Ini Pangkal Masalah CAD RI: Kebiasaan Energi Murah!

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
27 December 2019 19:11
Salah satu hal yang membuat RI susah menekan defisit migas adalah karena terbiasa harga energi yang murah
Foto: Infografis/Defisit Migas/Edward Ricardo
Jakarta, CNBC Indonesia - Defisit transaksi berjalan khususnya di sektor migas masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah yang tak kunjung selesai. Direktur Utama Pertamina (2006 - 2009) Ari Soemarno mengatakan salah satu penyebabnya adalah selama bertahun-tahun, Indonesia dimanja dan dibiasakan dengan energi murah. 

Ia menyarankan agar pemerintah mendorong penggunaan energi baru terbarukan (EBT) untuk menekan defisit. Sayangnya pemanfaatan EBT masih terkendala nilai keekonomian. Meski sudah ada kemajuan, bagaimanapun masih lebih mahal dari energi fosil. Sehingga diperlukan insentif. Permasalahan lain menurutnya adalah kita yang masih menganut pola subsidi energi.

Dampaknya orang selalu mengatakan bahwa energi itu barang yang harus murah dan pasti bisa murah. Padahal menurutnya energi harus dinilai sesuai dengan fungsi dan keekonomiannya.

"Padahal saya berpendapat dari awal bahwa energi nggak ada yang murah dan nggak bisa murah. Selalu punya nilai yang harus dinilai sesuai dengan fungsi dan keekonomianya," terangnya, Jum'at, (20/12/2019).



Lebih lanjut dirinya mengatakan, saran pernah diberikan ke pemerintah sejak 3 tahun lalu bahwa Indonesia butuh investor, baik di hilir maupun di hulu. Yang diprediksi akan berdampak pada defisit sektor migas yang makin parah.

Dirinya berharap agar pemerintah terus menggaet sebanyak mungkin investor. "Kita darurat investasi baik di hulu maupun di hilir, harus benar-benar giatkan investasi itu satu-satunya," jelasnya.



[Gambas:Video CNBC]


(gus) Next Article Bertahun-tahun RI Kena 'Penyakit' Defisit Migas, Ada Solusi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular