengenai damai dagang AS-China berikut ini.
[Gambas:Video CNBC]
(prm) Next Article AS Tarik Ulur Nasib Damai Dagang dengan China
Hal tersebut tergambar dalam pernyataan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer saat rapat dengar pendapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu (27/2/2019).
Ia mengatakan China perlu lebih dari sekadar membeli produk-produk AS sebelum pada akhirnya kedua negara mencapai kesepakatan dagang yang permanen.
"Kita dapat berkompetisi dengan siapapun di dunia, namun kita harus memiliki aturan, aturan yang ditegakkan, yang memastikan hasil yang sesuai pasar dan bukan pemenang oleh kapitalisme negara dan pencuri teknologi," tambahnya.
Pernyataan Lighthizer ini muncul setelah Presiden Donald Trump memperpanjang tenggat waktu masa gencatan senjata kedua negara pada 1 Maret agar perundingan dagang dapat terus berlanjut. Trump menyebut adanya kemajuan signifikan sebagai alasannya menunda kenaikan bea impor tersebut.
![]() |
"Saya jelaskan," kata Lighthizer. "Masih banyak yang harus dilakukan baik sebelum kesepakatan tercapai dan, yang lebih penting lagi, setelah perjanjian itu tercapai, bila perjanjian itu tercapai."
"Ini [perjanjian dagang] haruslah bersifat spesifik, dapat diukur, harus dapat dilaksanakan di semua level pemerintah," tegasnya.
Bursa saham AS bergerak melemah setelah Lighthizer menyampaikan keterangannya. Dow Jones Industrial Average tergelincir 0,28%, S&P 500 turun tipis 0,05%, sementara Nasdaq Composite masih mampu menguat 0,07%.
Saksikan video pernyataan Trump mengenai damai dagang AS-China berikut ini.
[Gambas:Video CNBC]
(prm) Next Article AS Tarik Ulur Nasib Damai Dagang dengan China
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular