Lokasi dan Harga, Alasan di Balik Macetnya Minyak Sawit B20

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
21 September 2018 17:13
Pertamina dan Asosiasi buka suara soal pasokan minyak sawit yang macet untuk bahan baku b20
Foto: Peluncuran Mandatori B20 di Lapangan Kementerian Keuangan, Jumat (31/8/2018) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia- VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Adiatma Sardjito mengatakan, penyaluran FAME (Fatty Acid Methyl Ester) dalam penerapan mandatori B20 memang rata-rata terkendala di wilayah Indonesia Timur.

"Kendala rata-rata memang di wilayah Indonesia Timur, misalnya Papua, Maluku, " ujar Adiatma kepada media saat dihubungi, Jumat (21/9/2018). Lebih lanjut, ia menjelaskan, mekanisme dari FAME adalah lelang dan pengawasan dari Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE). Sehingga, dalam hal ini Pertamina posisinya adalah menerima pengiriman FAME di terminal lalu didistribusikan.



"Jadi, sebagian besar lebih dari separuh terminal pertamina sudah siap terima Bahan Bakar Nabati (BBN)," tambah Adiatma.

Adapun, dalam paparannya, Pertamina pernah menyebutkan, kendala yang dihadapi yakni:

1. Perbedaan harga acuan Solar untuk pembiayaan FAME PSO dan FAME non-PSO, sehingga BU BBN tidak bersedia menyalurkan FAME PSO untuk konsumen non-PSO (konsumen dilayani B0 meski ada FAME di Terminal BBM).

2. Kesanggupan badan usaha (BU) BBN untuk supply perdana FAME non-PSO ke Terminal BBM Utama (Wayame, Baubau, Kupang, Tanjung Wangi, Bitung, Tanjung Uban) adalah di minggu ke-4 September 2018 sehingga pendistribusian B20 dari TBBM utama ke end terminal BBM tertunda.

Sedangkan, menurut Dirjen EBTKE Kementerian ESDM Rida Mulyana, kendala penyaluran FAME tidak melulu soal harga, tapi lebih kepada rantai pemasok FAME. "Menurut saya ini tidak ada kaitannya melulu dengan harga, dan hanya melulu karena kendala pada supply chain fame. Ada info akan dibentuk tim khusus terkait supply chain fame ini yang dimotori oleh Kemenko Bidang Perekonomian," ujar Rida kepada CNBC Indonesia, saat dihubungi Jumat (21/9/2018).

Sebelumnya, Dirjen Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan, telah diputuskan untuk lokasi penyaluran FAME untuk Pertamina disusutkan jadi 6 titik, tidak perlu sampai 52 titik. 



Untuk volumenya, karena dikurangi dari 52 titik jadi 6 titik akan dihitung kembali. Enam titik itu pun nanti disepakati jadi titik hulu dengan kapasitas terminal yang besar dan kemungkinannya bisa ditambah 7 titik lagi, maka bisa ada 13 titik. 

"Sehingga, produsen FAME hanya perlu memasok ke depo-depo besar," kata Djoko ketika dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (29/8/2018).
(gus) Next Article Pertamina Kurang Pasokan Minyak Sawit, Mandatori B20 Mandeg?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular