
Internasional
Kasus Khashoggi, Menlu Tegaskan Kepemimpinan Arab tak Berubah
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
22 November 2018 13:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir telah membantah laporan yang menyatakan adanya permintaan perubahan dalam garis suksesi kerajaan menyusul skandal pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Mengutip dari tiga sumber anonim yang dekat dengan keluarga kerajaan, Reuters melaporkan, Senin (19/11/18), bahwa beberapa anggota keluarga penguasa Arab ingin mencegah Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman untuk menjadi raja.
Ketika ditanya oleh CNBC International apa pesannya bagi mereka yang mengatakan perubahan rezim akan menjadi cara terbaik bagi Arab Saudi, al-Jubeir menjawab, "Saya katakan itu konyol. Itu jauh di luar batas. Kepemimpinan Arab Saudi yang diwakili oleh raja dan putra mahkota adalah hal tertinggi untuk setiap pria atau wanita Arab."
"Negara ini benar-benar mendukung mereka. Setiap orang Arab merasa diwakili oleh kepemimpinannya, dan setiap orang Arab juga mewakili kepemimpinannya. Ini adalah komentar keterlaluan dan sama sekali tidak dapat diterima," kata al-Jubeir, dilansir dari CNBC International.
Jamal Khashoggi, seorang kolumnis untuk surat kabar The Washington Post, tewas di konsulat Saudi di Istanbul, Turki, 2 Oktober lalu saat mengambil dokumen untuk pernikahannya.
Arab Saudi telah membantah klaim bahwa putra mahkota mengetahui pembunuhan tersebut dan menyatakan hal itu sebagai "kecelakaan yang sangat disayangkan" dalam upaya sekelompok agen untuk meminta Khashoggi kembali ke Arab.
"Kerajaan Arab Saudi bersatu dalam masalah ini, Kerajaan Arab Saudi berkomitmen terhadap kepemimpinannya, Kerajaan Arab Saudi berkomitmen pada visi yang para pemimpin kita telah berikan dalam hal Visi 2030 dan dalam hal bergerak di jalan reformasi," kata al-Jubeir.
"Dan kita akan terus bergerak terlepas dari apa yang orang mungkin atau tidak mungkin katakan."
Sehari sebelum wawancara Al-Jubeir, Presiden AS Donald Trump menegaskan dukungannya bagi kerajaan dan pemimpinnya itu meskipun dunia internasional bersikap keras terhadap Arab pasca-pembunuhan tersebut.
Trump mengatakan Arab Saudi yang kaya minyak adalah sekutu politik dan ekonomi yang penting, dan ia tampaknya mengabaikan laporan media bahwa CIA menyimpulkan dari penyelidikannya bahwa putra mahkota telah memerintahkan pembunuhan Khashoggi.
"Sangat mungkin bahwa putra mahkota tahu tentang peristiwa tragis ini," tulis Trump dalam pernyataan itu, meskipun ia menambahkan, "Mungkin dia melakukannya dan mungkin juga dia tidak."
(prm) Next Article Lagi, Turki Kecam Arab tak Transparan di Kasus Khashoggi
Mengutip dari tiga sumber anonim yang dekat dengan keluarga kerajaan, Reuters melaporkan, Senin (19/11/18), bahwa beberapa anggota keluarga penguasa Arab ingin mencegah Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman untuk menjadi raja.
Ketika ditanya oleh CNBC International apa pesannya bagi mereka yang mengatakan perubahan rezim akan menjadi cara terbaik bagi Arab Saudi, al-Jubeir menjawab, "Saya katakan itu konyol. Itu jauh di luar batas. Kepemimpinan Arab Saudi yang diwakili oleh raja dan putra mahkota adalah hal tertinggi untuk setiap pria atau wanita Arab."
Jamal Khashoggi, seorang kolumnis untuk surat kabar The Washington Post, tewas di konsulat Saudi di Istanbul, Turki, 2 Oktober lalu saat mengambil dokumen untuk pernikahannya.
![]() |
"Kerajaan Arab Saudi bersatu dalam masalah ini, Kerajaan Arab Saudi berkomitmen terhadap kepemimpinannya, Kerajaan Arab Saudi berkomitmen pada visi yang para pemimpin kita telah berikan dalam hal Visi 2030 dan dalam hal bergerak di jalan reformasi," kata al-Jubeir.
"Dan kita akan terus bergerak terlepas dari apa yang orang mungkin atau tidak mungkin katakan."
Sehari sebelum wawancara Al-Jubeir, Presiden AS Donald Trump menegaskan dukungannya bagi kerajaan dan pemimpinnya itu meskipun dunia internasional bersikap keras terhadap Arab pasca-pembunuhan tersebut.
Trump mengatakan Arab Saudi yang kaya minyak adalah sekutu politik dan ekonomi yang penting, dan ia tampaknya mengabaikan laporan media bahwa CIA menyimpulkan dari penyelidikannya bahwa putra mahkota telah memerintahkan pembunuhan Khashoggi.
"Sangat mungkin bahwa putra mahkota tahu tentang peristiwa tragis ini," tulis Trump dalam pernyataan itu, meskipun ia menambahkan, "Mungkin dia melakukannya dan mungkin juga dia tidak."
(prm) Next Article Lagi, Turki Kecam Arab tak Transparan di Kasus Khashoggi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular