
Terseret Harga Minyak, Belanja Modal Pertamina Terancam
Gustidha Budiartie & Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
06 December 2018 11:25

Jakarta, CNBC Indonesia- Fluktuasi harga minyak dunia yang tak menentu bisa membuat PT Pertamina (Persero) menyesuaikan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) di tahu
Di 2018, Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero), Pahala Mansury, sempat mengatakan realisasi belanja modal turun dari yang dianggarkan karena naiknya harga minyak dunia. Dari target US$ 5,59 miliar turun jadi US$ 4 miliar. Sedangkan, sampai akhir tahun, Pahala memproyeksi realisasi penyerapan belanja modal sampai akhir tahun bahkan diperkirakan sebesar US$ 3,5 miliar.
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Fajar Harry Sampurno juga mengakui dampak fluktuasi harga minyak ke BUMN migas dalam negeri ini.
"Asumsinya kan berubah, kurs berubah, ICP berubah, termasuk dengan adanya B20 ini alokasi juga berubah. RKAP turun dari tahun lalu," kata Fajar saat dijumpai, Rabu (5/12/2018).
Untuk tahun depan, Pertamina masih menganggarkan belanja modal yang cukup konservatif dengan target tak jauh beda dibanding tahun ini yakni US$ 5,5 miliar. Alokasinya adalah 50% untuk sektor hulu, 25% untuk sektor hilir, dan 25% untuk pengembangan infrastruktur logistik.
Alokasi 50% di sektor hulu artinya hanya sekitar US$ 2,5 miliar atau US$ 2,7 miliar, cukup kecil untuk perusahaan migas yang semestinya fokus di hulu untuk tingkatkan eksplorasi dan produksi.
Harga minyak tahun ini memang naik turun. Di awal hingga pertengahan tahun terus merangkak naik hingga akhirnya tembus level US$ 80 per barel di September 2018. Lalu, perlahan mulai turun, dan akhirnya merosot ke kisaran US$ 62 per barel.
Kenaikan harga minyak seharusnya menguntungkan perusahaan migas, seperti Petronas misalnya. Meski produksi migas Petronas turun, tapi laba perusahaan meroket 50% berkat naiknya harga minyak, hingga kuartal III-2018 akhirnya perusahaan bisa membukukan Rp 142 triliun.
Sementara Pertamina, hanya bisa membukukan Rp 5 triliun. Keuntungannya terus tergerus akibat naiknya beban di hilir karena kenaikan harga minyak dunia. Riset Bank BUMN dalam negeri yang diluncurkan Juli lalu juga menyebut setiap kenaikan harga minyak US$ 1 per barel, Pertamina bisa tergerus hingga Rp 2,8 triliun.
(wed) Next Article Anjlok, Laba Pertamina Kuartal III-2018 Cuma Rp5 T
Di 2018, Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero), Pahala Mansury, sempat mengatakan realisasi belanja modal turun dari yang dianggarkan karena naiknya harga minyak dunia. Dari target US$ 5,59 miliar turun jadi US$ 4 miliar. Sedangkan, sampai akhir tahun, Pahala memproyeksi realisasi penyerapan belanja modal sampai akhir tahun bahkan diperkirakan sebesar US$ 3,5 miliar.
"Asumsinya kan berubah, kurs berubah, ICP berubah, termasuk dengan adanya B20 ini alokasi juga berubah. RKAP turun dari tahun lalu," kata Fajar saat dijumpai, Rabu (5/12/2018).
Untuk tahun depan, Pertamina masih menganggarkan belanja modal yang cukup konservatif dengan target tak jauh beda dibanding tahun ini yakni US$ 5,5 miliar. Alokasinya adalah 50% untuk sektor hulu, 25% untuk sektor hilir, dan 25% untuk pengembangan infrastruktur logistik.
Alokasi 50% di sektor hulu artinya hanya sekitar US$ 2,5 miliar atau US$ 2,7 miliar, cukup kecil untuk perusahaan migas yang semestinya fokus di hulu untuk tingkatkan eksplorasi dan produksi.
Harga minyak tahun ini memang naik turun. Di awal hingga pertengahan tahun terus merangkak naik hingga akhirnya tembus level US$ 80 per barel di September 2018. Lalu, perlahan mulai turun, dan akhirnya merosot ke kisaran US$ 62 per barel.
Kenaikan harga minyak seharusnya menguntungkan perusahaan migas, seperti Petronas misalnya. Meski produksi migas Petronas turun, tapi laba perusahaan meroket 50% berkat naiknya harga minyak, hingga kuartal III-2018 akhirnya perusahaan bisa membukukan Rp 142 triliun.
Sementara Pertamina, hanya bisa membukukan Rp 5 triliun. Keuntungannya terus tergerus akibat naiknya beban di hilir karena kenaikan harga minyak dunia. Riset Bank BUMN dalam negeri yang diluncurkan Juli lalu juga menyebut setiap kenaikan harga minyak US$ 1 per barel, Pertamina bisa tergerus hingga Rp 2,8 triliun.
![]() |
(wed) Next Article Anjlok, Laba Pertamina Kuartal III-2018 Cuma Rp5 T
Most Popular