
Kenapa Fintech Menjamur di Indonesia? Ini kata OJK
Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
23 January 2019 10:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai Indonesia menjadi negara yang paling cocok dan diuntungkan dengan implementasi teknologi di sektor keuangan atau financial technology (fintech) karena memiliki potensi besar.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan beberapa faktor yang menunjukkan kecocokan penerapan fintech itu di antaranya posisi geografis Indonesia yang mencapai 17.000 pulau dan kehidupan di Tanah Air yang cukup dominan tinggal di daerah pelosok (remote).
"Hidup di daerah remote, enggak semua bisa di-visit [dikunjungi]. Orang [negara] lain terkagum-kagum. Kita dilahirkan, dengan penduduk 250 juta. Masyakarat juga tercampur," kata Wimboh dalam acara Antisipasi Disrupsi Teknologi Keuangan Kerja 4.0 : Mengendalikan Fintech sebagai Parameter Perekonomian Masa Kini, di Jakarta, Rabu (23/2/2019).
Menurut Wimboh, pertumbuhan teknologi mendorong transaksi di bidang ini terus bertumbuh. Sebagai perbandingan, kata Wimboh, data penjualan e-commerce sudah mencapai US$ 7 miliar atau sekitar Rp 98 triliun (dengan asumsi kurs Rp 14.000/dolar AS).
Jumlah itu naik 22% dari tahun sebelumnya. Bahkan pertumbuhan transaksi e-commerce bisa menuju Rp 100 trilliun dan terus meningkat
Indonesia, katanya, berbeda secara karakter dengan negara lain seperti China, Malaysia, Thailand serta Singapura secara geografis dan karakter masyaraat. Secara jumlah, dengan pembeli e-commerce yang mencapai 28 juta saat ini, Indonesia cukup dominan dibandingkan pembeli dari Singapura, Malaysia, dan Indonesia.
"Penduduk Singapura sekitar 3 juta, jadi Singapura semua sudah pakai internet, tapi hanya 3 juta penduduk Malaysia dari 30 juta penduduknya, jadi total penduduk Asia 50% itu Indonesia. Jadi betapa besarnya Indonesia," katanya.
"Kalau dulu besar iya, tapi begitu enggak ada teknologi useless, mengirim barang mahal. Mau didik orang harus datang ke sana, dengan teknologi sangat mudah diakses. Masyarakat bisa menikmati semua produk jasa keuangan," ujarnya.
Dalam paparannya, Wimboh mengungkapkan saat ini dalam industri fintech, Indonesia berada di urutan 16 sebagai negara dengan ekonomi terbesar, dan tahun 2030 diprediksi Indonesia bisa berada di urutan ke 7 terbesar di dunia dalam industri fintech.
(tas) Next Article Bos OJK Soal P2P Lending: Ada Customer Ngutang ke 20 Fintech
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan beberapa faktor yang menunjukkan kecocokan penerapan fintech itu di antaranya posisi geografis Indonesia yang mencapai 17.000 pulau dan kehidupan di Tanah Air yang cukup dominan tinggal di daerah pelosok (remote).
"Hidup di daerah remote, enggak semua bisa di-visit [dikunjungi]. Orang [negara] lain terkagum-kagum. Kita dilahirkan, dengan penduduk 250 juta. Masyakarat juga tercampur," kata Wimboh dalam acara Antisipasi Disrupsi Teknologi Keuangan Kerja 4.0 : Mengendalikan Fintech sebagai Parameter Perekonomian Masa Kini, di Jakarta, Rabu (23/2/2019).
Jumlah itu naik 22% dari tahun sebelumnya. Bahkan pertumbuhan transaksi e-commerce bisa menuju Rp 100 trilliun dan terus meningkat
"Penduduk Singapura sekitar 3 juta, jadi Singapura semua sudah pakai internet, tapi hanya 3 juta penduduk Malaysia dari 30 juta penduduknya, jadi total penduduk Asia 50% itu Indonesia. Jadi betapa besarnya Indonesia," katanya.
"Kalau dulu besar iya, tapi begitu enggak ada teknologi useless, mengirim barang mahal. Mau didik orang harus datang ke sana, dengan teknologi sangat mudah diakses. Masyarakat bisa menikmati semua produk jasa keuangan," ujarnya.
Dalam paparannya, Wimboh mengungkapkan saat ini dalam industri fintech, Indonesia berada di urutan 16 sebagai negara dengan ekonomi terbesar, dan tahun 2030 diprediksi Indonesia bisa berada di urutan ke 7 terbesar di dunia dalam industri fintech.
(tas) Next Article Bos OJK Soal P2P Lending: Ada Customer Ngutang ke 20 Fintech
Most Popular