
Ketika Subsidi Energi Melonjak 65% di Tahun Politik
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
17 August 2018 08:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Alokasi subsidi energi untuk Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019 melonjak hingga 65%.
Berdasarkan paparan RAPBN 2019 Kementerian Keuangan, alokasi subsidi energi 2019 mencapai Rp 156,5 triliun, sedangkan dalam APBN 2018 yang hanya dipatok Rp 94,6 triliun.
Rinciannya, subsidi ditujukan untuk dua sektor yakni subsidi BBM-LPG dan subsidi listrik.
Untuk subsidi BBM sebesar Rp 100,1 triliun, dengan penyaluran subsidi solar Rp 2.000 per liter. Sementara untuk volumenya adalah; solar 14,5 juta KL, minyak tanah 610 ribu KL, LPG 6,9 juta KG.
Subsidi listrik Rp 56,5 triliun untuk subsidi tepat sasaran pelanggan 450 VA dan 900 VA, peningkatan rasio elektrifikasi, peningkatan penggunaan energi terbarukan.
Pengamat energi Fabby Tumiwa menyayangkan adanya peningkatan subsidi energi, khususnya untuk bahan bakar minyak (BBM). Ditambah subsidi ini tidak diberikan untuk penggunaan energi terbarukan seperti yang pernah diungkapkan sebelumnya. "Pemerintah perlu klarifikasi tentang subsidi untuk penggunaan energi terbarukan tersebut," ujar Fabby kepada CNBC Indonesia saat dihubungi Kamis (16/8/2018).
Kendati demikian, ia bisa memahami kendala pemerintah dan DPR untuk mengurangi subsidi di tahun politik.
Kenaikan subsidi energi di 2019 ini sebenarnya sudah bisa diprediksi. Mengingat proyeksi subsidi energi hingga akhir 2018 juga dipastikan akan melewati anggaran negara.
Dalam presentasi paparan APBN 2018 laporan semester I yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Juli lalu, subsidi energi pada APBN 2018 tercatat Rp 94,5 triliun.
Adapun, hingga semester I-2018 realisasi subsidi energi sudah mencapai Rp 59,51 triliun. Total subisidi energi diproyeksikan selama 2018 akan mencapai Rp 163,49 triliun atau 173% dari APBN 2018. Kenaikan subsidi paling besar adalah untuk subsidi BBM, diperkirakan bengkak sampai 220% dari Rp 46,86 triliun jadi Rp 103,49 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, harga minyak merupakan pertimbangan dan tantangan tersendiri dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019, berarti termasuk soal subsidi energi tersebut.
Tantangannya adalah soal ketidakpastian harga minyak dunia. Harga minyak di asumsi makro RAPBN 2019 diajukan di angka US$ 70 per barel. "Ini prediksi paling sulit, terus terang kami gunakan US$ 70 dari tren beberapa bulan terakhir. Kami prediksi US$ 70 ini adalah safe range untuk buat APBN lebih kredibel," kata Sri, dalam konferensi pers, Kamis (16/8/2018).
Ia mengakui, proyeksi minyak tahun depan secara global tidak bisa dipastikan, ada yang proyeksi bisa naik sampai US$ 90 per barel bisa juga sampai US$ 59 per barel.
Sementara, untuk lifting minyak 2019 targetnya adalah 750 ribu barel dan gas 1,25 juta barel setara minyak per hari. Target lifting ini lebih rendah ketimbang target lifting 2018 yang dipatok di 800 ribu barel per hari.
(dru) Next Article Hingga Mei 2018, Subsidi Energi Melonjak Jadi Rp 49 T
Berdasarkan paparan RAPBN 2019 Kementerian Keuangan, alokasi subsidi energi 2019 mencapai Rp 156,5 triliun, sedangkan dalam APBN 2018 yang hanya dipatok Rp 94,6 triliun.
Rinciannya, subsidi ditujukan untuk dua sektor yakni subsidi BBM-LPG dan subsidi listrik.
Subsidi listrik Rp 56,5 triliun untuk subsidi tepat sasaran pelanggan 450 VA dan 900 VA, peningkatan rasio elektrifikasi, peningkatan penggunaan energi terbarukan.
Pengamat energi Fabby Tumiwa menyayangkan adanya peningkatan subsidi energi, khususnya untuk bahan bakar minyak (BBM). Ditambah subsidi ini tidak diberikan untuk penggunaan energi terbarukan seperti yang pernah diungkapkan sebelumnya. "Pemerintah perlu klarifikasi tentang subsidi untuk penggunaan energi terbarukan tersebut," ujar Fabby kepada CNBC Indonesia saat dihubungi Kamis (16/8/2018).
Kendati demikian, ia bisa memahami kendala pemerintah dan DPR untuk mengurangi subsidi di tahun politik.
Kenaikan subsidi energi di 2019 ini sebenarnya sudah bisa diprediksi. Mengingat proyeksi subsidi energi hingga akhir 2018 juga dipastikan akan melewati anggaran negara.
Dalam presentasi paparan APBN 2018 laporan semester I yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Juli lalu, subsidi energi pada APBN 2018 tercatat Rp 94,5 triliun.
Adapun, hingga semester I-2018 realisasi subsidi energi sudah mencapai Rp 59,51 triliun. Total subisidi energi diproyeksikan selama 2018 akan mencapai Rp 163,49 triliun atau 173% dari APBN 2018. Kenaikan subsidi paling besar adalah untuk subsidi BBM, diperkirakan bengkak sampai 220% dari Rp 46,86 triliun jadi Rp 103,49 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, harga minyak merupakan pertimbangan dan tantangan tersendiri dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019, berarti termasuk soal subsidi energi tersebut.
Tantangannya adalah soal ketidakpastian harga minyak dunia. Harga minyak di asumsi makro RAPBN 2019 diajukan di angka US$ 70 per barel. "Ini prediksi paling sulit, terus terang kami gunakan US$ 70 dari tren beberapa bulan terakhir. Kami prediksi US$ 70 ini adalah safe range untuk buat APBN lebih kredibel," kata Sri, dalam konferensi pers, Kamis (16/8/2018).
Ia mengakui, proyeksi minyak tahun depan secara global tidak bisa dipastikan, ada yang proyeksi bisa naik sampai US$ 90 per barel bisa juga sampai US$ 59 per barel.
Sementara, untuk lifting minyak 2019 targetnya adalah 750 ribu barel dan gas 1,25 juta barel setara minyak per hari. Target lifting ini lebih rendah ketimbang target lifting 2018 yang dipatok di 800 ribu barel per hari.
![]() |
(dru) Next Article Hingga Mei 2018, Subsidi Energi Melonjak Jadi Rp 49 T
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular