Semester I-2018, Subsidi Listrik PLN Capai Rp 25 T

Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
03 September 2018 12:32
Subsidi listrik PLN Naik Jadi Rp 25T tapi tak bisa selamatkan keuangan perseroan.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia- PT PLN (Persero) mencatat kenaikan penerimaan subsidi di semester I-2018 menjadi Rp 25 triliun.

Angka ini menunjukkan perusahaan setrum negara telah menghabiskan 47% dari kuota subsidi listrik tahun ini yang dialokasikan Rp 52,66 triliun hingga akhir tahun. Realisasi ini sekaligus lebih besar dibanding subsidi di periode serupa tahun lalu yang sebesar Rp 23,2 triliun.


Sebenarnya, pemerintah sudah meningkatkan nominal subsidi sebesar 7,5% YoY menjadi Rp 25,02 triliun pada semester I-2018, namun tidak cukup untuk menyelamatkan laba usaha (setelah subsidi) PLN.

Sebagai informasi, laba usaha PLN setelah subsidi tergerus 8,54% YoY menjadi Rp14,13 triliun, dan membuat perseroan terpaksa membukukan kerugian Rp 5,35 triliun di semester pertama ini.

Penyebab penurunan karena beban usaha PLN naik lebih kencang, yakni sebesar 9,35% YoY ke angka Rp142,43 triliun di periode yang sama. Bertambahnya beban usaha sebesar itu disebabkan oleh meroketnya beban pembelian bahan bakar dan pelumas sebesar 16,71% YoY menjadi Rp64,66 triliun.

PLN sendiri berusaha mengakali keuangan mereka dengan meminta suntikan modal ke pemerintah, meskipun untuk dimanfaatkan di tahun depan dengan nilai Rp 10 T.

Tahun depan, alokasi subsidi listrik untuk PLN juga hanya naik tipis, daro Rp 52 triliun menjadi Rp 56,5 triliun.

Energy Finance Analys IEEFA Elrika Hamdi mengatakan ketergantungan PLN terhadap pemakaian bahan bakar (BBM, Batu Bara, dan Gas) yang semuanya dinilai dalam USD dan harganya terus meningkat jadi biang kerok kerugiaan perusahaan.

"Kebijakan pass-through bahan bakar ini menyebabkan PLN harus menanggung beban bahan bakar fosil yang naik turun, walaupun sudah ada kebijakan DMO untuk batu bara, namun tetap acuannya dalam USD," kata Elrika dalam keterangan tertulisnya.

Selain itu kebijakan DMO batu bara baru berlaku Maret 2018, sehingga beban bahan bakar di Kuartal-1 masih tetap ditanggung PLN. Selain itu, kebijakan baru DMO untuk gas belum juga dikeluarkan, sedang dapat dilihat dari laporan keuangan bahwa pembelian gas menyumbangkan persentase terbesar dari ketiga bahan bakar fosil tersebut.

Rincinya adalah Rp 26 triliun untuk gas, Rp 23 triliun untuk batu bara, dan Rp 14 triliun untuk BBM. Sehingga dengan tambahan subsidi tahun ini, tetap tidak menolong keuangan PLN.



(gus/roy) Next Article PLN Rugi Rp 10 T Akibat Libur Panjang Lebaran

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular