Defisit Migas Kian Bengkak, Jonan Salahkan Ekspor yang Lesu

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
15 November 2018 12:51
Defisit migas lagi-lagi jadi biang keroknya jebolnya neraca dagang, Jonan sebut ini karena ekspor yang lesu
Foto: Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan (CNBC Indonesia/Anastasia Arvirianty)
Jakarta, CNBC Indonesia- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor migas pada Oktober 2018 mengalami kenaikan 31,78% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Kepala BPS Suhariyanto mengakui impor migas menjadi biang kerok kencangnya laju impor. "Karena ada peningkatan impor minyak mentah, hasil minyak dan gas," kata Suhariyanto ketika merilis kinerja neraca perdangangan Oktober 2018, di Gedung BPS, Jakarta, Kamis (15/11/2018).



Menanggapi hal ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan berdalih, impor migas yang besar tidak diimbangi dengan ekspor hasil produksi yang tinggi.

"Menurut saya ekspor nonmigas atau produk di sektor lainnya masih kurang," ujar Jonan kepada media ketika dijumpai di Jakarta, Kamis (15/11/2018).

Lebih lanjut, ia mengatakan, kalau harga minyak mentahnya naik, harga produk BBM juga akan naik. Sedangkan, Indonesia melakukan impor kira-kira mungkin sekitar 500-600 ribu barel per hari, baik crude maupun produk, pasti harganya naik.

"Kalau orang bilang ini defisit neraca perdagangan karena defisit neraca migas, lho pertanyaan saya begini, Jepang itu punya gas tidak? kan tidak punya, punya minyak tidak? Tidak kan, dia impor minyak dan gasnya jauh lebih besar dari Indonesia, tapi ekspornya besar, ekspor produk lainnya besar. Singapura, Hong Kong, dan Tiongkok juga sama dengan Jepang, lah kita juga mestinya begitu," ujar Jonan.

Jonan pun mengatakan, impor minyak tersebut digunakan sebagai alat produksi, bukan untuk dikonsumsi, misalnya diminum, sehingga, walaupun digunakan oleh konsumen, tetapi peruntukkannya sebagai alat berkegiatan.

"Nah, berkegiatan ini yang harus menghasilkan nilai ekspor yang lain, jadi bukan dipisah-pisah begitu penilaiannya," pungkas Jonan.

Sebelumnya, BPS mencatat, impor migas pada Oktober 2018 sebesar US$ 2,9 miliar, naik 31,78% dibanding periode yang sama tahun lalu. Peningkatan ini kembali mencatatkan defisit neraca migas sebesar US$ 1,42 miliar, membengkak 98% jika dibandingkan Oktober 2017, yang sebesar US$ 718,7 juta.

Namun, secara volume, impor migas pada Oktober tercatat menurun 4,47% dibanding periode yang sama tahun lalu, dari 4,49 juta ton menjadi menjadi 4,29 juta ton.


(gus) Next Article Jonan: Defisit Dagang Migas Bukan Cuma di Zaman Jokowi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular