
Pakai Gross Split, Migas RI Lebih Atraktif Dibanding Malaysia
Iswari Anggit, CNBC Indonesia
19 February 2019 14:36

Jakarta, CNBC Indonesia- Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menjelaskan dampak positif sejak pemerintah menerapkan skema gross split pada sektor hulu minyak dan gas (migas).
Menurut Arcandra, banyak pengusaha lebih menyukai skema gross split ini sehingga lelang blok migas laku dengan mudah. Hasilnya? Melalui skema gross split ini, baik pemerintah maupun pengusaha sama-sama memperoleh keuntungan.
Arcandra menjelaskan, skema gross split merupakan salah satu upaya pemerintah dalam memperbaiki iklim investasi sektor migas.
"Kalau kita tidak berani merubah diri, memperbaiki, ini akan mempercepat terjadinya kevakuman oil and gas. Dana kita APBN cuma US$ 5 juta, apa yang bisa kita harapkan? Production naik?," ujar Arcandra dalam Seminar Energi 2019, Selasa (19/2/2019).
"Akhirnya kita cari cara baru lewat blok-blok terminasi, kita buat term baru, yakni komitmen kerja-pasti, komitmen kegiatan plus dananya yang bisa dilakukan lima tahun pertama setelah kontrak itu beralih," sambungnya.
Arcandra juga menjelaskan, berdasarkan data Mackenzie, saat ini banyak negara telah menyusun strategi baik jangka pendek, menengah, maupun panjang, demi kelangsungan sektor migas mereka. India sama seperti Indonesia, yakni melakukan perubahan ketentuan sektor migas.
"Kita ranking 25 dari 131 negara, baru kali ini kalahkan 131 Malaysia. Tahun lalu dia 23, sekarang turun. Kita terbaik di Asia Tenggara, ini data."
"Jadi, apa rencana kita ke depan? Ini terbaru dari Mackinzey. Kita sama seperti India, gross split, kemudian Nigeria masih berdebat untuk new term, Iraq mencoba modified term."
Dengan skema baru ini, RI pun bisa mengalahkan Malaysia dalam hal kebijakan ekonomi dan energi yang atraktif untuk investasi migas.
Arcandra mengungkapkan, hingga saat ini sudah ada 40 blok migas yang menggunakan skema gross split, baik dari blok hasil lelang maupun blok existing. Hal ini menjadi bukti, skema gross split menjadi langkah yang tepat untuk memperbaiki sektor migas.
Research Director Wood Mackenzie Andrew Harwood mengatakan memang pihaknya melihat ada respon hangat dari para investor terhadap penawaran wilayah kerja migas Indonesia di 2018.
Ia mengatakan, ada 13 blok eksplorasi baru diberikan dan ini menggembirakan. "Tetapi masih banyak lagi yang dibutuhkan. Hanya terdapat investasi US$ 81 juta dan 3 sumur eksplorasi yang mendapat komitmen perusahaan dari semua blok ini," ujar Andrew kepada CNBC Indonesia ketika dihubungi, Selasa (22/1/2019).
Lebih lanjut, ia menuturkan, ada minat yang terbatas dari perusahaan minyak dan gas besar, sehingga sebagian besar blok baru tersebut diberikan kepada pemain baru atau perusahaan pemula yang ada di Indonesia dengan pengalaman terbatas dalam minyak dan gas.
Saksikan video tentang Gross Split di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(gus) Next Article ESDM: Tanpa Disrupsi Gross Split, Industri Migas RI Punah
Menurut Arcandra, banyak pengusaha lebih menyukai skema gross split ini sehingga lelang blok migas laku dengan mudah. Hasilnya? Melalui skema gross split ini, baik pemerintah maupun pengusaha sama-sama memperoleh keuntungan.
Arcandra menjelaskan, skema gross split merupakan salah satu upaya pemerintah dalam memperbaiki iklim investasi sektor migas.
"Kalau kita tidak berani merubah diri, memperbaiki, ini akan mempercepat terjadinya kevakuman oil and gas. Dana kita APBN cuma US$ 5 juta, apa yang bisa kita harapkan? Production naik?," ujar Arcandra dalam Seminar Energi 2019, Selasa (19/2/2019).
"Akhirnya kita cari cara baru lewat blok-blok terminasi, kita buat term baru, yakni komitmen kerja-pasti, komitmen kegiatan plus dananya yang bisa dilakukan lima tahun pertama setelah kontrak itu beralih," sambungnya.
Arcandra juga menjelaskan, berdasarkan data Mackenzie, saat ini banyak negara telah menyusun strategi baik jangka pendek, menengah, maupun panjang, demi kelangsungan sektor migas mereka. India sama seperti Indonesia, yakni melakukan perubahan ketentuan sektor migas.
"Kita ranking 25 dari 131 negara, baru kali ini kalahkan 131 Malaysia. Tahun lalu dia 23, sekarang turun. Kita terbaik di Asia Tenggara, ini data."
"Jadi, apa rencana kita ke depan? Ini terbaru dari Mackinzey. Kita sama seperti India, gross split, kemudian Nigeria masih berdebat untuk new term, Iraq mencoba modified term."
Dengan skema baru ini, RI pun bisa mengalahkan Malaysia dalam hal kebijakan ekonomi dan energi yang atraktif untuk investasi migas.
Arcandra mengungkapkan, hingga saat ini sudah ada 40 blok migas yang menggunakan skema gross split, baik dari blok hasil lelang maupun blok existing. Hal ini menjadi bukti, skema gross split menjadi langkah yang tepat untuk memperbaiki sektor migas.
Research Director Wood Mackenzie Andrew Harwood mengatakan memang pihaknya melihat ada respon hangat dari para investor terhadap penawaran wilayah kerja migas Indonesia di 2018.
Ia mengatakan, ada 13 blok eksplorasi baru diberikan dan ini menggembirakan. "Tetapi masih banyak lagi yang dibutuhkan. Hanya terdapat investasi US$ 81 juta dan 3 sumur eksplorasi yang mendapat komitmen perusahaan dari semua blok ini," ujar Andrew kepada CNBC Indonesia ketika dihubungi, Selasa (22/1/2019).
Lebih lanjut, ia menuturkan, ada minat yang terbatas dari perusahaan minyak dan gas besar, sehingga sebagian besar blok baru tersebut diberikan kepada pemain baru atau perusahaan pemula yang ada di Indonesia dengan pengalaman terbatas dalam minyak dan gas.
Saksikan video tentang Gross Split di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(gus) Next Article ESDM: Tanpa Disrupsi Gross Split, Industri Migas RI Punah
Most Popular