Internasional

Lion Air Jatuh, Industri Penerbangan RI Jadi Sorotan

Bernhart Farras, CNBC Indonesia
29 November 2018 16:02
Indonesia adalah salah satu pasar penerbangan yang tumbuh paling cepat di dunia.
Foto: Penyelidik dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Indonesia dan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) Amerika Serikat memeriksa puing-puing pesawat Lion Air bernomor registrasi PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610 di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (1/11). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia adalah salah satu pasar penerbangan yang tumbuh paling cepat di dunia. Namun, industri ini tengah berada di bawah pengawasan baru sejak kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 yang fatal bulan lalu saat sektor tersebut bergulat dengan ekspansi yang berisiko dan membahayakan sektor keselamatan, kata analis.

"Kenaikan signifikan dalam permintaan dan operasi telah memunculkan lebih banyak kecelakaan atau peristiwa yang sebenarnya dapat dicegah," kata Stephen Wright, seorang pakar penerbangan di University of Leeds, dilansir dari AFP.


Pada Rabu, penyelidik telah membuat laporan pendahuluan yang mengatakan pesawat Lion Air yang jatuh mengalami kesalahan teknis, di mana maskapai telah gagal untuk memperbaikinya sebelum penerbangan terakhir itu.


Seluruh penumpang yang berjumlah 189 orang di dalamnya tewas ketika Boeing 737 MAX 8 itu menghantam laut tak lama setelah lepas landas.


Sementara para pejabat tidak menyalahkan atau menentukan penyebab pasti kecelakaan 29 Oktober itu, mereka mengatakan maskapai berbiaya rendah tersebut harus mengambil langkah-langkah "untuk meningkatkan budaya keselamatan".

Meskipun di tengah catatan keamanan yang menurun dan memuncaknya keluhan atas layanan yang buruk, induk maskapai, Lion Air Group yang juga mengoperasikan lima maskapai penerbangan lainnya, telah menguasai separuh pasar domestik dalam waktu kurang dari 20 tahun beroperasi.

Kelompok ini sekarang memiliki armada terbesar di Asia Tenggara dengan lebih dari 300 pesawat dan pertumbuhan yang didorong oleh model yang dibangun dengan harga murah. Mereka juga menyediakan penerbangan ke hampir setiap sudut kepulauan Indonesia yang luas.

"Terburuk di Dunia"

Para analis mengatakan riwayat keamanan Indonesia telah membaik sejak seluruh maskapainya termasuk Garuda dilarang terbang ke wilayah udara Amerika Serikat (AS) dan Eropa karena disebut melakukan pelanggaran keamanan.

Lion Air Jatuh, Media Asing Soroti Industri Penerbangan RIFoto: infografis/JATUHNYA LION AIR BOEING 737 MAX 8/Aristya Rahadian Krisabella
Namun tetap saja, Indonesia telah mengalami 40 kasus kecelakaan penerbangan fatal dalam 15 tahun terakhir.


Larangan terbang AS dan Uni Eropa (UE) telah dicabut dalam beberapa tahun terakhir. Tetapi industri ini masih bergelut dengan infrastruktur yang ketinggalan zaman, tuduhan mengambil jalan pintas, dan pembatasan untuk mempekerjakan pilot dan teknisi dari luar negeri yang ketat.

"Jika Anda ingin tumbuh cepat, Anda harus menyewa orang asing, tetapi di sini kami memiliki peraturan yang mencegah kami untuk dengan mudah mempekerjakan mereka," kata Gerry Soejatman, seorang analis penerbangan.


CEO Lion Air Group Edward Sirait mengakui bahwa orang mungkin melihat maskapainya sebagai "perusahaan norak" yang mempekerjakan staf "pemarah" langsung setelah lulus dari sekolah menengah.

Namun dia membantah setiap dugaan bahwa pilot tidak dilatih dengan benar, termasuk yang terbang di rute internasional.


"Mereka tidak akan pernah bisa terbang ke luar negeri jika mereka tidak berkualifikasi," katanya dilansir dari AFP.


Kementerian Perhubungan mengatakan pihaknya mendorong Lion Air dan maskapai lain untuk memperbaiki standar keselamatan dan layanan.

Lion Air Jatuh, Media Asing Soroti Industri Penerbangan RIFoto: CNBC Indonesia/Andrean Kristianto
Bagaimanapun, beberapa pembuat kebijakan di Indonesia ingin izin maskapai ini dicabut.

Hukuman itu sepertinya tidak mungkin diambil karena ukuran perusahaan Lion Air Group yang telah melonjak seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia dan peningkatan pendapatan yang telah memberikan lebih dari 260 juta orang akses ke perjalanan udara.


Salah satu pendiri Lion Group Rusdi Kirana pernah menggambarkan perusahaan penerbangannya sebagai "yang terburuk di dunia" dalam sebuah wawancara pada tahun 2015. Ia adalah orang kepercayaan Presiden Joko Widodo, yang menunjuknya sebagai Duta Besar RI untuk Malaysia.

Strategi pertumbuhan perusahaan juga sangat penting untuk mendorong pembangunan infrastruktur Jokowi yang mencakup rencana pembukaan puluhan bandara baru termasuk bandara hub Soekarno-Hatta yang bernilai US$10 miliar.


Lion Air juga satu-satunya operator yang melayani banyak daerah terpencil di negara dengan 17.000-pulau, di mana beberapa dari 200 bandara bahkan tidak memiliki peralatan navigasi yang tepat.


Itu berarti pilot telah dipaksa untuk menggunakan penglihatannya sendiri saat mendarat di medan yang berbahaya dan di landasan yang kurang mulus.


"Masih banyak landasan pacu dengan permukaan yang tidak rata sehingga ketika pesawat mendarat, rasanya seperti Anda mengemudi di jalan berlubang," kata pilot Lion Air, Yusni Maryan.


(prm) Next Article Catatan Teknis Tunjukkan Pesawat Lion Air JT 610 Bermasalah

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular