
Berkah Gross Split, RI Dulang Rp31,5 T dari 40 Blok Migas
Iswari Anggit, CNBC Indonesia
19 February 2019 11:15

Jakarta, CNBC Indonesia- Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar tak henti-hentinya pamer kesuksesan gross split kepada publik.
Kali ini, di hadapan para pelaku industri migas yang berkumpul di Seminar Energi 2019. Menurutnya skema gross split hadir sebagai disrupsi yang dilakukan pemerintah untuk perbaiki iklim investasi.
"Kalau kita tidak berani mengubah diri, memperbaiki ini. Ini akan mempercepat terjadinya kevakuman migas," kata Arcandra, di Seohana Hall Energy Building, Selasa (19/2/2019).
Ia memaparkan saat itu dana eksplorasi dari APBN hanya US$ 5 juta, tidak bisa diharapkan untuk menggenjot produksi RI. Akhirnya, pemerintah mengupayakan cara baru lewat blok-blok terminasi terlebih dulu. Pemerintah merancang persyaratan baru, dan menyusun agar ada komitmen investasi yang lebih pasti, serta komitmen untuk menggarap lapangan yang diserahkan.
"Komit kegiatan dan dananya yang bisa dilakukan 5 tahun pertama setelah kontrak beralih, atau diperpanjang ke eksisting kontraktor," jelasnya.
Ia memberi contoh di 2018, sederet blok-blok migas masuk tahap terminasi namun bisa dirampungkan oleh tim kementerian dalam waktu 1 bulan. "Blok yang habis 2020 kita selesaikan Juni, 2021 Juli, salah satunya Blok Rokan."
Hasilnya, dengan skema baru di blok terminasi sekaligus blok baru ini pemerintah bisa raup Rp 31,5 triliun untuk komitmen eksplorasi. "Ini dana yang tersedia, kalau tidak dilakukan bagaimana? Diambil pemerintah. Jadi dana eksplorasi dari US$ 5 juta kini jadi US$ 2,1 miliar. Dan ini bukan APBN."
Selain dana eksplorasi, pemerintah juga meraup keuntungan dari bonus tanda tangan setiap peralihan blok. Totalnya mencapai US$ 885,3 juta atau Rp 13,3 triliun dari 40 blok migas. Salah satu penyumbang bonus tanda tangan terbesar adalah Pertamina saat mendapat Blok Rokan yakni mencapai US$ 783 juta dan komitmen pasti US$ 500 juta.
"Gunakanlah uang ini untuk eksplorasi ke depan, tersedia, tidak ada alasan tidak punya uang lagi."
Saksikan video 6 blok migas beralih ke skema gross split di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(gus/gus) Next Article ESDM: Tanpa Disrupsi Gross Split, Industri Migas RI Punah
Kali ini, di hadapan para pelaku industri migas yang berkumpul di Seminar Energi 2019. Menurutnya skema gross split hadir sebagai disrupsi yang dilakukan pemerintah untuk perbaiki iklim investasi.
Ia memaparkan saat itu dana eksplorasi dari APBN hanya US$ 5 juta, tidak bisa diharapkan untuk menggenjot produksi RI. Akhirnya, pemerintah mengupayakan cara baru lewat blok-blok terminasi terlebih dulu. Pemerintah merancang persyaratan baru, dan menyusun agar ada komitmen investasi yang lebih pasti, serta komitmen untuk menggarap lapangan yang diserahkan.
"Komit kegiatan dan dananya yang bisa dilakukan 5 tahun pertama setelah kontrak beralih, atau diperpanjang ke eksisting kontraktor," jelasnya.
Ia memberi contoh di 2018, sederet blok-blok migas masuk tahap terminasi namun bisa dirampungkan oleh tim kementerian dalam waktu 1 bulan. "Blok yang habis 2020 kita selesaikan Juni, 2021 Juli, salah satunya Blok Rokan."
Hasilnya, dengan skema baru di blok terminasi sekaligus blok baru ini pemerintah bisa raup Rp 31,5 triliun untuk komitmen eksplorasi. "Ini dana yang tersedia, kalau tidak dilakukan bagaimana? Diambil pemerintah. Jadi dana eksplorasi dari US$ 5 juta kini jadi US$ 2,1 miliar. Dan ini bukan APBN."
Selain dana eksplorasi, pemerintah juga meraup keuntungan dari bonus tanda tangan setiap peralihan blok. Totalnya mencapai US$ 885,3 juta atau Rp 13,3 triliun dari 40 blok migas. Salah satu penyumbang bonus tanda tangan terbesar adalah Pertamina saat mendapat Blok Rokan yakni mencapai US$ 783 juta dan komitmen pasti US$ 500 juta.
"Gunakanlah uang ini untuk eksplorasi ke depan, tersedia, tidak ada alasan tidak punya uang lagi."
Saksikan video 6 blok migas beralih ke skema gross split di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(gus/gus) Next Article ESDM: Tanpa Disrupsi Gross Split, Industri Migas RI Punah
Most Popular