Internasional

PM Inggris Tunda Voting Brexit di Parlemen, Takut Kalah?

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
11 December 2018 07:16
Perdana Menteri Inggris Theresa May menunda voting atas perjanjian Brexit di parlemen menyusul ketakutan bahwa pihak pemerintah akan mengalami kekalahan.
Foto: Gestur tubuh Perdana Menteri Inggris Theresa May saat konferensi pers di Downing Street di London, Inggris 15 November 2018. Matt Dunham / Pool via Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Inggris Theresa May menunda pemungutan suara (voting) atas perjanjian Brexit di parlemen menyusul ketakutan bahwa pihak pemerintah akan mengalami kekalahan yang memalukan.

Langkah itu dikonfirmasi oleh pernyataan May kepada anggota parlemen di House of Commons, Senin (10/12/2018) siang.


Ia mengklaim sementara ada dukungan yang luas terhadap kesepakatan yang ia ajukan, isu backstop Irlandia Utara tetap menjadi masalah dan ia akan kembali menemui pihak Uni Eropa (UE) untuk merundingkan kembali perjanjian itu.

"Saya akan melakukan pembicaraan darurat dengan para pemimpin UE untuk membahas kemungkinan perubahan terkait backstop," kata May. Ia menambahkan bahwa Brussels terbuka untuk diskusi lebih lanjut terkait hal tersebut, dilansir dari CNBC International.

Pemimpin Inggris itu tetap mempertahankan usulan awalnya dan mengatakan ia yakin ini adalah kesepakatan Brexit yang benar. May juga memperingatkan bahwa mereka yang mendorong terjadinya referendum kedua harus jujur mengenai risiko perpecahan di Inggris bila itu terjadi.

PM Inggris Tunda Voting Brexit di Parlemen, Takut Kalah?Foto: Infografis/Brexit/Arie Pratama

Ia kemudian memperingatkan mereka yang ingin Inggris meninggalkan UE tanpa kesepatakan harus jujur mengenai dampaknya terhadap wilayah-wilayah miskin Inggris.
Kemunduran ini akan dipandang sebagai kegagalan pemerintah untuk meyakinkan cukup banyak anggota parlemen bahwa rancangan perjanjian Brexit dengan Brussels adalah kesepakatan terbaik yang mungkin ada.

Di awal pernyataannya, poundsterling berada di US$1,2640 terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan jatuh ke posisi US$1,2563 saat ia berbicara. Hari Senin, poundsterling ditutup turun 1,2%.


Merespons pernyataan May, pemimpin kubu oposisi Partai Buruh, Jeremy Corbyn, mengatakan jelas bahwa pemerintah telah kehilangan kendali dan sedang berada dalam kekacauan.

Corbyn menambahkan bahwa May berusaha mengulur waktu demi mendapatkan kesempatan terakhir untuk mencapai kesepakatan. Dan bila May tidak berhasil mencapai kesepakatan, ia harus mundur, tambahnya.
(prm) Next Article Inggris Resmi Cerai dari Uni Eropa, Siapa Untung?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular