Soal Ekspor Migas Turun dan Impor Naik, Ini Jawaban ESDM
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
17 September 2018 14:33

Jakarta, CNBC Indonesia- Neraca perdagangan Agustus 2018 lagi-lagi mencetak defisit, dan migas masih menjadi biang keroknya. Defisit migas masih tinggi akibat impor membengkak sementara ekspor menurun.
Terkait hal ini, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar memaparkan alasannya. Ia mengatakan ekspor turun karena ada beberapa blok milik asing yang kini beralih ke PT Pertamina (Persero), sehingga migas yang semula diekspor hasilnya jadi dimanfaatkan untuk dalam negeri.
Begitu juga dengan lahirnya kebijakan yang mewajibkan jatah ekspor minyak dijual ke Pertamina, demi penyelamatan rupiah.
"Ekspor turun iya, karena ada blok yang dulunya milik asing jadi milik Pertamina sekarang," kata Arcandra, Senin (17/9/2018). Selain itu, lanjutnya, ekspor turun juga akibat adanya penurunan produksi sebanyak 30 ribu barel per hari.
Nah, terkait impor yang juga naik, Arcandra mengatakan ini karena kegiatan ekonomi yang naik. Bisa terlihat dari produksi batu bara yang naik 20%, ini artinya untuk mendorong produksi ini diperlukan bahan bakar dalam menyalakan mesin-mesin beratnya. "Jadi impor BBM naik," kata dia.
Berdasar data BPS total defisit neraca perdagangan mencapai US$ 1,02 miliar, dan defisit perdagangan migas menjadi faktor utama dengan nilai US$ 1,66 miliar. Pasalnya, impor migas Agustus 2018 meningkat 51,43% YoY ke angka US$3,05 miliar, sedangkan ekspor migas hanya tumbuh 12,24% YoY ke angka US$1,38 miliar di periode yang sama.
(gus/roy) Next Article 4 Blok Terminasi Diteken Pekan Ini
Terkait hal ini, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar memaparkan alasannya. Ia mengatakan ekspor turun karena ada beberapa blok milik asing yang kini beralih ke PT Pertamina (Persero), sehingga migas yang semula diekspor hasilnya jadi dimanfaatkan untuk dalam negeri.
Begitu juga dengan lahirnya kebijakan yang mewajibkan jatah ekspor minyak dijual ke Pertamina, demi penyelamatan rupiah.
Nah, terkait impor yang juga naik, Arcandra mengatakan ini karena kegiatan ekonomi yang naik. Bisa terlihat dari produksi batu bara yang naik 20%, ini artinya untuk mendorong produksi ini diperlukan bahan bakar dalam menyalakan mesin-mesin beratnya. "Jadi impor BBM naik," kata dia.
Berdasar data BPS total defisit neraca perdagangan mencapai US$ 1,02 miliar, dan defisit perdagangan migas menjadi faktor utama dengan nilai US$ 1,66 miliar. Pasalnya, impor migas Agustus 2018 meningkat 51,43% YoY ke angka US$3,05 miliar, sedangkan ekspor migas hanya tumbuh 12,24% YoY ke angka US$1,38 miliar di periode yang sama.
(gus/roy) Next Article 4 Blok Terminasi Diteken Pekan Ini
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular