
Target Meleset Pasokan Seret, B20 Tersandung di Tengah Jalan
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
21 September 2018 13:47

Jakarta, CNBC Indonesia- Mandatori biodiesel 20% atau B20 mulai temui kendala di tengah perjalanan. Mulai dari persoalan target penghematan devisa yang diperkirakan tak sesuai target, hingga terakhir soal pasokan minyak sawit yang seret.
PT Pertamina (Persero) selaku distributor B20 mengakui perusahaan masih mengalami kekurangan pasokan FAME (Fatty Acid Methyl Ester) dari Badan Usaha yang memproduksi Bahan Bakar Nabati (BBN).
FAME adalah unsur nabati yang dibutuhkan untuk memproduksi B20, dengan bahan baku dari minyak kelapa sawit.
"Seluruh instalasi Pertamina sudah siap blending B20. Namun penyaluran B20 tergantung pada pasokan FAME, yang hingga saat ini pasokan belum maksimal didapatkan," kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati melalui keterangan resminya, Jumat (21/9/2018).
Lebih lanjut, Nicke menuturkan, dari 112 terminal BBM yang dimiliki perusahaan migas pelat merah ini, baru 69 terminal BBM yang sudah menerima penyaluran FAME. Sementara, sebagian besar daerah yang belum tersalurkan FAME berada di kawasan timur seperti Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua, dan Sulawesi.
Total kebutuhan FAME Pertamina untuk dicampurkan ke solar subsidi dan non subsidi yaitu sekitar 5,8 juta kiloliter per tahun.
Selain soal pasokan FAME, sebelumnya Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution juga memaparkan soal target penghematan devisa yang sulit terkejar di akhir tahun.
Semula, pemerintah menggadang-gadang penghematan devisa dari B20 sejak diberlakukan per 1 September 2018 bisa mencapai US$ 2,3 miliar. Namun, target ini belakangan diakui sulit dicapai.
Menko Darmin Nasution bahkan tidak bisa memastikan, apakah separuh dari target dapat dipenuhi. Masalah yang ditemukan masih sama dengan masa ketika perluasan belum diterapkan awal September lalu.
"Kami belum selesai, makannya direkonsiliasi dulu. Karena memang B20 tadinya tidak berjalan dengan baik sehingga berjalannya itu enggak bisa diukur dengan mudah," jelas Darmin ketika ditemui di kantornya, Selasa (18/9/2018).
"Memang ada bulan dia adanya sedikit sekali. Begitulah, jadi bagaimana hitungannya ke depan," sambungnya.
Dalam kesempatan sama, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar berdalih target US$ 2,3 miliar adalah target untuk periode setahun. Bukan dari September hingga Desember. "Bukan kemungkinan turun, yang disebutkan selama ini setahun, 2018. Kan kita tidak setahun ini, September, Oktober, November, Desember," tuturnya.
(gus) Next Article Pertamina Kurang Pasokan Minyak Sawit, Mandatori B20 Mandeg?
PT Pertamina (Persero) selaku distributor B20 mengakui perusahaan masih mengalami kekurangan pasokan FAME (Fatty Acid Methyl Ester) dari Badan Usaha yang memproduksi Bahan Bakar Nabati (BBN).
"Seluruh instalasi Pertamina sudah siap blending B20. Namun penyaluran B20 tergantung pada pasokan FAME, yang hingga saat ini pasokan belum maksimal didapatkan," kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati melalui keterangan resminya, Jumat (21/9/2018).
Lebih lanjut, Nicke menuturkan, dari 112 terminal BBM yang dimiliki perusahaan migas pelat merah ini, baru 69 terminal BBM yang sudah menerima penyaluran FAME. Sementara, sebagian besar daerah yang belum tersalurkan FAME berada di kawasan timur seperti Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua, dan Sulawesi.
Total kebutuhan FAME Pertamina untuk dicampurkan ke solar subsidi dan non subsidi yaitu sekitar 5,8 juta kiloliter per tahun.
Selain soal pasokan FAME, sebelumnya Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution juga memaparkan soal target penghematan devisa yang sulit terkejar di akhir tahun.
Semula, pemerintah menggadang-gadang penghematan devisa dari B20 sejak diberlakukan per 1 September 2018 bisa mencapai US$ 2,3 miliar. Namun, target ini belakangan diakui sulit dicapai.
Menko Darmin Nasution bahkan tidak bisa memastikan, apakah separuh dari target dapat dipenuhi. Masalah yang ditemukan masih sama dengan masa ketika perluasan belum diterapkan awal September lalu.
"Kami belum selesai, makannya direkonsiliasi dulu. Karena memang B20 tadinya tidak berjalan dengan baik sehingga berjalannya itu enggak bisa diukur dengan mudah," jelas Darmin ketika ditemui di kantornya, Selasa (18/9/2018).
![]() |
"Memang ada bulan dia adanya sedikit sekali. Begitulah, jadi bagaimana hitungannya ke depan," sambungnya.
Dalam kesempatan sama, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar berdalih target US$ 2,3 miliar adalah target untuk periode setahun. Bukan dari September hingga Desember. "Bukan kemungkinan turun, yang disebutkan selama ini setahun, 2018. Kan kita tidak setahun ini, September, Oktober, November, Desember," tuturnya.
(gus) Next Article Pertamina Kurang Pasokan Minyak Sawit, Mandatori B20 Mandeg?
Most Popular