
Rupiah Anjlok, PLN Cetak Rugi Rp 5,35 T di Semester I-2018
Raditya Hanung & Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
30 August 2018 13:19

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero mencatatkan rugi bersih sebesar Rp5,35 triliun di semester I-2018, seperti dilansir dari laporan keuangan PLN di 6 bulan awal tahun ini. Kenaikan beban bahan bakar dan pelumas, serta kerugian kurs menjadi biang keladi tekornya PLN.
Kerugian di periode Januari-Juni 2018 ini berbanding terbalik dari periode yang sama tahun sebelumnya, di kala PLN masih mampu mencetak laba bersih sebesar Rp2,03 triliun pada semester I-2017.
PLN sebenarnya mampu mencetak kenaikan pendapatan usaha sebesar 7,44% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp131,54 triliun di semester I-2018. Kenaikan itu disumbang oleh melambungnya penjualan tenaga listrik sebesar 7,37% YoY ke Rp127,16 triliun .
Sayangnya, beban usaha PLN naik lebih kencang dari pendapatan usaha, yakni sebesar 9,35% YoY ke angka Rp142,43 triliun di periode yang sama. Bertambahnya beban usaha sebesar itu disebabkan oleh meroketnya beban pembelian bahan bakar dan pelumas sebesar 16,71% YoY menjadi Rp64,66 triliun.
Sebenarnya, pemerintah sudah meningkatkan nominal subsidi sebesar 7,5% YoY menjadi Rp25,02 triliun pada semester I-2018, namun tidak cukup untuk menyelamatkan laba usaha (setelah subsidi) PLN. Sebagai informasi, laba usaha PLN tergerus 8,54% YoY menjadi Rp14,13 triliun.
Perlu dicatat, itu baru laba usaha. Apabila ditinjau lebih jauh, ternyata laba sebelum pajak PLN (laba usaha ditambah/dikurangi penghasilan/beban lain-lain, kerugian kurs, dan penghasilan/beban keuangan) turun lebih dari setengahnya (sekitar 63,85%) ke Rp1,84 triliun di semester I-2018, apabila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Biang keroknya adalah melambungnya kerugian kurs mata uang asing (bersih) lebih dari 5.000% YoY, dari semula hanya sebesar Rp222,45 miliar di semester I-2017, menjadi Rp11,58 triliun di semester I-2018.
Sebagai informasi, di periode Januari-Juni 2018 nilai tukar rupiah memang anjlok nyaris 6% terhadap dolar AS. Tak pelak, depresiasi rupiah sedalam itu menjadi tamparan keras bagi kesehatan keuangan PLN. Padahal di sisi lain, penghasilan lain-lain PLN mampu meningkat 9 kali lipat menjadi Rp9 triliun, namun dampaknya jadi tidak terasa akibat membengkaknya kerugian kurs.
Dipotong pajak yang juga membengkak lebih dari dua kali lipat dari tahun sebelumnya (134,97% YoY) menjadi Rp7,19 triliun, maka PLN resmi mencetak rugi bersih sebesar Rp5,35 triliun di semester I-2018 ini.
(RHG/gus) Next Article Melesat, PLN Cetak Laba Rp 10,8 T di Kuartal III-2019
Kerugian di periode Januari-Juni 2018 ini berbanding terbalik dari periode yang sama tahun sebelumnya, di kala PLN masih mampu mencetak laba bersih sebesar Rp2,03 triliun pada semester I-2017.
PLN sebenarnya mampu mencetak kenaikan pendapatan usaha sebesar 7,44% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp131,54 triliun di semester I-2018. Kenaikan itu disumbang oleh melambungnya penjualan tenaga listrik sebesar 7,37% YoY ke Rp127,16 triliun .
Sebenarnya, pemerintah sudah meningkatkan nominal subsidi sebesar 7,5% YoY menjadi Rp25,02 triliun pada semester I-2018, namun tidak cukup untuk menyelamatkan laba usaha (setelah subsidi) PLN. Sebagai informasi, laba usaha PLN tergerus 8,54% YoY menjadi Rp14,13 triliun.
Perlu dicatat, itu baru laba usaha. Apabila ditinjau lebih jauh, ternyata laba sebelum pajak PLN (laba usaha ditambah/dikurangi penghasilan/beban lain-lain, kerugian kurs, dan penghasilan/beban keuangan) turun lebih dari setengahnya (sekitar 63,85%) ke Rp1,84 triliun di semester I-2018, apabila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Biang keroknya adalah melambungnya kerugian kurs mata uang asing (bersih) lebih dari 5.000% YoY, dari semula hanya sebesar Rp222,45 miliar di semester I-2017, menjadi Rp11,58 triliun di semester I-2018.
Sebagai informasi, di periode Januari-Juni 2018 nilai tukar rupiah memang anjlok nyaris 6% terhadap dolar AS. Tak pelak, depresiasi rupiah sedalam itu menjadi tamparan keras bagi kesehatan keuangan PLN. Padahal di sisi lain, penghasilan lain-lain PLN mampu meningkat 9 kali lipat menjadi Rp9 triliun, namun dampaknya jadi tidak terasa akibat membengkaknya kerugian kurs.
Dipotong pajak yang juga membengkak lebih dari dua kali lipat dari tahun sebelumnya (134,97% YoY) menjadi Rp7,19 triliun, maka PLN resmi mencetak rugi bersih sebesar Rp5,35 triliun di semester I-2018 ini.
Dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Direktur PLN Syofvi Felienty Roekman mengakui kerugian memang dipicu oleh pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi belakangan ini. Pelemahan tersebut telah meningkatkan beban operasional PLN baik untuk membeli batu bara, gas maupun bahan bakar minyak.
"Pada waktu penyusunan rencana kerja awal tahun, asumsi rupiah masih Rp 13.400, sekarang sudah di atas Rp 14.000 per dolar AS, itu memberi pengaruh," katanya saat menghadiri Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR, Rabu (29/8/2018).
Syofvi mengatakan, sebenarnya PLN sudah berupaya untuk melakukan lindung nilai untuk menghindari pembengkakan biaya operasional akibat pelemahan nilai tukar rupiah. Tapi, lindung nilai tersebut hanya berlaku untuk tiga sampai enam bulan.
(RHG/gus) Next Article Melesat, PLN Cetak Laba Rp 10,8 T di Kuartal III-2019
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular