
Defisit Migas Bengkak, Ini Arahan Menko Darmin ke Pertamina
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
28 November 2018 17:57

Jakarta, CNBC Indonesia- Di tengah fluktuasi harga komoditas global, dampaknya cukup signifikan ke transaksi berjalan RI. Terutama untuk sektor migas, di mana neraca dagang migas terus terusan mencatat defisit.
"Pada triwulan III 2018, defisit neraca perdagangan migas jauh lebih besar dibandingkan dengan surplus neraca perdagangan barang nonmigas," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dalam Acara Pertamina Energy Forum 2018, Rabu (27/11).
[Gambas:Video CNBC]
Untuk mencegah semakin lebarnya defisit ini, Darmin pun memberi arahan strategis untuk Pertamina.
Pertama adalah kesungguhan untuk percepatan pembangunan industri petrokimia dan pengilangan. "Petrochemical satu kita harapkan, boleh lah ada kilang. Kami harapkan petrokimia mulai dari TPPI didorong untuk bergerak," ujar Darmin.
Pertamina, kata dia, perlu mempercepat pengembangan industri petrokimia yang terintegrasi dengan pembangunan dan pengembangan kilang-kilang minyak. Sebenarnya sudah sejak 3 (tiga) bulan lalu Pertamina menandatangani Perjanjian Pokok (Head of Agreement) dengan pemerintah dalam mengembangkan Industri Petrokimia, melalui restrukturisasi PT. Tuban Petro Industries (TPI).
"Pemerintah minta agar Pertamina segera melaksanakan apa yang tertuang dalam perjanjian pokok tersebut, termasuk pengembangan aromatic dan olefin," tegasnya.
Kedua, Pertamina perlu meningkatkan efektifitas pelaksanaan Biodiesel 20% dan pengembangan Bio-Refinery. Seperti diketahui, sejak 1 September 2018, Pemerintah telah menetapkan perluasan mandatori B20, yakni pemanfaatan B20 baik untuk tujuan Public Service Obligation (PSO) maupun Non PSO.
"Melalui kebijakan ini, kita akan gunakan FAME (Fatty Acid Methyl Esters, red.) yang berasal dari CPO sebagai pengganti solar sebanyak 20%. Di samping itu, Pemerintah mengarahkan Pertamina agar membangun Bio-Refinery di sentra-sentra produksi sawit seperti di Riau dan di Sumatera Selatan." imbuhnya.
(gus/gus) Next Article Keuangan Pertamina Seret, Sampai Rugi atau Hanya Turun Laba?
"Pada triwulan III 2018, defisit neraca perdagangan migas jauh lebih besar dibandingkan dengan surplus neraca perdagangan barang nonmigas," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dalam Acara Pertamina Energy Forum 2018, Rabu (27/11).
[Gambas:Video CNBC]
Pertama adalah kesungguhan untuk percepatan pembangunan industri petrokimia dan pengilangan. "Petrochemical satu kita harapkan, boleh lah ada kilang. Kami harapkan petrokimia mulai dari TPPI didorong untuk bergerak," ujar Darmin.
![]() |
Pertamina, kata dia, perlu mempercepat pengembangan industri petrokimia yang terintegrasi dengan pembangunan dan pengembangan kilang-kilang minyak. Sebenarnya sudah sejak 3 (tiga) bulan lalu Pertamina menandatangani Perjanjian Pokok (Head of Agreement) dengan pemerintah dalam mengembangkan Industri Petrokimia, melalui restrukturisasi PT. Tuban Petro Industries (TPI).
"Pemerintah minta agar Pertamina segera melaksanakan apa yang tertuang dalam perjanjian pokok tersebut, termasuk pengembangan aromatic dan olefin," tegasnya.
Kedua, Pertamina perlu meningkatkan efektifitas pelaksanaan Biodiesel 20% dan pengembangan Bio-Refinery. Seperti diketahui, sejak 1 September 2018, Pemerintah telah menetapkan perluasan mandatori B20, yakni pemanfaatan B20 baik untuk tujuan Public Service Obligation (PSO) maupun Non PSO.
"Melalui kebijakan ini, kita akan gunakan FAME (Fatty Acid Methyl Esters, red.) yang berasal dari CPO sebagai pengganti solar sebanyak 20%. Di samping itu, Pemerintah mengarahkan Pertamina agar membangun Bio-Refinery di sentra-sentra produksi sawit seperti di Riau dan di Sumatera Selatan." imbuhnya.
(gus/gus) Next Article Keuangan Pertamina Seret, Sampai Rugi atau Hanya Turun Laba?
Most Popular