
CAD Jebol, ESDM Dorong Pertamina Beli Minyak Pakai Rupiah
Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
12 November 2018 11:26

Jakarta, CNBC Indonesia- Defisit dagang migas lagi-lagi jadi biang kerok makin bengkaknya defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD).
Bank Indonesia mencatat defisit transaksi berjalan kuartal III-2018 sebesar US$ 8,8 miliar. "Peningkatan defisit neraca transaksi berjalan dipengaruhi oleh penurunan kinerja neraca perdagangan barang dan meningkatnya defisit neraca jasa," tulis BI dalam keterangannya seperti dikutip CNBC Indonesia, Jumat (9/11/2018).
[Gambas:Video CNBC]
Dijelaskan BI, penurunan kinerja neraca perdagangan barang terutama dipengaruhi oleh meningkatnya defisit neraca perdagangan migas.
Berdasar data Badan Pusat Statistik, defisit yang disumbang oleh sektor migas sejak Januari hingga September mencapai US$ 9,37 miliar atau setara Rp 142 triliun. Jumlah ini naik signifikan dibanding capaian di periode serupa tahun lalu, yang hanya mencapai US$ 5,87 miliar.
Secara keseluruhan, defisit impor migas Januari-September 2018 naik 59% dibanding periode serupa di 2017.
Lantas bagaimana solusi untuk mencegah makin bengkaknya defisit ini?
Pemerintah sebenarnya menyiapkan beberapa langkah untuk mengatasi ini, seperti pemberlakuan B20. Tapi ada juga langkah-langkah yang disiapkan Pertamina, selaku pemborong dolar terbesar di RI. Salah satunya adalah melobi para kontraktor minyak untuk menjual minyak ke Pertamina dalam rupiah.
Negosiasi transaksi minyak dengan rupiah untuk minyak yang dijatahkan ke dalam negeri ini sempat diungkap oleh Direktur Pemasaran Ritel Pertamina Mas'ud Khamid. "Jadi kami coba mencari struktur atau skema pembiayaan atau pembayaran menggunakan rupiah," kata Mas'ud saat ditemui di gedung parlemen.
"Jadi yang kami lakukan sekarang itu dua. Mengurangi impor dengan cara membeli seluruh produksi minyak yang diproduksi di dalam negeri. [...] Proses negosiasi dari seluruh KKS," sambung dia.
Mas'ud mengatakan, perseroan saat ini telah melakukan sejumlah pendekatan dengan beberapa KKS. Saat ini, Pertamina telah melakukan kerjasama serupa dengan raksasa minyak asal Malaysia, Petronas terkait pembelian minyak menggunakan rupiah.
"Yang sudah jalan itu kalau tidak salah dengan kolega kita, Petronas. Kami coba dengan yang lain. [...] Selama ini kan pembiayaan pembelian itu pakai mata uang dolar. Nah kita coba negosiasi dengan mereka untuk pakai mata uang rupiah," jelasnya.
Pertamina memang ditugaskan pemerintah untuk membeli seluruh lifting minyak dari KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama). Penugasan ini sesuai arahan Presiden Joko Widodo untuk memperkuat rupiah.
Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto pun mengapresiasi langkah Pertamina untuk transaksi minyak pakai rupiah. Meski sampai saat ini belum ada regulasi yang memfasilitasi. "B to B saja," kata Djoko, kepada CNBC Indonesia, Senin (12/11/2018).
Djoko sendiri berharap makin banyak kontraktor yang bisa dinegosiasi untuk transaksi dengan rupiah, meski kabar termutakhir baru Petronas yang bisa dinegosiasi oleh Pertamina. Jika, transaksi ini sukses ini juga membantu pemerintah untuk menekan CAD.
(gus/wed) Next Article Ini Pangkal Masalah CAD RI: Kebiasaan Energi Murah!
Bank Indonesia mencatat defisit transaksi berjalan kuartal III-2018 sebesar US$ 8,8 miliar. "Peningkatan defisit neraca transaksi berjalan dipengaruhi oleh penurunan kinerja neraca perdagangan barang dan meningkatnya defisit neraca jasa," tulis BI dalam keterangannya seperti dikutip CNBC Indonesia, Jumat (9/11/2018).
[Gambas:Video CNBC]
Berdasar data Badan Pusat Statistik, defisit yang disumbang oleh sektor migas sejak Januari hingga September mencapai US$ 9,37 miliar atau setara Rp 142 triliun. Jumlah ini naik signifikan dibanding capaian di periode serupa tahun lalu, yang hanya mencapai US$ 5,87 miliar.
Secara keseluruhan, defisit impor migas Januari-September 2018 naik 59% dibanding periode serupa di 2017.
Lantas bagaimana solusi untuk mencegah makin bengkaknya defisit ini?
Pemerintah sebenarnya menyiapkan beberapa langkah untuk mengatasi ini, seperti pemberlakuan B20. Tapi ada juga langkah-langkah yang disiapkan Pertamina, selaku pemborong dolar terbesar di RI. Salah satunya adalah melobi para kontraktor minyak untuk menjual minyak ke Pertamina dalam rupiah.
Negosiasi transaksi minyak dengan rupiah untuk minyak yang dijatahkan ke dalam negeri ini sempat diungkap oleh Direktur Pemasaran Ritel Pertamina Mas'ud Khamid. "Jadi kami coba mencari struktur atau skema pembiayaan atau pembayaran menggunakan rupiah," kata Mas'ud saat ditemui di gedung parlemen.
"Jadi yang kami lakukan sekarang itu dua. Mengurangi impor dengan cara membeli seluruh produksi minyak yang diproduksi di dalam negeri. [...] Proses negosiasi dari seluruh KKS," sambung dia.
Mas'ud mengatakan, perseroan saat ini telah melakukan sejumlah pendekatan dengan beberapa KKS. Saat ini, Pertamina telah melakukan kerjasama serupa dengan raksasa minyak asal Malaysia, Petronas terkait pembelian minyak menggunakan rupiah.
"Yang sudah jalan itu kalau tidak salah dengan kolega kita, Petronas. Kami coba dengan yang lain. [...] Selama ini kan pembiayaan pembelian itu pakai mata uang dolar. Nah kita coba negosiasi dengan mereka untuk pakai mata uang rupiah," jelasnya.
Pertamina memang ditugaskan pemerintah untuk membeli seluruh lifting minyak dari KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama). Penugasan ini sesuai arahan Presiden Joko Widodo untuk memperkuat rupiah.
Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto pun mengapresiasi langkah Pertamina untuk transaksi minyak pakai rupiah. Meski sampai saat ini belum ada regulasi yang memfasilitasi. "B to B saja," kata Djoko, kepada CNBC Indonesia, Senin (12/11/2018).
Djoko sendiri berharap makin banyak kontraktor yang bisa dinegosiasi untuk transaksi dengan rupiah, meski kabar termutakhir baru Petronas yang bisa dinegosiasi oleh Pertamina. Jika, transaksi ini sukses ini juga membantu pemerintah untuk menekan CAD.
(gus/wed) Next Article Ini Pangkal Masalah CAD RI: Kebiasaan Energi Murah!
Most Popular