Pembunuhan Khashoggi

Keluarga Kerajaan Mulai Berani Tantang Pangeran Saudi

Iswari Anggit, CNBC Indonesia
20 November 2018 07:21
Para anggota kerajaan mulai bergunjing dan ada yang mulai berani menentang serta beroposisi dengan Mohammed bin Salman.
Foto: REUTERS/Amir Levy
Jakarta, CNBC Indonesia - Pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, masih menjadi topik hangat dalam dunia internasional. Apalagi setelah CIA mengeluarkan pernyataan kalau Putra Mahkota Arab Saudi, yakni Mohammed bin Salman lah yang memerintahkan pembunuhan tersebut.

Seperti di kutip dari CNBC Internasional, dikalangan internal kerajaan mulai terjadi friksi dan mencuatkan wacana perdebatan di Kerajaan Arab Saudi, terkait Mohammed bin Salman, sebagai pewaris takhta. Para anggota kerajaan mulai bergunjing dan ada yang mulai berani menentang serta beroposisi dengan Mohammed bin Salman.

Banyak pangeran dan sepupu Mohammed bin Salman, menginginkan adanya perubahan dalam pewaris takhta. Meskipun demikian, selama Raja Salman masih hidup, mereka (anggota Kerajaan Arab Saudi) tidak bisa melakukan apa-apa.

Akan tetapi, jika nanti Raja Salman meninggal dunia, mereka menginginkan agar Pangeran Ahmed, satu-satunya adik Raja Salman yang masih hidup, mengambil alih takhta kerajaan.

Banyak pihak yang mendukung Pangeran Ahmed untuk menjadi raja, termasuk keluarga kerajaan itu sendiri beserta seluruh pasukan pengamanannya.

Perlu diketahui, bahwa sistem Kerajaan di Arab Saudi berbeda dengan sistem Kerajaan di Eropa yang monarki, di mana takhta akan diwariskan dari ayah ke putra sulung. Di Arab Saudi, mewariskan takhta harus melalui proses pemilihan, yang diikuti oleh tiap "cabang" keluarga kerajaan.

Kondisi demikian (perdebatan terkait pewaris takhta kerajaan) rupanya bukan yang pertama kali terjadi di Arab Saudi.
Pada tahun 2017, Pangeran Ahmed, setelah kembali dari Riyadh, pernah menentang kedudukan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, sebagai pewaris takhta.

Dukungan agar Pangeran Ahmed menjadi raja, juga datang dari pejabat senior AS. Hal ini disampaikan secara tersirat kepada penasehat Arab Saudi.

Narasumber Arab Saudi, dengan yakin mengatakan pada CNBC Internasional, jika Pangeran Ahmed menjadi raja, dia tidak akan mengubah reformasi sosial maupun ekonomi yang telah diberlakukan oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Pangeran Ahmed juga akan menghormati kontrak pengadaan militer yang ada, serta memulihkan persatuan keluarga kerajaan.
Gambar Terakhir Khashoggi Sebelum Dibunuh Saat Memasuki Kedutaan Arab Saudi di Istambul, TurkiFoto: Rekaman CCTV Jamal Khashoggi (Courtesy TRT World/Handout via Reuters)
Gambar Terakhir Khashoggi Sebelum Dibunuh Saat Memasuki Kedutaan Arab Saudi di Istambul, Turki

Di samping itu, salah satu pejabat senior AS mengatakan "Gedung Putih" tidak akan gegabah dalam mengambil keputusan untuk menghindari putra mahkota, meskipun ada tekanan dari anggota parlemen dan penilaian CIA bahwa Mohammed bin Salman memerintahkan pembunuhan Khashoggi, hingga Presiden Trump mendapat laporan definitif dari pihak intelijen.

Meskipun demikian, narasumber CNBC Internasional dari Arab Saudi mengatakan hal sebaliknya. Sebenarnya, pemerintah AS telah bersikap "dingin" terhadap Putra Mahkota Mohammed bin Salman, jauh sebelum CIA mengeluarkan pernyataan, bahwa dirinyalah yang memerintahkan pembunuhan Kashoggi. Pada awalnya, sikap "dingin" pemerintah AS ini, dikarenakan Putra Mahkota Mohammed bin Salman mendesak Kementrian Pertahanan Arab Saudi, untuk memasok senjata dari Rusia.
Keluarga Kerajaan Mulai Berani Tentang Pangeran Saudi Foto: Infografis/Jamal Khashoggi/Arie Pratama

(hps/hps) Next Article Tim Forensik Turki Kembali Selidiki Hilangnya Jamal Khashoggi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular