Bukan Beli Tanah Air, Ini Jawab Inalum Soal Akuisisi Freeport
Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
21 December 2018 12:46

Jakarta, CNBC Indonesia- RI tinggal selangkah lagi untuk mengakuisisi PT Freeport Indonesia. Banyak yang menilai bahwa langkah pemerintah Indonesia yang diwakili oleh PT Inalum (Persero) ini ibarat membeli tanah air sendiri. Benarkah?
Nilai akuisisi Freeport pun tidak kecil, yakni mencapai US$ 3,85 miliar atau sekitar Rp 55,8 triliun. Ada yang menilai uang ini semestinya tidak usah dikeluarkan karena yang dibeli adalah tanah air sendiri, mengingat tambang Freeport ada di di Papua, Indonesia.
[Gambas:Video CNBC]
Terkait pandangan ini, PT Inalum (Persero) pun memberikan alasannya. Dalam dokumen fakta Inalum, perseroan menegaskan bahwa akuisisi ini bukan membeli tanah air sendiri, sebab yang dibeli adalah saham bukan cadangan atau kandungan mineral di dalamnya.
Inalum menjelaskan bahwa hanya menghitung hasil tambang dan cash flow dari produksi sampai akhir masa kontrak. Produksi tidak sama dengan cadangan. Dalam valuasi, perusahaan tidak memperhitungkan cadangan dengan potensi tembaga dan emas yang sangat besar di Area Kucing Liar, yang menjadi bagian dari Blok A konsesi PTFI.
Pihak Indonesia, tegasnya lagi, membeli saham perusahaan PTFI, bukan cadangan yang dimiliki oleh PTFI dimana PTFI sudah mengantongi izin komersial untuk menambang di Grasberg sejak 50 tahun yang lalu. "Ini merupakan kesepakatan komersial / busines-to-business (B2B) sehingga penyelesaiannya juga dilakukan melalui pendekatan komersial," tulisnya.
Next Article Terungkap, Ini 3 Program Inalum Usai Sukses Rebut Freeport
Nilai akuisisi Freeport pun tidak kecil, yakni mencapai US$ 3,85 miliar atau sekitar Rp 55,8 triliun. Ada yang menilai uang ini semestinya tidak usah dikeluarkan karena yang dibeli adalah tanah air sendiri, mengingat tambang Freeport ada di di Papua, Indonesia.
[Gambas:Video CNBC]
Inalum menjelaskan bahwa hanya menghitung hasil tambang dan cash flow dari produksi sampai akhir masa kontrak. Produksi tidak sama dengan cadangan. Dalam valuasi, perusahaan tidak memperhitungkan cadangan dengan potensi tembaga dan emas yang sangat besar di Area Kucing Liar, yang menjadi bagian dari Blok A konsesi PTFI.
Pihak Indonesia, tegasnya lagi, membeli saham perusahaan PTFI, bukan cadangan yang dimiliki oleh PTFI dimana PTFI sudah mengantongi izin komersial untuk menambang di Grasberg sejak 50 tahun yang lalu. "Ini merupakan kesepakatan komersial / busines-to-business (B2B) sehingga penyelesaiannya juga dilakukan melalui pendekatan komersial," tulisnya.
Next Article Terungkap, Ini 3 Program Inalum Usai Sukses Rebut Freeport
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular