
Impor Minyak Terancam Bengkak, Apa Kabar Revitalisasi Kilang?
Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
23 August 2018 14:31

Jakarta, CNBC Indonesia- Target lifting minyak RI semakin turun di tahun-tahun mendatang. Di 2019 misalnya, pemerintah cuma menargetkan lifting 750 ribu barel per hari, turun dibanding target tahun ini yang 800 ribu barel per hari.
Dikutip dari Nota Keuangan RAPBN 2019, pemerintah bahkan memproyeksi lifting minyak bumi dalam jangka menengah pada kisaran 589 barel per hari, akibat adanya beberapa hambatan dari sisi eksplorasi dan teknis.
Turunnya lifting ini jelas berdampak ke sisi impor minyak baik mentah maupun bahan bakar minyak (BBM). "Sudah pasti impor akan meningkat, baik minyak mentah maupun BBM. Sekarang saja sudah meningkat, karena defisit sekitar 700-800 ribu bph," ujar Pengamat Energi Fabby Tumiwa saat dihubungi, Selasa (21/8/2018).
Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) secara kumulatif, dari periode Januari-Juli 2018, defisit migas sudah mencapai US$6,65 miliar, atau sekitar Rp97,37 triliun menggunakan kurs rupiah saat ini. Nilai itu melambung sekitar 44% dari capaian di periode yang sama tahun lalu sebesar US$4,62 miliar.
Untuk menekan impor makin tinggi, terutama impor BBM, salah satu solusinya adalah dengan membangun kilang.
Secara jangka panjang, penguatan hilirisasi migas dalam negeri perlu menjadi ujung tombak. Janji Presiden Joko Widodo untuk membangun dan memperluas kilang minyak dalam negeri juga harus terealisasi.
Bangun kilang baru mungkin masih susah, tapi yang paling bisa cepat dilakukan adalah revitalisasi kilang-kilang RI yang sudah berumur.
Dalam daftar Proyek Strategis Nasional juga direncanakan proyek Revitalisasi 5 Minyak Kilang Eksisting (RDMP). Kilang minyak eksisting yang akan ditingkatkan kapasitasnya, di antaranya Cilacap, Balongan, Dumai, Balikpapan, dan Plaju.
Yang paling sering jadi bahasan dalam 3 tahun terakhir adalah soal revitalisasi kilang Cilacap. Sejak 2016 disebut bahwa ada investor timur tengah yang bakal turut investasi di kilang terbesar RI ini, yakni perusahaan migas Arab, Saudi Aramco.
Saudi Aramco menjanjikan bersedia investasi hingga US$ 6 miliar atau setara Rp 87 triliun. Tapi tentu saja dengan syarat harus mendapat berbagai insentif dari pemerintah, mulai dari tax holiday , lahan, dan penyerahan aset ke anak perusahaan nantinya.
Tak kunjung dapat kepastian, Pertamina bahkan sempat berencana memutuskan kerjasama dengan Saudi Aramco. Apalagi untuk insentif-insentif yang diminta, Pertamina harus menunggu juga jawaban dari Kementerian Keuangan hingga Kementerian Koordinator Perekonomian.
"Sudah dijawab OK, dapat masih masuk. Memang kita perlu yang namanya kilang supaya mengurangi impor BBM melulu. Sebelumnya itu, kemudian kita bisa kembangkan petrokimia untuk produk-produk hulu. Jadi kami anggap ini proyek bersama," kata Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, dijumpai usai rapat terkait kilang ini di kantornya, Selasa (21/8/2018).
Meski sudah menyanggupi, kini gantian pemerintah yang menagih ke Saudi Aramco. Jika semua fasilitas diberikan, kapan Saudi Aramco bakal masuk investasinya. "Kami minta jawaban kesiapannya kapan. Setelah kami kirim jawaban mengenai fasilitas pajak itu, mereka sudah positif," kata Darmin.
Pemerintah dikabarkan sudah siap regulasi untuk perlancar investasi, Saudi Aramco juga sudah umumkan siap investasi triliunan rupiah. Dengan kondisi ini, semestinya dalam waktu dekat sudah ada kabar baik kapan revitalisasi kilang Cilacap dimulai.
Tapi sampai saat ini, belum ada peryataan maupun keterangan yang bisa dikutip untuk memastikan bisakah proyek ini berjalan sesuai harapan?
(gus) Next Article Rampok RI Rp 1 T/Bulan, Duit Mafia Migas Nyebar ke Mana-mana
Dikutip dari Nota Keuangan RAPBN 2019, pemerintah bahkan memproyeksi lifting minyak bumi dalam jangka menengah pada kisaran 589 barel per hari, akibat adanya beberapa hambatan dari sisi eksplorasi dan teknis.
Turunnya lifting ini jelas berdampak ke sisi impor minyak baik mentah maupun bahan bakar minyak (BBM). "Sudah pasti impor akan meningkat, baik minyak mentah maupun BBM. Sekarang saja sudah meningkat, karena defisit sekitar 700-800 ribu bph," ujar Pengamat Energi Fabby Tumiwa saat dihubungi, Selasa (21/8/2018).
Untuk menekan impor makin tinggi, terutama impor BBM, salah satu solusinya adalah dengan membangun kilang.
Secara jangka panjang, penguatan hilirisasi migas dalam negeri perlu menjadi ujung tombak. Janji Presiden Joko Widodo untuk membangun dan memperluas kilang minyak dalam negeri juga harus terealisasi.
Bangun kilang baru mungkin masih susah, tapi yang paling bisa cepat dilakukan adalah revitalisasi kilang-kilang RI yang sudah berumur.
Dalam daftar Proyek Strategis Nasional juga direncanakan proyek Revitalisasi 5 Minyak Kilang Eksisting (RDMP). Kilang minyak eksisting yang akan ditingkatkan kapasitasnya, di antaranya Cilacap, Balongan, Dumai, Balikpapan, dan Plaju.
Yang paling sering jadi bahasan dalam 3 tahun terakhir adalah soal revitalisasi kilang Cilacap. Sejak 2016 disebut bahwa ada investor timur tengah yang bakal turut investasi di kilang terbesar RI ini, yakni perusahaan migas Arab, Saudi Aramco.
Saudi Aramco menjanjikan bersedia investasi hingga US$ 6 miliar atau setara Rp 87 triliun. Tapi tentu saja dengan syarat harus mendapat berbagai insentif dari pemerintah, mulai dari tax holiday , lahan, dan penyerahan aset ke anak perusahaan nantinya.
Tak kunjung dapat kepastian, Pertamina bahkan sempat berencana memutuskan kerjasama dengan Saudi Aramco. Apalagi untuk insentif-insentif yang diminta, Pertamina harus menunggu juga jawaban dari Kementerian Keuangan hingga Kementerian Koordinator Perekonomian.
"Sudah dijawab OK, dapat masih masuk. Memang kita perlu yang namanya kilang supaya mengurangi impor BBM melulu. Sebelumnya itu, kemudian kita bisa kembangkan petrokimia untuk produk-produk hulu. Jadi kami anggap ini proyek bersama," kata Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, dijumpai usai rapat terkait kilang ini di kantornya, Selasa (21/8/2018).
Meski sudah menyanggupi, kini gantian pemerintah yang menagih ke Saudi Aramco. Jika semua fasilitas diberikan, kapan Saudi Aramco bakal masuk investasinya. "Kami minta jawaban kesiapannya kapan. Setelah kami kirim jawaban mengenai fasilitas pajak itu, mereka sudah positif," kata Darmin.
Pemerintah dikabarkan sudah siap regulasi untuk perlancar investasi, Saudi Aramco juga sudah umumkan siap investasi triliunan rupiah. Dengan kondisi ini, semestinya dalam waktu dekat sudah ada kabar baik kapan revitalisasi kilang Cilacap dimulai.
Tapi sampai saat ini, belum ada peryataan maupun keterangan yang bisa dikutip untuk memastikan bisakah proyek ini berjalan sesuai harapan?
(gus) Next Article Rampok RI Rp 1 T/Bulan, Duit Mafia Migas Nyebar ke Mana-mana
Most Popular