Ada Gap Iuran, Jangan Heran Tiap Tahun BPJS Kesehatan Defisit
Roy Franedya, CNBC Indonesia
12 December 2018 12:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Fahmi Idris mengungkap penyebab BPJS Kesehatan selalu mengalami defisit setiap tahun dan belum mampu mandiri secara keuangan.
Fahmi Idris mengatakan penyebab defisit karena adanya gap antara iuran ideal dengan iuran yang ditagihkan kepada masyarakat. Selain itu, kebijakan pematokan gaji untuk iuran pekerja formal juga jadi penyebabnya.
Dalam hitungan DJSN, iuran ideal untuk masyarakat mampu untuk rumah sakit kelas tiga harusnya Rp 50.000/bulan. Kelas II Rp 63.000/bulan dan kelas I Rp 80.000/bulan. Sementara iuran yang dipungut untuk kelas III Rp 25.500/bulan. Kelas II Rp 51.000/bulan dan kelas I Rp 80.000/bulan.
"Jadi ada gap yang harus kami tanggung. Hanya iuran kelas I yang sesuai dengan perhitungan ideal," ujar Fahmi Idris ketika berbincang dalam acara Profit CNBC Indonesia TV yang dipandu Aline Wiratmaja dan Erwin Surya Brata, Rabu (12/12/2018).
"Untuk iuran pekerja formal di patok 5% dari gaji yang maksimal Rp 8 juta. Jadi misalnya gaji Rp 20 juta yang dikenakan tetap Rp 8 juta. Pertanyaannya maukan masyarakat berkontribusi lebih bila batasan gaji Rp 8 juta dihilangkan."
Fahmi Idris mengatakan BPJS Kesehatan dan Kementerian Keuangan sudah melakukan simulasi pungutan iuran. Ada 36 simulasi yang dilakukan dan hasilnya BPJS Kesehatan masih tetap defisit.
"Kita akan tetap saja desifit selama akar masalahnya di struktur iuran," jelasnya.
Asal tahu saja, tiap tahun BPJS Kesehatan menderita defisit keuangan. Tahun ini manajemen memproyeksi defisit BPJS Kesehatan mencapai Rp 16,5 triliun karena adanya utang tahun sebesar Rp 4,5 triliun yang dibawa dari tahun lalu.
Pemerintah sudah menyuntik BPJS Kesehatan sebanyak dua kali. Pada September sebesar Rp 4,999 triliun. Tahap kedua sebesar Rp 5,26 triliun yang dicairkan dua kali. Pencairan pertama pada 5 Desember sebesar Rp 3 triliun dan 14 Desember sebesar Rp 2,6 triliun.
[Gambas:Video CNBC]
(roy/dru) Next Article Solusi Rizal Ramli Untuk Sehatkan BPJS Kesehatan
Fahmi Idris mengatakan penyebab defisit karena adanya gap antara iuran ideal dengan iuran yang ditagihkan kepada masyarakat. Selain itu, kebijakan pematokan gaji untuk iuran pekerja formal juga jadi penyebabnya.
Dalam hitungan DJSN, iuran ideal untuk masyarakat mampu untuk rumah sakit kelas tiga harusnya Rp 50.000/bulan. Kelas II Rp 63.000/bulan dan kelas I Rp 80.000/bulan. Sementara iuran yang dipungut untuk kelas III Rp 25.500/bulan. Kelas II Rp 51.000/bulan dan kelas I Rp 80.000/bulan.
Fahmi Idris mengatakan BPJS Kesehatan dan Kementerian Keuangan sudah melakukan simulasi pungutan iuran. Ada 36 simulasi yang dilakukan dan hasilnya BPJS Kesehatan masih tetap defisit.
"Kita akan tetap saja desifit selama akar masalahnya di struktur iuran," jelasnya.
Asal tahu saja, tiap tahun BPJS Kesehatan menderita defisit keuangan. Tahun ini manajemen memproyeksi defisit BPJS Kesehatan mencapai Rp 16,5 triliun karena adanya utang tahun sebesar Rp 4,5 triliun yang dibawa dari tahun lalu.
Pemerintah sudah menyuntik BPJS Kesehatan sebanyak dua kali. Pada September sebesar Rp 4,999 triliun. Tahap kedua sebesar Rp 5,26 triliun yang dicairkan dua kali. Pencairan pertama pada 5 Desember sebesar Rp 3 triliun dan 14 Desember sebesar Rp 2,6 triliun.
[Gambas:Video CNBC]
(roy/dru) Next Article Solusi Rizal Ramli Untuk Sehatkan BPJS Kesehatan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular