Internasional
Perang Dagang Berlanjut, Trump Kembali Gigit China
Wahyu Daniel, CNBC Indonesia
24 September 2018 12:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali melancarkan serangan perang dagang ke China. Tindakan Trump ini langsung membuat bursa-bursa saham dunia loyo pada hari ini, Senin (24/9/2018).
Gigitan Trump ke Negeri Tirai Bambu tersebut dikhawatirkan bakal membuat ekonomi dunia mendung lagi. Ia secara resmi meningkatkan jumlah barang-barang China yang dikenakan pungutan bea impor, kali ini mencapai US$200 miliar (Rp 2.978 triliun).
Lewat serangan baru Trump ini, nilai bea masuk barang asal China ke AS bakal naik menjadi lebih dari US$250 miliar. Dilansir dari AFP, Senin (24/9/2018), tarif ini dijatuhkan pada setengah dari barang ekspor China ke AS dan ini akan berdampak kepada kenaikan harga barang asal China di AS.
Aksi Trump disebutkan telah menekan 12% impor AS di tahun ini. Banyak kekhawatiran kebijakan Trump bakal berdampak kepada ekonomi dan industri AS. Apalagi, Trump mengancam akan mengenakan tarif kepada seluruh barang asal China di AS.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo yakin negaranya akan memenangkan perang dagang yang makin panas dengan China.
Pihak China tidak diam saja menanggapi Trump. Beijing bersumpah akan melancarkan serangan balik, yaitu bea masuk pada US$60 miliar barang-barang asal AS. Lewat tambahan ini, berarti ada bea masuk tambahan US$110 miliar yang dikenakan China kepada barang asal AS. Ini hampir dari seluruh barang AS yang masuk ke China.
Ancaman China ini membuat Trump makin panas. Trump juga mengingatkan akan melancarkan serangan tahap tiga, yaitu mengenakan tarif baru kepada barang asal China yang masuk ke AS, nilainya sekitar US$267 miliar.
Rencana AS dan China melakukan dialog untuk membahas perang dagang gagal dilakukan. Pihak Beijing membatalkan rencananya untuk mengirim tim negosiasi yang rencananya dilakukan pada 27-28 September di Washington. Sementara negosiasi yang dilakukan akhir Agustus lalu tidak efektif.
Dana Moneter Internasional (IMF) ikut buka suara soal perang dagang ini. IMF memperingatkan adanya potensi kenaikan ongkos ekonomi dunia dari perang dagang ini. Perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia juga dipertaruhkan.
"Bila eskalasi ini semakin jauh, ongkos ekonomi dunia bisa naik dengan cepat," kata juru bicara IMF, Gerry Rice pekan lalu.
Lembaga pemeringkat, Fitch Ratings, memangkas proyeksi perekonomi China dan dunia di 2019, karena perang dagang yang terjadi. Menurut Fitch, kebijakan proteksionisme perdagangan oleh AS secara material atau signifikan memengaruhi penguatan pertumbuhan ekonomi dunia.
AFP memberitakan, barang China yang masuk ke AS akan mendapatkan tarif bea masuk 10% hingga akhir tahun ini. Tarif ini akan meningkat menjadi 25% di tahun selanjutnya.
Ada miliaran produk asal China yang masuk daftar itu, termasuk alat penerima data suara, modul memori komputer, automatic data processor, serta sejumlah asesoris perlengkapan kantor.
Sejumlah perusahaan asal AS protes terhadap pengenaan tarif baru untuk sejumlah barang asal China. Protes dilakukan termasuk oleh Apple dan Walmart. Akhirnya ada sekitar 300 produk yang dikeluarkan dari daftar pengenaan tarif baru.
Barang-barang yang dikecualikan dari pengenaan tarif baru itu termasuk smartwatch dan alat bluetooth, seperti iPhone dan Fitbit. Seperti diketahui, produk-produk Apple seperti iPhone dan iWatch diproduksi di China.
Sementara Walmart banyak membuat produk di China. Bila produk-produk tersebut dikenakan tarif tinggi di AS, maka harga barang bakal naik.
(wed/prm) Next Article Trump Kompori Lagi Isu Perang Dagang dengan China
Gigitan Trump ke Negeri Tirai Bambu tersebut dikhawatirkan bakal membuat ekonomi dunia mendung lagi. Ia secara resmi meningkatkan jumlah barang-barang China yang dikenakan pungutan bea impor, kali ini mencapai US$200 miliar (Rp 2.978 triliun).
Lewat serangan baru Trump ini, nilai bea masuk barang asal China ke AS bakal naik menjadi lebih dari US$250 miliar. Dilansir dari AFP, Senin (24/9/2018), tarif ini dijatuhkan pada setengah dari barang ekspor China ke AS dan ini akan berdampak kepada kenaikan harga barang asal China di AS.
Aksi Trump disebutkan telah menekan 12% impor AS di tahun ini. Banyak kekhawatiran kebijakan Trump bakal berdampak kepada ekonomi dan industri AS. Apalagi, Trump mengancam akan mengenakan tarif kepada seluruh barang asal China di AS.
Pihak China tidak diam saja menanggapi Trump. Beijing bersumpah akan melancarkan serangan balik, yaitu bea masuk pada US$60 miliar barang-barang asal AS. Lewat tambahan ini, berarti ada bea masuk tambahan US$110 miliar yang dikenakan China kepada barang asal AS. Ini hampir dari seluruh barang AS yang masuk ke China.
Ancaman China ini membuat Trump makin panas. Trump juga mengingatkan akan melancarkan serangan tahap tiga, yaitu mengenakan tarif baru kepada barang asal China yang masuk ke AS, nilainya sekitar US$267 miliar.
Rencana AS dan China melakukan dialog untuk membahas perang dagang gagal dilakukan. Pihak Beijing membatalkan rencananya untuk mengirim tim negosiasi yang rencananya dilakukan pada 27-28 September di Washington. Sementara negosiasi yang dilakukan akhir Agustus lalu tidak efektif.
Dana Moneter Internasional (IMF) ikut buka suara soal perang dagang ini. IMF memperingatkan adanya potensi kenaikan ongkos ekonomi dunia dari perang dagang ini. Perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia juga dipertaruhkan.
"Bila eskalasi ini semakin jauh, ongkos ekonomi dunia bisa naik dengan cepat," kata juru bicara IMF, Gerry Rice pekan lalu.
Lembaga pemeringkat, Fitch Ratings, memangkas proyeksi perekonomi China dan dunia di 2019, karena perang dagang yang terjadi. Menurut Fitch, kebijakan proteksionisme perdagangan oleh AS secara material atau signifikan memengaruhi penguatan pertumbuhan ekonomi dunia.
AFP memberitakan, barang China yang masuk ke AS akan mendapatkan tarif bea masuk 10% hingga akhir tahun ini. Tarif ini akan meningkat menjadi 25% di tahun selanjutnya.
Ada miliaran produk asal China yang masuk daftar itu, termasuk alat penerima data suara, modul memori komputer, automatic data processor, serta sejumlah asesoris perlengkapan kantor.
Sejumlah perusahaan asal AS protes terhadap pengenaan tarif baru untuk sejumlah barang asal China. Protes dilakukan termasuk oleh Apple dan Walmart. Akhirnya ada sekitar 300 produk yang dikeluarkan dari daftar pengenaan tarif baru.
Barang-barang yang dikecualikan dari pengenaan tarif baru itu termasuk smartwatch dan alat bluetooth, seperti iPhone dan Fitbit. Seperti diketahui, produk-produk Apple seperti iPhone dan iWatch diproduksi di China.
Sementara Walmart banyak membuat produk di China. Bila produk-produk tersebut dikenakan tarif tinggi di AS, maka harga barang bakal naik.
![]() |
(wed/prm) Next Article Trump Kompori Lagi Isu Perang Dagang dengan China
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular