
Kronologi CIA Sebut Pangeran Arab Perintahkan Bunuh Khashoggi
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
17 November 2018 18:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Intelejen Amerika Serikat (Central Intelligence Agency/CIA) menyimpulkan bahwa putra mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman memerintahkan pembunuhan Jamal Khashoggi.
Kesimpulan tersebut sekaligus meyangkal penjelasan dari pemerintah Arab Saudi yang mengklaim sang pangeran tidak terlibat dalam pembunuhan jurnalis Washington Post itu di Kedutaan Besar Saudi, Istanbul bulan lalu.
Berdasarkan pernyataan resmi CIA secara ekslusif kepada Washington Post (The Post), bukti kuat yang didapatkan CIA memang berpotensi merusak hubungan antara Saudi dan AS yang sudah terjalin sejak lama sebagai sekutu dekat.
Setelah melakukan pemeriksaan, terungkap bahwa ada pembicaraan antara saudara pangeran yang juga Duta Besar Saudi untuk AS, Khalid bin Salman dengan Khashoggi, seperti dikutip dari Washington Post, Sabtu (17/11/2018).
Sebuah tim yang terdiri dari 15 orang agen Saudi bulan lalu terbang ke Istanbul dengan pesawat pemerintah, dan membunuh Khashoggi dalam konsulat Saudi, di mana dia datang untuk mengambil dokumen yang dia butuhkan untuk menikahi tunangannya.
Khalid mengatakan kepada Khashoggi, bahwa dirinya (Khashoggi) harus pergi ke Konsulat Saudi di Istanbul untuk mengambil dokumen pernikahan, dan memberikan jaminan keamanan bagi yang bersangkutan.
Meski demikian, kesimpulan tersebut tidak menyebutkan secara spesifik apakah Khalid mengetahui bahwa Khashoggi akan dibunuh. Namun, dia justru menelpon Mohammed, menurut orang-orang yang mengetahui panggilan tersebut.
Fatimah Baeshen, Juru Bicara Kedutaan Saudi di Washington pun membantah bahwa kedutaan dan Khashoggi melakukan pembicaraan yang membahas apapun yang berkaitan dengan kepergiaan ke Turki.
Bahkan, dia menyebut klaim yang diutarakan oleh CIA adalah salah. "Kami telah dan terus mendengar berbagai teori tanpa melihat dasar yang jelas dari spekulasi ini."
Kesimpulan CIA terkait dengan keterlibatan pangeran Saudi didasarkan pada penilaian terhadap Mohammed bin Salman sebagai pempimpin yang paling berkuasa di Saudi, bahkan untuk urusan sekecil apapun.
"Posisi yang diterima adalah bahwa tidak mungkin [pembunuhan Khashoggi] terjadi tanpa dia [Mohammed bin Salman] sadar atau terlibat," kata seorang pejabat AS merespons laporan CIA.
CIA melihat Mohammed sebagai seorang teknokrat yang cukup baik, tetapi juga sebagai orang yang mudah berubah dan arogan. "Seseorang yang berubah dari nol menjadi 60," jelas pejabat negeri Paman Sam itu.
Analis CIA bahkan percaya, Mohammed bin Salman memiliki pegangan yang kuat pada kekuasaan yang ada sekarang, dan tidak dihadapkan pada situasi sulit sebagai seorang pewaris tahta kerajaan meskipun terkena skandal pembunuhan Khashoggi.
"Dia kemungkinan akan bertahan hidup," kata pejabat CIA tersebut, sekaligus menambahkan bahwa peran Mohammed sebagai raja Arab Saudi di masa depan akan diterima begitu saja.
Juru Bicara CIA pun menolak berkomentar terkait dengan pernyataan pejabat CIA itu.
(hps/hps) Next Article Turki Ekstradiksi 18 WN Arab Tersangka Pembunuh Khashoggi
Kesimpulan tersebut sekaligus meyangkal penjelasan dari pemerintah Arab Saudi yang mengklaim sang pangeran tidak terlibat dalam pembunuhan jurnalis Washington Post itu di Kedutaan Besar Saudi, Istanbul bulan lalu.
Berdasarkan pernyataan resmi CIA secara ekslusif kepada Washington Post (The Post), bukti kuat yang didapatkan CIA memang berpotensi merusak hubungan antara Saudi dan AS yang sudah terjalin sejak lama sebagai sekutu dekat.
Setelah melakukan pemeriksaan, terungkap bahwa ada pembicaraan antara saudara pangeran yang juga Duta Besar Saudi untuk AS, Khalid bin Salman dengan Khashoggi, seperti dikutip dari Washington Post, Sabtu (17/11/2018).
Khalid mengatakan kepada Khashoggi, bahwa dirinya (Khashoggi) harus pergi ke Konsulat Saudi di Istanbul untuk mengambil dokumen pernikahan, dan memberikan jaminan keamanan bagi yang bersangkutan.
Meski demikian, kesimpulan tersebut tidak menyebutkan secara spesifik apakah Khalid mengetahui bahwa Khashoggi akan dibunuh. Namun, dia justru menelpon Mohammed, menurut orang-orang yang mengetahui panggilan tersebut.
Fatimah Baeshen, Juru Bicara Kedutaan Saudi di Washington pun membantah bahwa kedutaan dan Khashoggi melakukan pembicaraan yang membahas apapun yang berkaitan dengan kepergiaan ke Turki.
Bahkan, dia menyebut klaim yang diutarakan oleh CIA adalah salah. "Kami telah dan terus mendengar berbagai teori tanpa melihat dasar yang jelas dari spekulasi ini."
Kesimpulan CIA terkait dengan keterlibatan pangeran Saudi didasarkan pada penilaian terhadap Mohammed bin Salman sebagai pempimpin yang paling berkuasa di Saudi, bahkan untuk urusan sekecil apapun.
"Posisi yang diterima adalah bahwa tidak mungkin [pembunuhan Khashoggi] terjadi tanpa dia [Mohammed bin Salman] sadar atau terlibat," kata seorang pejabat AS merespons laporan CIA.
CIA melihat Mohammed sebagai seorang teknokrat yang cukup baik, tetapi juga sebagai orang yang mudah berubah dan arogan. "Seseorang yang berubah dari nol menjadi 60," jelas pejabat negeri Paman Sam itu.
Analis CIA bahkan percaya, Mohammed bin Salman memiliki pegangan yang kuat pada kekuasaan yang ada sekarang, dan tidak dihadapkan pada situasi sulit sebagai seorang pewaris tahta kerajaan meskipun terkena skandal pembunuhan Khashoggi.
"Dia kemungkinan akan bertahan hidup," kata pejabat CIA tersebut, sekaligus menambahkan bahwa peran Mohammed sebagai raja Arab Saudi di masa depan akan diterima begitu saja.
Juru Bicara CIA pun menolak berkomentar terkait dengan pernyataan pejabat CIA itu.
![]() |
(hps/hps) Next Article Turki Ekstradiksi 18 WN Arab Tersangka Pembunuh Khashoggi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular