Internasional
Perang Dagang Pukul Permintaan China, Hasil Panen AS Membusuk
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
21 November 2018 18:05

Chicago, CNBC Indonesia - Para petani Amerika Serikat (AS) yang telah memanen ladang mereka sedang menghadapi masalah besar: mereka tidak dapat menjual tumpukan gandum mereka kepada pembeli China.
Bagi petani asal Louisiana, Richard Fontenot dan tetangganya, solusinya adalah membiarkan hasil panennya membusuk.
Fontenot memotong-motong hasil panennya dan membiarkannya di tanah alih-alih memanen kacang kedelai senilai lebih dari US$300.000 (Rp 4,4 miliar) itu.
Kacangnya rusak karena cuaca buruk, diperburuk oleh panen yang basah, dilansir dari Reuters.
Biasanya, ia bisa menjualnya ke elevator lokal yang biasanya dikelola oleh pedagang gandum internasional yang menyimpan gandum. Tapi tahun ini mereka tidak banyak membeli gandum yang rusak. Elevatornya sudah penuh sesak.
"Tidak ada yang menginginkan mereka [kedelai]," kata Mr Fontenot dalam sebuah wawancara telepon. Saat dia berbicara, dia mengendarai traktornya melintasi ladang kedelai, mengolah hasil panennya. "Saya tidak tahu harus berbuat apa lagi."
Di seluruh Amerika Serikat, petani gandum membajak panennya dan membiarkannya membusuk atau menumpuknya di tanah dengan harapan harga akan membaik tahun depan, menurut wawancara dengan lebih dari dua lusin petani, peneliti akademis, dan pemberi pinjaman pertanian.
Mereka berpendapat ini adalah salah satu dampak dari perang dagang AS dengan China yang telah memukul permintaan ekspor dan menyebabkan fasilitas penyimpanan dibanjiri kelebihan gandum.
Di Louisiana, hingga 15% dari panen biji minyak dikubur atau terlalu rusak untuk pasar, menurut data yang dianalisis oleh staf Louisiana State University.
Hasil panen akan terbuang di beberapa bagian Mississippi dan Arkansas. Tumpukan gandum, tertabur salju, menumpuk di tanah di Utara dan Selatan Dakota.
Petani AS menanam 89,1 juta hektar kedelai tahun ini, yang terbesar kedua dalam sejarah, dan berharap meningkatnya permintaan China untuk memberi mereka hasil yang lebih baik daripada panen curah lainnya.
Tetapi Beijing menjatuhkan bea impor 25% terhadap kedelai AS sebagai pembalasan atas bea yang dikenakan oleh Washington pada ekspor Cina. Itu secara efektif menutup ekspor kedelai AS ke China, senilai sekitar US$12 miliar tahun lalu. Cina biasanya membeli sekitar 60% dari pasokan AS.
Pemerintah AS meluncurkan program bantuan dengan nilai yang sama, US$12 miliar, untuk membantu petani menyerap biaya perang perdagangan. Hingga pertengahan November, US$837,8 juta telah dibayarkan.
(prm) Next Article Jadi Korban Perang Dagang, Petani AS Tak Lagi Pilih Trump
Bagi petani asal Louisiana, Richard Fontenot dan tetangganya, solusinya adalah membiarkan hasil panennya membusuk.
Fontenot memotong-motong hasil panennya dan membiarkannya di tanah alih-alih memanen kacang kedelai senilai lebih dari US$300.000 (Rp 4,4 miliar) itu.
Biasanya, ia bisa menjualnya ke elevator lokal yang biasanya dikelola oleh pedagang gandum internasional yang menyimpan gandum. Tapi tahun ini mereka tidak banyak membeli gandum yang rusak. Elevatornya sudah penuh sesak.
"Tidak ada yang menginginkan mereka [kedelai]," kata Mr Fontenot dalam sebuah wawancara telepon. Saat dia berbicara, dia mengendarai traktornya melintasi ladang kedelai, mengolah hasil panennya. "Saya tidak tahu harus berbuat apa lagi."
Di seluruh Amerika Serikat, petani gandum membajak panennya dan membiarkannya membusuk atau menumpuknya di tanah dengan harapan harga akan membaik tahun depan, menurut wawancara dengan lebih dari dua lusin petani, peneliti akademis, dan pemberi pinjaman pertanian.
![]() |
Di Louisiana, hingga 15% dari panen biji minyak dikubur atau terlalu rusak untuk pasar, menurut data yang dianalisis oleh staf Louisiana State University.
Hasil panen akan terbuang di beberapa bagian Mississippi dan Arkansas. Tumpukan gandum, tertabur salju, menumpuk di tanah di Utara dan Selatan Dakota.
Petani AS menanam 89,1 juta hektar kedelai tahun ini, yang terbesar kedua dalam sejarah, dan berharap meningkatnya permintaan China untuk memberi mereka hasil yang lebih baik daripada panen curah lainnya.
Tetapi Beijing menjatuhkan bea impor 25% terhadap kedelai AS sebagai pembalasan atas bea yang dikenakan oleh Washington pada ekspor Cina. Itu secara efektif menutup ekspor kedelai AS ke China, senilai sekitar US$12 miliar tahun lalu. Cina biasanya membeli sekitar 60% dari pasokan AS.
Pemerintah AS meluncurkan program bantuan dengan nilai yang sama, US$12 miliar, untuk membantu petani menyerap biaya perang perdagangan. Hingga pertengahan November, US$837,8 juta telah dibayarkan.
(prm) Next Article Jadi Korban Perang Dagang, Petani AS Tak Lagi Pilih Trump
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular