Anjlok, Laba Pertamina Kuartal III-2018 Cuma Rp5 T

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
04 December 2018 13:30
Keuangan Pertamina babak belur di tahun ini, hingga kuartal III perusahaan hanya mampu cetak laba Rp 5 triliun
Foto: Nicke ketika membuka gelaran Pertamina Energy Forum 2018, di Jakarta, Rabu (28/11/2018). (CNBC Indonesia/Anatasia Avirianti)
Jakarta, CNBC Indonesia- Keuangan perusahaan migas terbesar nasional PT Pertamina (Persero) benar-benar seret. Berdasar paparan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), laba Pertamina di kuartal III-2018 hanya Rp 5 triliun.

Angka ini merosot jauh dibanding capaian di 2017 lalu di mana dalam setahun perseroan bisa membukukan laba hingga Rp 35 triliun.


Data ini diungkap oleh Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius Kiik Ro, di kementerian BUMN, Selasa (4/12/2018). "Ini untuk kuartal III 2018, untuk per sektor bisa dijelaskan deputi terkait," ujarnya.

Merosotnya laba Pertamina ini pada September lalu sempat dibocorkan juga oleh Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno, mengatakan laba bersih PT Pertamina (Persero) sampai pada semester I-2018 tidak sampai Rp 5 triliun.

"Iya, baru tercapai semester 1 tidak sampai Rp 5 triliun. Jauh lah dari RKAP Rp 32 triliun," ujar Fajar kepada media saat dijumpai di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Kamis (6/9/2018).

Lebih lanjut, Fajar mengatakan, hal tersebut utamanya disebabkan oleh harga minyak dunia yang mengalami kenaikan. Meski harga minyak yang naik tersebut menyebabkan pendapatan di sektor hulu migas naik, hal tersebut belum cukup untuk menjadi kompensasi pendapatan di sektor hilir.

Sebelumnya, lembaga pemeringkat Fitch Ratings menilai kebijakan pemerintah yang menunda kenaikan harga BBM premium hanya semakin menekan kondisi keuangan PT Pertamina (Persero).

Lembaga ini menyoroti maju mundur kebijakan kenaikan harga BBM yang terjadi 10 Oktober lalu, di mana rencana menaikkan harga Premium dibatalkan begitu saja sejam sejak diumumkan. Ini, kata Fitch Ratings, menggambarkan betapa sensitifnya isu BBM di Indonesia. 

Dengan kejadian tersebut, mereka meyakini kenaikan harga bbm yang diatur pemerintah (yakni BBM subsidi maupun Premium) sulit dilakukan hingga Pemilu berlagsung di April tahun depan. 

"Penundaan pemerintah menaikkan harga bahan bakar akan menekan laba Pertamina hingga 12 bulan ke depan, akibat makin meruginya perusahaan di sektor penjualan BBM," ujar Direktur Fitch Ratings Shahim Zubair, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (16/10/2018).
(gus/gus) Next Article Laba Pertamina Anjlok 73%, Ini Alasannya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular