
Laba Pertamina Anjlok 73%, Ini Alasannya
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
06 September 2018 16:41

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga minyak dunia yang mengalami kenaikan disebut-sebut sebagai penyebab dari perolehan laba PT Pertamina (Persero) yang tidak sampai Rp 5 triliun di semester I-2018 ini.
"Harga minyak dunia naik. Meski harga minyak yang naik tersebut menyebabkan pendapatan di sektor hulu migas naik, itu belum cukup untuk menjadi kompensasi pendapatan di sektor hilir," ujar Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno kepada media saat dijumpai di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Kamis (6/9/2018).
Lebih lanjut, Fajar mengatakan, laba bersih Pertamina sampai semester I-2018 ini memang masih jauh dari RKAP yang ditetapkan sebesar Rp 32 triliun. Namun, jumlah laba tersebut belum merupakan angka pasti karena pasti prognosanya akan berubah, termasuk juga harga ICP dan kurs.
"Iya, baru tercapai semester 1 tidak sampai Rp 5 triliun. Jauh lah dari RKAP Rp 32 triliun, pasti prognosanya akan berubah, termasuk juga harga ICP dan kurs," tambah Fajar.
Menanggapi hal ini, Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero) Arief Budiman mengatakan, angka tersebut belum merupakan angka akhir, karena masih belum memasukkan selisih harga jual dengan subsidi. "Belum final angkanya, RKAP-nya belum disetujui kok, masih proses revisi. Kemungkinan memang akan menurunkan target laba dari Rp 32 triliun tersebut," tutur Arief.
Sebelumnya, Arief Budiman memang sempat mengklaim, sampai pada semester I-2018, secara keseluruhan, Pertamina masih membukukan laba perusahaan. "Secara keseluruhan sih masih laba," ujar Arief kepada media saat dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (31/8/2019).
Sebagai perbandingan, laba bersih BUMN Migas ini di semester I-2017 bisa mencapai hingga US$ 1,4 miliar atau sekitar Rp 18,7 triliun dengan nilai kurs saat itu.
Soal laba yang tergerus ini, sebenarnya sudah diperkirakan oleh perusahaan. Merujuk pada proyeksi Profil Keuangan Pertamina 2017-2022 yang dipaparkan pada Maret 2018 lalu di depan Komisi VII DPR, jika mengacu pada harga minyak mentah Indonesia (ICP) dalam APBN 2018 yang sebesar US$ 48 per barel, maka harusnya Pertamina bisa mendapat laba sekitar US$ 2,4 miliar.
Namun, harga ICP saat ini sudah berkisar di US$ 70, maka laba yang diperoleh perusahaan akan susut menjadi US$ 1 miliar. Sehingga, harapannya saat ini adalah subsidi Solar dari pemerintah yang dinilai akan sangat membantu untuk kinerja keuangan Pertamina.
(gus) Next Article Laba Pertamina Anjlok 81% Jadi Rp 5 T, Ini Sebabnya
"Harga minyak dunia naik. Meski harga minyak yang naik tersebut menyebabkan pendapatan di sektor hulu migas naik, itu belum cukup untuk menjadi kompensasi pendapatan di sektor hilir," ujar Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno kepada media saat dijumpai di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Kamis (6/9/2018).
"Iya, baru tercapai semester 1 tidak sampai Rp 5 triliun. Jauh lah dari RKAP Rp 32 triliun, pasti prognosanya akan berubah, termasuk juga harga ICP dan kurs," tambah Fajar.
Menanggapi hal ini, Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero) Arief Budiman mengatakan, angka tersebut belum merupakan angka akhir, karena masih belum memasukkan selisih harga jual dengan subsidi. "Belum final angkanya, RKAP-nya belum disetujui kok, masih proses revisi. Kemungkinan memang akan menurunkan target laba dari Rp 32 triliun tersebut," tutur Arief.
Sebelumnya, Arief Budiman memang sempat mengklaim, sampai pada semester I-2018, secara keseluruhan, Pertamina masih membukukan laba perusahaan. "Secara keseluruhan sih masih laba," ujar Arief kepada media saat dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (31/8/2019).
Sebagai perbandingan, laba bersih BUMN Migas ini di semester I-2017 bisa mencapai hingga US$ 1,4 miliar atau sekitar Rp 18,7 triliun dengan nilai kurs saat itu.
Soal laba yang tergerus ini, sebenarnya sudah diperkirakan oleh perusahaan. Merujuk pada proyeksi Profil Keuangan Pertamina 2017-2022 yang dipaparkan pada Maret 2018 lalu di depan Komisi VII DPR, jika mengacu pada harga minyak mentah Indonesia (ICP) dalam APBN 2018 yang sebesar US$ 48 per barel, maka harusnya Pertamina bisa mendapat laba sekitar US$ 2,4 miliar.
Namun, harga ICP saat ini sudah berkisar di US$ 70, maka laba yang diperoleh perusahaan akan susut menjadi US$ 1 miliar. Sehingga, harapannya saat ini adalah subsidi Solar dari pemerintah yang dinilai akan sangat membantu untuk kinerja keuangan Pertamina.
(gus) Next Article Laba Pertamina Anjlok 81% Jadi Rp 5 T, Ini Sebabnya
Most Popular