
Pertamina Beli Minyak Jatah Ekspor, RI Hemat Berapa?
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
17 September 2018 15:33

Jakarta, CNBC Indonesia- Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, akan ada penghematan sekitar US$ 4-5 per barel, jika minyak bagian kontraktor yang selama ini diekspor (entitlement), akan dibeli oleh PT Pertamina (Persero).
"Dari angka tersebut, berapa kira-kira yang akan memperbaiki neraca kita? Kalau kita bayar, kita jual pakai dolar, kan kita bayar pakai Dolar AS. Berapa biaya kalau kita impor, misalnya dari Afrika Barat? Itu sekitar US$ 4-5 per barel," terang Arcandra kepada media saat dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (17/9/2018).
Lebih lanjut, ia menjelaskan, total potensi minyak entitlement kontraktor yang bisa dibeli Pertamina atau kilang lain di Indonesia untuk diolah di dalam negeri yakni mencapai 225-230 ribu barel per hari.
Sebelumnya, Arcandra juga pernah menyebutkan beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang minyak bagian kontraktor yang selama ini diekspor, akan dibeli oleh PT Pertamina (Persero).
"Yang paling besar itu Chevron Pasific Indonesia dan ExxonMobil Indonesia," ujar Arcandra kepada media ketika dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (14/9/2018).
Baca: Pertamina wajib borong minyak kontraktor asing
Lebih lanjut, Arcandra memaparkan, beberapa daftar KKKS yang memiliki hasil produksi (lifting entitlement/bagian kontraktor untuk ekspor) per semester 1-2018 yang berpotensi dijual ke Pertamina, yakni:
1. Chevron Pasific Indonesia: 92.000 barel per hari
2. ExxonMobil Indonesia: 30.000 barel per hari
3. Petronas Carigali: 13.400 barel per hari
4. CNOOC: 13.000 barel per hari
5. Medco E&P Indonesia: 11.000 barel per hari
6. Chevron Indonesia Company (CICO): 7.000 barel per hari
"Sisanya adalah bagian KKKS lainnya," kata Wakil Komisaris Utama Pertamina ini.
Sehingga, lanjut Arcandra, jika ditotal, maka sampai semester I-2018 potensi minyak yang dapat dibeli bisa mencapai 217 ribu barel per hari.
(gus) Next Article Soal Ekspor Migas Turun dan Impor Naik, Ini Jawaban ESDM
"Dari angka tersebut, berapa kira-kira yang akan memperbaiki neraca kita? Kalau kita bayar, kita jual pakai dolar, kan kita bayar pakai Dolar AS. Berapa biaya kalau kita impor, misalnya dari Afrika Barat? Itu sekitar US$ 4-5 per barel," terang Arcandra kepada media saat dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (17/9/2018).
Sebelumnya, Arcandra juga pernah menyebutkan beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang minyak bagian kontraktor yang selama ini diekspor, akan dibeli oleh PT Pertamina (Persero).
"Yang paling besar itu Chevron Pasific Indonesia dan ExxonMobil Indonesia," ujar Arcandra kepada media ketika dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (14/9/2018).
Baca: Pertamina wajib borong minyak kontraktor asing
Lebih lanjut, Arcandra memaparkan, beberapa daftar KKKS yang memiliki hasil produksi (lifting entitlement/bagian kontraktor untuk ekspor) per semester 1-2018 yang berpotensi dijual ke Pertamina, yakni:
1. Chevron Pasific Indonesia: 92.000 barel per hari
2. ExxonMobil Indonesia: 30.000 barel per hari
3. Petronas Carigali: 13.400 barel per hari
4. CNOOC: 13.000 barel per hari
5. Medco E&P Indonesia: 11.000 barel per hari
6. Chevron Indonesia Company (CICO): 7.000 barel per hari
"Sisanya adalah bagian KKKS lainnya," kata Wakil Komisaris Utama Pertamina ini.
Sehingga, lanjut Arcandra, jika ditotal, maka sampai semester I-2018 potensi minyak yang dapat dibeli bisa mencapai 217 ribu barel per hari.
(gus) Next Article Soal Ekspor Migas Turun dan Impor Naik, Ini Jawaban ESDM
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular