
Internasional
China Masih Berat Hati Buka Pasar untuk Visa & Mastercard
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
15 January 2019 12:44

Jakarta, CNBC Indonesia - China diketahui telah mencoba membuka ekonominya lebih lebar bagi investasi asing. Namun ternyata Negeri Tirai Bambu ini tetap merupakan pasar yang menantang bagi beberapa raksasa asing.
Tahun 2018 lalu China membuat serangkaian pengumuman mengenai pelonggaran ekonominya, yang disebut beberapa pihak "belum pernah terjadi sebelumnya". Langkah itu muncul ketika keluhan tentang akses yang tidak setara bagi pemain asing di negara itu meningkatkan ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Namun di tengah negosiasi yang sedang berlangsung, belum banyak perusahaan asing yang mendapatkan akses penuh ke pasar terbesar Asia itu.
Pada hari Senin (14/1/2019), Financial Times melaporkan, dengan mengutip dua sumber, bahwa bank sentral China (People's Bank of China/PBOC) belum secara resmi menyatakan menerima aplikasi dari Visa dan Mastercard untuk memproses pembayaran dalam yuan.
Kedua perusahaan itu mengajukan aplikasi lebih dari setahun yang lalu, dan peraturan mengatakan begitu bank sentral memberi tanda terima pengajuan, maka bank harus membuat keputusan dalam waktu 90 hari, lapor FT dan dilansir dari CNBC International.
Visa dan Mastercard tidak segera menanggapi permintaan berkomentar dari CNBC.
PBOC mengarahkan CNBC ke pernyataan yang dibagikan dengan situs media finansial China yang dikelola swasta, Wall Street CN. Komentar dari kepala pembayaran bank sentral mengatakan bahwa Mastercard menarik aplikasi pada Juni 2018 dan bahwa aplikasi Visa dari April 2018 masih kekurangan beberapa syarat tambahan.
"Sepanjang seluruh proses, People's Bank of China tidak pernah mengangkat masalah atau persyaratan usaha patungan untuk beroperasi di China," kata perwakilan bank sentral, menurut terjemahan CNBC dari laporan berbahasa Mandarin itu.
Persetujuan itu akan memungkinkan dua perusahaan yang berbasis di AS tersebut untuk bersaing di pasar lokal dengan Unionpay milik China.
Unionpay, yang menurut laporan FT memiliki bank sentral sebagai pemegang saham terbesarnya, mendominasi pasar lokal dan telah berkembang ke luar negeri. Perusahaan ini memiliki 36% pangsa pasar global dalam pembayaran kartu bank, menurut penelitian RBR yang dikutip dalam laporan FT.
Artikel itu mencatat Visa dan Mastercard masing-masing memiliki 32% dan 20% pangsa pasar global.
Setelah bertahun-tahun, Beijing akhirnya membuat beberapa langkah dalam memungkinkan pihak asing memiliki akses yang lebih besar ke industri keuangan lokal.
Pada bulan November, People's Bank of China mengumumkan pihaknya memberikan persetujuan awal pada American Express untuk memproses dan menyelesaikan pembayaran yuan domestik melalui mitra joint venture lokal perusahaan, LianLian.
Beberapa minggu kemudian, UBS mengumumkan Komisi Regulasi Sekuritas China memberikan persetujuan pada perusahaan untuk meningkatkan sahamnya di perusahaan patungan lokal menjadi mayoritas 51%, dan menjadi bank asing pertama yang melakukannya.
Sebelumnya pada tahun 2018, Beijing menghapus batasan kepemilikan asing di bank dan mengumumkan rencana untuk melakukan hal yang sama di sektor asuransi dan sekuritas, serta memungkinkan investor asing di negara itu untuk membeli saham yang diperdagangkan di China daratan.
Presiden Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Keqiang secara terbuka menyatakan komitmen mereka untuk meningkatkan akses asing ke industri keuangan.
Pada hari Jumat, Xiao Yuanqi, juru bicara Komisi Pengaturan Perbankan dan Asuransi China mengatakan pemerintah akan mempertimbangkan untuk lebih lanjut membuka pasar keuangannya dan ingin perusahaan asing untuk mendirikan cabang, berinvestasi di China, dan membawa profesional dan teknologinya, menurut sebuah laporan dari kantor berita negara Xinhua.
Namun, para pengkritik akan mencatat kurangnya akses asing di industri kartu bank hanyalah salah satu dari banyak janji yang belum dipenuhi China sejak bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization / WTO) pada tahun 2001.
Lebih dari enam tahun yang lalu, Organisasi Perdagangan Dunia mengatakan Beijing melanggar aturan organisasi dengan mengharuskan semua kartu pembayaran berdenominasi yuan untuk bekerja sama dengan Unionpay China.
(prm) Next Article BUMN Ini Mampu Kalahkan Keperkasaan Visa dan Mastercard
Tahun 2018 lalu China membuat serangkaian pengumuman mengenai pelonggaran ekonominya, yang disebut beberapa pihak "belum pernah terjadi sebelumnya". Langkah itu muncul ketika keluhan tentang akses yang tidak setara bagi pemain asing di negara itu meningkatkan ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Namun di tengah negosiasi yang sedang berlangsung, belum banyak perusahaan asing yang mendapatkan akses penuh ke pasar terbesar Asia itu.
Kedua perusahaan itu mengajukan aplikasi lebih dari setahun yang lalu, dan peraturan mengatakan begitu bank sentral memberi tanda terima pengajuan, maka bank harus membuat keputusan dalam waktu 90 hari, lapor FT dan dilansir dari CNBC International.
Visa dan Mastercard tidak segera menanggapi permintaan berkomentar dari CNBC.
![]() |
PBOC mengarahkan CNBC ke pernyataan yang dibagikan dengan situs media finansial China yang dikelola swasta, Wall Street CN. Komentar dari kepala pembayaran bank sentral mengatakan bahwa Mastercard menarik aplikasi pada Juni 2018 dan bahwa aplikasi Visa dari April 2018 masih kekurangan beberapa syarat tambahan.
"Sepanjang seluruh proses, People's Bank of China tidak pernah mengangkat masalah atau persyaratan usaha patungan untuk beroperasi di China," kata perwakilan bank sentral, menurut terjemahan CNBC dari laporan berbahasa Mandarin itu.
Persetujuan itu akan memungkinkan dua perusahaan yang berbasis di AS tersebut untuk bersaing di pasar lokal dengan Unionpay milik China.
Unionpay, yang menurut laporan FT memiliki bank sentral sebagai pemegang saham terbesarnya, mendominasi pasar lokal dan telah berkembang ke luar negeri. Perusahaan ini memiliki 36% pangsa pasar global dalam pembayaran kartu bank, menurut penelitian RBR yang dikutip dalam laporan FT.
Artikel itu mencatat Visa dan Mastercard masing-masing memiliki 32% dan 20% pangsa pasar global.
Setelah bertahun-tahun, Beijing akhirnya membuat beberapa langkah dalam memungkinkan pihak asing memiliki akses yang lebih besar ke industri keuangan lokal.
Pada bulan November, People's Bank of China mengumumkan pihaknya memberikan persetujuan awal pada American Express untuk memproses dan menyelesaikan pembayaran yuan domestik melalui mitra joint venture lokal perusahaan, LianLian.
Beberapa minggu kemudian, UBS mengumumkan Komisi Regulasi Sekuritas China memberikan persetujuan pada perusahaan untuk meningkatkan sahamnya di perusahaan patungan lokal menjadi mayoritas 51%, dan menjadi bank asing pertama yang melakukannya.
Sebelumnya pada tahun 2018, Beijing menghapus batasan kepemilikan asing di bank dan mengumumkan rencana untuk melakukan hal yang sama di sektor asuransi dan sekuritas, serta memungkinkan investor asing di negara itu untuk membeli saham yang diperdagangkan di China daratan.
![]() |
Presiden Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Keqiang secara terbuka menyatakan komitmen mereka untuk meningkatkan akses asing ke industri keuangan.
Pada hari Jumat, Xiao Yuanqi, juru bicara Komisi Pengaturan Perbankan dan Asuransi China mengatakan pemerintah akan mempertimbangkan untuk lebih lanjut membuka pasar keuangannya dan ingin perusahaan asing untuk mendirikan cabang, berinvestasi di China, dan membawa profesional dan teknologinya, menurut sebuah laporan dari kantor berita negara Xinhua.
Namun, para pengkritik akan mencatat kurangnya akses asing di industri kartu bank hanyalah salah satu dari banyak janji yang belum dipenuhi China sejak bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization / WTO) pada tahun 2001.
Lebih dari enam tahun yang lalu, Organisasi Perdagangan Dunia mengatakan Beijing melanggar aturan organisasi dengan mengharuskan semua kartu pembayaran berdenominasi yuan untuk bekerja sama dengan Unionpay China.
(prm) Next Article BUMN Ini Mampu Kalahkan Keperkasaan Visa dan Mastercard
Most Popular