Internasional

Meski Sengit Berperang Dagang, AS Masih Bergantung pada China

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
18 September 2018 16:52
AS tidak memasukkan mineral tanah jarang (rare earth) ke dalam daftar terbaru barang-barang China senilai US$200 yang dikenakan bea impor baru.
Foto: S1AEUITDZFAAREUTERS/File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) tidak memasukkan mineral tanah jarang (rare earth), jenis logam yang digunakan dalam magnet, radar, dan barang elektronik konsumen, dalam daftar terbaru barang-barang China senilai US$200 yang dikenakan bea impor baru. Hal ini menegasakan kebergantungan Negeri Paman Sam pada mineral penting dari China.

China adalah penghasil tanah jarang terbesar di dunia dan pemasok terbesar ke Amerika Serikat, menurut Survei Geologi AS.



Mineral tanah jarang dan logam kecil memiliki kegunaan yang luas di industri AS, mulai dari mesin jet hingga telepon seluler sampai pengeboran minyak dan gas.

Sebagian besar mineral itu awalnya ditargetkan oleh AS untuk dikenai tarif impor sebagaimana dalam daftar 35 mineral yang diterbitkan oleh Departemen Dalam Negeri AS pada bulan Mei. Unsur-unsur tersebut dianggap penting bagi keamanan dan kemakmuran ekonomi negara itu.

Logam tanah jarang dan senyawanya, serta campuran oksida tanah jarang atau klorida, semua termasuk dalam daftar sementara tarif pada barang-barang China yang dikeluarakan oleh Kantor Perwakilan Perdagangan AS (USTR) pada bulan Juli.

Namun, daftar akhir yang dirilis pada hari Senin (17/9/2018) tidak menyebutkan tanah jarang, sekelompok 15 elemen logam lanthanida ditambah skandium logam dan yttrium. Tarif impor terbaru sebesar 10% itu akan berlaku pada 24 September.

Ilustrasi penambangan mineralFoto: Detikcom/Dikhy Sasra
Ilustrasi penambangan mineral
Magnet-magnet logam permanen dan barang-barang yang akan dijadikan magnet permanen, yang bisa mencakup oksida-oksida tanah jarang neodymium dan praseodymium, juga dikeluarkan dari daftar. Kategori itu menyumbang US$191,2 juta impor pada 2017, menurut USTR, melansir Reuters.

Amerika Serikat menyadari kepentingan strategis dari logam tanah jarang seperti yang digambarkan oleh undang-undang AS yang disahkan bulan lalu, yang melarang pembelian magnet tanah jarang dari China untuk kepentingan militer pada tahun fiskal 2019, kata Dylan Kelly, seorang analis sumber daya di broker CLSA di Sydney.

Undang-undang "dengan jelas menyoroti bagaimana negara terekspos terhadap gangguan apa pun terhadap rantai pasokan China," kata Kelly. Para politisi AS "seharusnya sangat sadar akan sudut yang mereka tergetkan."

Apakah China akan membalas dan menggunakan tanah jarang sebagai barang tawaran atau "tuas strategis" dalam pembicaraan masa depan dengan Amerika Serikat masih harus dilihat, kata Kelly. "Tapi tentu saja itulah tempat banyak investor memfokuskan perhatian mereka."

Beberapa logam kecil yang digunakan dalam industri teknologi tinggi, seperti bismuth, titanium, dan kobalt, masih dimasukkan dalam daftar tarif.

Namun, barit dan antimon tidak termasuk dalam tarif baru. Antimon, bersama dengan antimon oksida, menghasilkan US$108,5 juta impor dari China tahun lalu, menurut data USTR.



Grafit alami, yang digunakan dalam pembuatan baja dan baterai lithium-ion, juga ditangguhkan.

Tungsten, bahan yang digunakan untuk mengeraskan baja, sekarang masih dimasukkan di antara 11 kategori pada daftar tarif terakhir, namun hanya setengah dari total sebelumnya.
(prm) Next Article Awas, China Bisa Serang Balik AS Pakai Mineral Spesial Ini

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular