Perhatian! Industri Crumb Rubber Butuh Investasi Asing

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
19 November 2018 12:25
Pemerintah merelaksasi Daftar Negatif Investasi.
Foto: CNBC Indonesia/Lidya Julita S
Jakarta, CNBC Indonesia - Industri crumb rubber atau pengolahan karet remah masuk relaksasi Daftar Negatif Investasi (DNI) dalam Paket Kebijakan Ekonomi XVI yang telah dikeluarkan pemerintah.

Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, menjelaskan, guna mendorong pertumbuhan populasi industri tersebut memang perlu investasi dari luar.

Pasalnya, pertumbuhan sektor ini tergolong lesu. Mengacu pada data produktivitas tanaman karet, Indonesia mampu menghasilkan sebesar 900 kg - 1,2 ton per hektare, sedangkan produktivitas negara tetangga bisa mencapai 1,5 - 2 ton per hektare.

"Selama periode tahun 2012-2016, hanya ada penambahan satu perusahaan saja di industri pengolahan crumb rubber. Maka itu, kami review khusus untuk UMKM, ada yang kita buka dan ada yang melibatkan asing terbatas," kata Airlangga Hartarto melalui keterangan tertulis yang diterima CNBC Indonesia, Senin (19/11/2018).


Menurut Airlangga, dahulu pemerintah menggunakan terminologi kemitraan, namun hasil akhirnya tidak jelas. "Maka itu, semua yang menggunakan sistem kemitraan diangkat. Sekarang semua diperjelas peruntukannya," imbuhnya.

Lebih lanjut, Menperin mengungkapkan, industri ban karet di dalam negeri ingin terus melakukan ekspansi. Namun, lantaran turunnya harga crumb rubber, maka produksi ban menjadi terbatas.

"Sementara untuk industri synthetic rubber tetap berekspansi. Sehingga ada ketidakcocokan dalam hal ini. Saat ini, bahan baku tersedia, sekarang utilisasinya sekitar 60%," tuturnya.


Dengan kondisi tersebut, Kementerian Perindustrian terus mendorong pertumbuhan sektor industri pengolahan crumb rubber. Oleh karena itu, melalui Paket Kebijakan Ekonomi XVI diharapkan dapat menumbuhkembangkan sektor tersebut di dalam negeri.

"Untuk sektor crumb rubber ini sudah ada investor yang berminat untuk mengisi kekosongan tersebut," ujarnya.

Sejalan dengan itu, pemerintah tengah mencari jalan keluar untuk meningkatkan permintaaan komoditas karet. Misalnya dengan menindaklanjuti ide penggunaan karet pada infrastruktur aspal. Anjloknya harga karet terjadi sejak tahun 2011.

"Untuk meningkatkan permintaan karet, pemerintah telah memberikan investasi untuk membuat percobaan dengan mencampurkannya bersama aspal. Kami juga menginstruksikan kepada asosiasi untuk segera difinalisasikan persiapannya. Kemudian yang kedua yaitu mendorong untuk replanting (penanaman kembali) melalui pajak ekspor," pungkasnya.
(ray/ray) Next Article Menperin: Revisi DNI Difinalisasi Jumat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular