RI Hanya Jadi Negara Konsumen Laptop

Samuel Pablo, CNBC Indonesia
10 September 2018 09:30
Laptop impor menyerbu Indonesia.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Laptop disinyalir sebagai salah satu komoditas impor utama penyebab defisit neraca dagang pada semester I tahun ini.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, laptop adalah barang konsumsi yang paling banyak diimpor setelah beras.

Impor laptop periode Januari-Juni 2018 tercatat mencapai US$ 550,15 juta (Rp 8,19 triliun) atau naik 27,7% dibandingkan dengan Januari-Juni 2017 US$ 430,74 juta.

BPS mencatat nilai impor terbesar berasal dari China yang mencapai US$ 546,83 juta, diikuti Jepang (US$ 1,17 juta), Taiwan (US$ 670.676), dan Amerika Serikat (US$ 231.710).

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel), Ali Soebroto, mengatakan industri laptop di dalam negeri memang belum berjalan.



Terlebih, biaya impor laptop memang lebih murah dibandingkan dengan produksi dalam negeri karena bea masuk ditetapkan 0%.

"Komputer ini belum ada industrinya dalam negeri. Impor komputer lebih murah karena bea masuknya 0%, industri komponen dalam negeri tidak ada. Ini berbeda dengan handphoneyang diregulasi melalui TKDN [tingkat kandungan dalam negeri]," jelasnya, Minggu (9/9/2018).

Direktur Industri Elektronika dan Telematika Kementerian Perindustrian, Achmad Rodjih menjelaskan kenapa hal ini bisa terjadi.

Rodjih mengatakan, ketentuan bea masuk (BM) produk laptop diatur dalam Information Technology Agreement (ITA) WTO yang disepakati oleh 29 negara, termasuk Indonesia pada tahun 1997.

"PC [komputer pribadi], laptop, notebook adalah produk yang masuk dalam perjanjian ITA WTO pada 1997, di mana bea masuknya 0%, sedangkan BM untuk komponennya antara 5% sampai dengan 10%. Karena BM antara produk jadi dan komponen tidak harmonis, pelaku industri cenderung mengimpor dalam keadaan jadi," jelas Rodjih.

Rodjih mengakui bahwa saat ini hampir seluruh komponen produk IT, baik itu komputer, notebook, maupun handphone di Indonesia diimpor dari China, Taiwan, Jepang, dan Korea Selatan.

"Sedangkan merek-merek global seperti Lenovo, HP, Dell, dan lain-lain telah dirakit di China, hanya desainnya saja yang dari negara asal [mereknya]. Negara-negara tersebut telah maju dan berkembang industri komponennya," katanya.

Kendati demikian, Rodjih menegaskan Kemenperin bersama asosiasi industri IT akan menyusun kebijakan untuk meningkatkan investasi dan penggunaan produk dalam negeri, terutama untuk pengadaan yang menggunakan anggaran pemerintah.

Seperti diketahui, Menteri Keuangan Sri Mulyani melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 110/PMK.010/2018 pada akhirnya memutuskan untuk menaikkan PPh Pasal 22 terhadap impor laptop dari sebelumnya 7,5% menjadi 10%.
(ray) Next Article Ini Bukti Betapa Derasnya Impor Laptop di Indonesia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular