B20 Hadir, Neraca Perdagangan Bisa Surplus?
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
17 September 2018 16:01

Jakarta, CNBC Indonesia- Neraca perdagangan Indonesia dalam beberapa bulan terakhir terus mengalami defisit. Namun pada bulan depan, kinerja neraca perdagangan diperkirakan tak lagi mencetak defisit.
Hal tersebut menyusul dampak dari keputusan pemerintah menaikkan tarif impor ribuan barang konsumsi, yang mulai berlaku bulan ini. Bagi Badan Pusat Statistik (BPS), ini bisa menjadi sinyal positif bagi neraca perdagangan ke depan.
"Harusnya, pengenaan PPh [pajak penghasilan] cepat ya. [...] memang belum resmi berjalan, tetapi pemerintah sudah memberikan imbauan mengurangi impor," kata Kepala BPS Suhariyanto, Senin (17/9/2018).
Selain kenaikan tarif impor, otoritas statistik pun meyakini kewajiban penggunaan B20 bisa menekan impor, terutama impor migas yang cukup melonjak pada Agustus 2018. Impor migas melonjak hingga US$ 3,05 miliar atau tumbuh 51,43% yoy pada periode tersebut.
Suhariyanto cukup optimistis, keseluruhan neraca perdagangan Indonesia bisa berbalik surplus di sisa empat bulan ke depan. "Masih ada kesempatan, kami optimistis," kata Suhariyanto.
Sebagai informasi. Melonjaknya impor menjadi salah satu biang kerok neraca perdagangan Indonesia di Agustus kembali mengalami defisit.
Pada Agustus, defisit neraca perdagangan mencapai US$ 1,02 miliar. Angka defisit tersebut tak lepas dari kinerja impor yang jauh lebih tinggi dari kinerja ekspor. Pada Agustus 2018, kinerja ekspor Indonesia hanya mencapai US$ 15,82 miliar, sementara kinerja impor mencapai US$ 16,84 miliar.
Berdasarkan data BPS, impor konsumsi mencapai US$ 1,56 miliar atau tumbuh 30,21% (yoy), bahan baku penolong US$ 12,66 miliar, tumbuh 24,58% (yoy), dan barang modal US$ 2,62 miliar, tumbuh 21,92% (yoy).
Bagaimana rinciannya? Berikut 5 barang-barang impor terbesar selama Agustus 2018
Barang Konsumsi
- Gabah giling dan setengah giling US$ 148,1 miliar
- Tulang hewan beku US$ 54 miliar
- Bawang putih US$ 44,1 miliar
- Mesin pendingin US$ 40,6 miliar
- Anggur segar US$ 35,7 miliar
Bahan Baku Penolong
- Emas batangan US$ 289,3 miliar
- Bagian alat transmisi US$ 232,8 miliar
- Kacang kedelai yang dihilangkan lemaknya US$ 229 miliar
- Gula mentah dari gula tebu US$ 150,3 miliar
- Gandum tanpa kulit US$ 137 miliar
Barang Modal
- Sekop mesin US4 93,3 miliar
- Mesin genset berkapasitas 10.000 KVA US$ 86 miliar
- Laptop, termasuk notebook US$ 78,3 miliar
- Turbin uap US$ 66,1 miliar
- Kendaraan bermotor pengangkut US$ 63,2 miliar
(gus) Next Article Ini 3 Strategi ESDM Tekan Defisit Dagang Minyak
Hal tersebut menyusul dampak dari keputusan pemerintah menaikkan tarif impor ribuan barang konsumsi, yang mulai berlaku bulan ini. Bagi Badan Pusat Statistik (BPS), ini bisa menjadi sinyal positif bagi neraca perdagangan ke depan.
Selain kenaikan tarif impor, otoritas statistik pun meyakini kewajiban penggunaan B20 bisa menekan impor, terutama impor migas yang cukup melonjak pada Agustus 2018. Impor migas melonjak hingga US$ 3,05 miliar atau tumbuh 51,43% yoy pada periode tersebut.
Suhariyanto cukup optimistis, keseluruhan neraca perdagangan Indonesia bisa berbalik surplus di sisa empat bulan ke depan. "Masih ada kesempatan, kami optimistis," kata Suhariyanto.
Sebagai informasi. Melonjaknya impor menjadi salah satu biang kerok neraca perdagangan Indonesia di Agustus kembali mengalami defisit.
Pada Agustus, defisit neraca perdagangan mencapai US$ 1,02 miliar. Angka defisit tersebut tak lepas dari kinerja impor yang jauh lebih tinggi dari kinerja ekspor. Pada Agustus 2018, kinerja ekspor Indonesia hanya mencapai US$ 15,82 miliar, sementara kinerja impor mencapai US$ 16,84 miliar.
Berdasarkan data BPS, impor konsumsi mencapai US$ 1,56 miliar atau tumbuh 30,21% (yoy), bahan baku penolong US$ 12,66 miliar, tumbuh 24,58% (yoy), dan barang modal US$ 2,62 miliar, tumbuh 21,92% (yoy).
Bagaimana rinciannya? Berikut 5 barang-barang impor terbesar selama Agustus 2018
Barang Konsumsi
- Gabah giling dan setengah giling US$ 148,1 miliar
- Tulang hewan beku US$ 54 miliar
- Bawang putih US$ 44,1 miliar
- Mesin pendingin US$ 40,6 miliar
- Anggur segar US$ 35,7 miliar
Bahan Baku Penolong
- Emas batangan US$ 289,3 miliar
- Bagian alat transmisi US$ 232,8 miliar
- Kacang kedelai yang dihilangkan lemaknya US$ 229 miliar
- Gula mentah dari gula tebu US$ 150,3 miliar
- Gandum tanpa kulit US$ 137 miliar
Barang Modal
- Sekop mesin US4 93,3 miliar
- Mesin genset berkapasitas 10.000 KVA US$ 86 miliar
- Laptop, termasuk notebook US$ 78,3 miliar
- Turbin uap US$ 66,1 miliar
- Kendaraan bermotor pengangkut US$ 63,2 miliar
(gus) Next Article Ini 3 Strategi ESDM Tekan Defisit Dagang Minyak
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular