Disebut Mandek, Tim Jokowi Beberkan Prestasi di Energi Baru

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
07 February 2019 15:43
Energi baru terbarukan di zaman Jokowi dinilai mandeg, dibantah oleh tim Jokowi dengan beberkan sejumlah prestasi
Foto: EBT
Jakarta, CNBC Indonesia- Pengembangan energi terbarukan di 2018 dinilai tidak mengalami kemajuan yang signifikan.

Dalam laporan yang dirilis oleh Institute for Essential Services Reform (IESR), menyoroti mandeknya kapasitas terpasang baru dari pembangkit listrik energi terbarukan dalam tiga tahun terakhir. Bahkan diperkirakan prospek energi terbarukan 2019 akan lebih suram, setidaknya hingga semester pertama 2019.



Namun, benarkah begitu?

Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Arif Budimanta menuturkan, pihaknya bakal terus melanjutkan dan mengokohkan pengembangan energi baru dan terbarukan ntuk mencapai target yang terukur pada 2025, jika nanti pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 1 Joko Widodo dan Ma'ruf Amin terpilih kembali.

Termasuk, lanjutnya, memberikan akses kepada rakyat untuk mengembangkan dan mengelola sumber-sumber energi terbarukan. Selain itu meneruskan program peningkatan produksi dan pemanfaatan energi fosil secara efisien serta meningkatkan nilai tambah untuk kemajuan perekonomian nasional.

Lebih lanjut, Arif menuturkan, sudah ada 70 kontrak EBT yang ditandatangani di 2017, ada yang sudah beroperasi, ada yang dalam rencana kerja, dan ada yang sedang mencari pendanaan.



"Tapi kita lihatnya komitmen untuk capai EBT ini terus dikerjakan," tegas Arif.

Selain itu, ia memaparkan, kapasitas pembangkit EBT terus meningkat dari waktu ke waktu. Dari 2014, sudah ada sekitar 1.403 MW dan naik hampir 1.950 MW, setiap tahun ada tambahan 100 MW.

Disebut Mandek, Tim Jokowi Beberkan Prestasi di Energi BaruFoto: Infografis/Desa Kincir/ Edward Ricardo


"Ini menunjukkan komitmen serius pemerintah. Kapasitas terpasang juga sudah ada bio, angin, hydro, dan sebagainya," ujar Arif.

Teranyar, ada program B20. Pemerintah akan berencana kembangkan B30 sampai ke B50. Arif menilai ini penting, sebab yang membuat neraca perdagangan Indonesia defisit terus menerus salah satunya dari sektor migas.



Arif memaparkan, potensi EBT di Indonesia ada 447,1 GW, didominasi oleh energi surya sebesar 207,4 GW. Ia mengakui pemanfaatannya masih belum maksimal karena baru 9,18 GW. Ke depannya, pemanfaatan ini akan didorong agar bisa mendukung pengembangan ekonomi wilayah.

"Kami tetap memiliki komitmen kuat, dan harus secara konsisten kita laksanakan. Kalau memang dari sisi teknologinya semakin lama semakin murah, bukan tidak mungkin diversifikasi sumber daya alam EBT kita yang ada sekarang, di dalam RUEN porsi EBT bisa 40-50%. Ini butuh komitmen," pungkas Arif.

Simak Video PLTBĀ SidrapĀ Berikut Ini


(gus) Next Article Tahun Politik dan Tarif Listrik Ancam Energi Baru di 2019

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular