
Internasional
Italia Ngotot Bela Anggarannya, Meski Harus Menentang UE
Bernhart Farras, CNBC Indonesia
13 November 2018 15:03

Milan, CNBC Indonesia - Pemerintahan populis Italia bersiap menentang Komisi Eropa, Selasa (13/11/2018). Mereka lebih memilih untuk mengambil risiko dikenai sanksi keuangan daripada merevisi anggaran belanjanya yang besar.
Pemerintah koalisi ini telah diberi waktu untuk mengubah rencana anggaran 2019 tetapi mereka tetap berkeras dengan pendekatan anti-penghematan yang diyakini akan membantu mendorong pertumbuhan di ekonomi terbesar ketiga zona euro tersebut. Ini nantinya diharapkan dapat mengurangi utang publik dan defisit.
Partai sayap kanan Liga dan Gerakan Bintang Lima berencana untuk menargetkan defisit publik sebesar 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2019, tiga kali lipat dari target pendahulu sayap tengah-kiri pemerintah, dan 2,1% pada 2020.
Tetapi Brussels memperkirakan defisit Italia akan mencapai 2,9% dari PDB pada 2019 dan mencapai 3,1% pada 2020, melanggar batas anggaran 3,0% Uni Eropa.
Pada Senin, Ketua Partai Liga Matteo Salvini berjanji untuk "membela anggaran, seolah-olah itu adalah scrum rugby (memulai kembali permainan setelah pelanggaran kecil)", dikutip dari AFP.
Bulan lalu, Komisi Eropa langsung menolak anggaran Roma. Ini adalah yang pertama dalam sejarah Uni Eropa (UE).
UE memberi waktu membuat perubahan untuk Italia hingga Selasa dan memperingatkan ketidakpatuhan dapat mengaktifkan "prosedur defisit berlebihan" (EDP). Proses rumit yang dapat menyebabkan denda dan juga berisiko memicu reaksi kuat dan merugikan dari pasar.
Sementara Roma menargetkan pertumbuhan ekonomi 1,5% tahun depan, Brussels memperkirakan dengan lebih berhati-hati, yaitu di 1,2%, menempatkan Italia di dasar klasemen.
Menteri Ekonomi Italia Giovanni Tria menuduh Brussels melakukan penjumlahan yang salah.
Ini akan menjadi "bunuh diri". Jika mencoba mengurangi defisit ke tujuan sebelumnya 0,8% dari PDB, katanya. Ia bersikeras bahwa "kita harus keluar dari perangkap pertumbuhan yang lemah".
Hal besar yang menjadi perbincangan adalah utang publik Italia, yang menghasilkan kekalahan sebesar 2,3 triliun euro (US$2,6 triliun / Rp 38,641 miliar). Ini adalah jumlah yang setara dengan 131% dari PDB, kedua di kawasan euro dari Yunani dan jauh di atas 60% plafon UE.
Perdana Menteri (PM) Italia Giuseppe Conte telah berusaha untuk menenangkan pasar yang bermasalah dengan mengatakan perkiraan Komisi Eropa "meremehkan dampak positif dari anggaran dan reformasi struktural".
"Defisit akan berkurang seiring dengan pertumbuhan, dan ini akan mengurangi rasio utang terhadap PDB menjadi 130% tahun depan dan ... 126,7% pada 2021", katanya.
Denda karena menolak untuk meninjau anggaran setara dengan 0,2% dari PDB Italia. Dengan nilai sekitar 3,4 miliar euro.
Komisaris Ekonomi Eropa Pierre Moscovici mengatakan ia berharap akan ada kompromi untuk menghindari sanksi.
"Jika Anda meminta kami untuk menangani pemborosan, untuk menemukan lebih banyak sumber daya, kami dapat membicarakan hal itu," kata kepala Gerakan Bintang Lima dan wakil perdana menteri Luigi di Maio, Minggu.
Tetapi ia menambahkan: "Jika Anda meminta kami untuk membantai Italia, kami akan bilang tidak: anggarannya tidak akan berubah".
(prm) Next Article Menkeu Italia Siap Jelaskan Anggaran 'Berisiko' ke Uni Eropa
Pemerintah koalisi ini telah diberi waktu untuk mengubah rencana anggaran 2019 tetapi mereka tetap berkeras dengan pendekatan anti-penghematan yang diyakini akan membantu mendorong pertumbuhan di ekonomi terbesar ketiga zona euro tersebut. Ini nantinya diharapkan dapat mengurangi utang publik dan defisit.
Partai sayap kanan Liga dan Gerakan Bintang Lima berencana untuk menargetkan defisit publik sebesar 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2019, tiga kali lipat dari target pendahulu sayap tengah-kiri pemerintah, dan 2,1% pada 2020.
Pada Senin, Ketua Partai Liga Matteo Salvini berjanji untuk "membela anggaran, seolah-olah itu adalah scrum rugby (memulai kembali permainan setelah pelanggaran kecil)", dikutip dari AFP.
Bulan lalu, Komisi Eropa langsung menolak anggaran Roma. Ini adalah yang pertama dalam sejarah Uni Eropa (UE).
UE memberi waktu membuat perubahan untuk Italia hingga Selasa dan memperingatkan ketidakpatuhan dapat mengaktifkan "prosedur defisit berlebihan" (EDP). Proses rumit yang dapat menyebabkan denda dan juga berisiko memicu reaksi kuat dan merugikan dari pasar.
Sementara Roma menargetkan pertumbuhan ekonomi 1,5% tahun depan, Brussels memperkirakan dengan lebih berhati-hati, yaitu di 1,2%, menempatkan Italia di dasar klasemen.
![]() |
Ini akan menjadi "bunuh diri". Jika mencoba mengurangi defisit ke tujuan sebelumnya 0,8% dari PDB, katanya. Ia bersikeras bahwa "kita harus keluar dari perangkap pertumbuhan yang lemah".
Hal besar yang menjadi perbincangan adalah utang publik Italia, yang menghasilkan kekalahan sebesar 2,3 triliun euro (US$2,6 triliun / Rp 38,641 miliar). Ini adalah jumlah yang setara dengan 131% dari PDB, kedua di kawasan euro dari Yunani dan jauh di atas 60% plafon UE.
Perdana Menteri (PM) Italia Giuseppe Conte telah berusaha untuk menenangkan pasar yang bermasalah dengan mengatakan perkiraan Komisi Eropa "meremehkan dampak positif dari anggaran dan reformasi struktural".
"Defisit akan berkurang seiring dengan pertumbuhan, dan ini akan mengurangi rasio utang terhadap PDB menjadi 130% tahun depan dan ... 126,7% pada 2021", katanya.
Denda karena menolak untuk meninjau anggaran setara dengan 0,2% dari PDB Italia. Dengan nilai sekitar 3,4 miliar euro.
Komisaris Ekonomi Eropa Pierre Moscovici mengatakan ia berharap akan ada kompromi untuk menghindari sanksi.
"Jika Anda meminta kami untuk menangani pemborosan, untuk menemukan lebih banyak sumber daya, kami dapat membicarakan hal itu," kata kepala Gerakan Bintang Lima dan wakil perdana menteri Luigi di Maio, Minggu.
Tetapi ia menambahkan: "Jika Anda meminta kami untuk membantai Italia, kami akan bilang tidak: anggarannya tidak akan berubah".
(prm) Next Article Menkeu Italia Siap Jelaskan Anggaran 'Berisiko' ke Uni Eropa
Most Popular