
Internasional
Beli Alutsista dari Rusia, China Dijatuhi Sanksi oleh AS
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
21 September 2018 14:52

Washington, CNBC Indonesia - Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenakan sanksi kepada militer China pada hari Kamis (20/9/2018) karena membeli jet tempur dan sistem rudal dari Rusia. Tindakan itu melanggar sanksi AS yang menghukum Moskow karena ikut campur dalam pemilihan AS tahun 2016.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan akan segera memberlakukan sanksi pada Departemen Pengembangan Peralatan China (EDD), cabang militer China yang bertanggung jawab atas senjata dan peralatan, dan direkturnya, Li Shangfu, karena terlibat dalam "transaksi signifikan" dengan Rosoboronexport, eksportir senjata Rusia.
Sanksi tersebut terkait dengan pembelian 10 pesawat tempur SU-35 China pada tahun 2017 dan sistem terkait rudal permukaan-ke-udara S-400 pada 2018, kata Departemen Luar Negeri AS.
Mereka memblokir akses lembaga China dan Li untuk mengajukan permohonan izin ekspor dan berpartisipasi dalam sistem keuangan AS.
Lembaga ini juga menambahkan mereka ke daftar milik Departemen Keuangan AS mengenai individu yang dilarang melakukan bisnis dengan AS, Reuters melaporkan.
Pemerintah AS juga memasukkan 33 orang dan entitas yang terkait dengan militer dan intelijen Rusia ke daftar yang dibuat berdasarka undang-undang tahun 2017 yang dikenal sebagai Melawan Adversaris Amerika Melalui Sanksi atau CAATSA.
CAATSA juga berusaha untuk menghukum Rusia karena agresinya di Ukraina dan keterlibatan dalam perang sipil Suriah.
Melakukan bisnis yang signifikan dengan siapa pun di daftar itu dapat memicu sanksi seperti yang dijatuhkan pada China.
Beberapa dari mereka ditambahkan ke daftar, yang sekarang berisi 72 nama, didakwa sehubungan dengan campur tangan Rusia dalam pemilihan AS tahun 2016, kata pejabat itu.
Sebelumnya pada hari Kamis, Trump mengeluarkan perintah eksekutif yang dimaksudkan untuk memfasilitasi pelaksanaan sanksi.
Seorang penasihat khusus federal memimpin penyelidikan kriminal atas campur tangan Rusia dalam pemilihan AS, dan kemungkinan kerja sama dengan kampanye kepresidenan Trump.
Trump berkeras tidak memiliki kolusi dengan Rusia. Moskow juga membantah segala upaya untuk mencampuri urusan politik AS.
Seorang pejabat pemerintah AS, yang memberi penjelasan kepada wartawan tanpa menyebut nama, mengatakan sanksi yang dijatuhkan pada agen China itu ditujukan ke Moskow, bukan Beijing atau militernya, meskipun ada perang perdagangan yang meningkat antara Amerika Serikat dan China.
"Target akhir dari sanksi ini adalah Rusia. Sanksi CAATSA dalam konteks ini tidak dimaksudkan untuk melemahkan kemampuan pertahanan negara tertentu," kata pejabat itu kepada wartawan melalui panggilan konferensi, melansir Reuters.
"Mereka malah bermaksud meminta pertanggungjawaban pada Rusia atas kegiatan-kegiatannya yang jahat," kata pejabat itu.
Di Moskow, anggota parlemen Rusia Franz Klintsevich mengatakan sanksi tidak akan mempengaruhi kontrak S-400 dan SU-35.
"Saya yakin kontrak-kontrak ini akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal," kata Klintsevich seperti dikutip oleh kantor berita Interfax Rusia. "Kepemilikan peralatan militer ini sangat penting bagi China."
(prm) Next Article Natuna Memanas, Anggaran Militer RI Sudah Siap 'Tempur'?
Departemen Luar Negeri AS mengatakan akan segera memberlakukan sanksi pada Departemen Pengembangan Peralatan China (EDD), cabang militer China yang bertanggung jawab atas senjata dan peralatan, dan direkturnya, Li Shangfu, karena terlibat dalam "transaksi signifikan" dengan Rosoboronexport, eksportir senjata Rusia.
Sanksi tersebut terkait dengan pembelian 10 pesawat tempur SU-35 China pada tahun 2017 dan sistem terkait rudal permukaan-ke-udara S-400 pada 2018, kata Departemen Luar Negeri AS.
Lembaga ini juga menambahkan mereka ke daftar milik Departemen Keuangan AS mengenai individu yang dilarang melakukan bisnis dengan AS, Reuters melaporkan.
Pemerintah AS juga memasukkan 33 orang dan entitas yang terkait dengan militer dan intelijen Rusia ke daftar yang dibuat berdasarka undang-undang tahun 2017 yang dikenal sebagai Melawan Adversaris Amerika Melalui Sanksi atau CAATSA.
CAATSA juga berusaha untuk menghukum Rusia karena agresinya di Ukraina dan keterlibatan dalam perang sipil Suriah.
![]() Ilustrasi Jet Tempur |
Beberapa dari mereka ditambahkan ke daftar, yang sekarang berisi 72 nama, didakwa sehubungan dengan campur tangan Rusia dalam pemilihan AS tahun 2016, kata pejabat itu.
Sebelumnya pada hari Kamis, Trump mengeluarkan perintah eksekutif yang dimaksudkan untuk memfasilitasi pelaksanaan sanksi.
Seorang penasihat khusus federal memimpin penyelidikan kriminal atas campur tangan Rusia dalam pemilihan AS, dan kemungkinan kerja sama dengan kampanye kepresidenan Trump.
Trump berkeras tidak memiliki kolusi dengan Rusia. Moskow juga membantah segala upaya untuk mencampuri urusan politik AS.
Seorang pejabat pemerintah AS, yang memberi penjelasan kepada wartawan tanpa menyebut nama, mengatakan sanksi yang dijatuhkan pada agen China itu ditujukan ke Moskow, bukan Beijing atau militernya, meskipun ada perang perdagangan yang meningkat antara Amerika Serikat dan China.
"Target akhir dari sanksi ini adalah Rusia. Sanksi CAATSA dalam konteks ini tidak dimaksudkan untuk melemahkan kemampuan pertahanan negara tertentu," kata pejabat itu kepada wartawan melalui panggilan konferensi, melansir Reuters.
"Mereka malah bermaksud meminta pertanggungjawaban pada Rusia atas kegiatan-kegiatannya yang jahat," kata pejabat itu.
Di Moskow, anggota parlemen Rusia Franz Klintsevich mengatakan sanksi tidak akan mempengaruhi kontrak S-400 dan SU-35.
"Saya yakin kontrak-kontrak ini akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal," kata Klintsevich seperti dikutip oleh kantor berita Interfax Rusia. "Kepemilikan peralatan militer ini sangat penting bagi China."
(prm) Next Article Natuna Memanas, Anggaran Militer RI Sudah Siap 'Tempur'?
Most Popular