
Pakai B20, Negara Bisa Hemat Sampai Rp 49 T
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
14 August 2018 12:05

Jakarta, CNBC Indonesia- Menteri Koordiantor Bidang Kemaritiman Luhut B Pandjaitan mengatakan, estimasi dampak langsung terhadap penghematan devisa dengan penerapan B20 bisa mencapai US$ 3,36 miliar atau setara Rp 49 triliun dengan asumsi harga minyak US$ 80 per barel.
Hal tersebut, lanjut Luhut, jika menggunakan skenario harga minyak mencapai US$ 80 per barel. Sedangkan, apabila menggunakan skenario harga minyak US$ 75 per barel, maka penghematan devisa yang bisa terjadi yakni sebesar US$ 3,15 miliar, dan US$ 2,94 miliar apabila menggunakan asumsi harga minyak US$ 70 per barel.
"Realisasi ini mandatory baik untuk Public Service Obligation (PSO) maupun non-PSO. Semua sudah kami kerjakan, dan ini bisa mengurang impor crude oil seperti yang sudah disinggung sebelumnya," ujar Luhut saat dijumpai dalam acara Shell Skenario Forum, di Jakarta, Selasa (14/8/2018).
Lebih lanjut, Luhut memaparkan, jika menggunakan B20, akan ada penghematan volume impor minyak mentah mencapai 42 juta barel, dan terdapat efisiensi 78% terhadap kilang minyak Pertamina untuk bahan bakar minyak (BBM) jenis Solar.
Selain itu, juga ada peningkatan devisa dalam penerapan B20 bisa mencapai US$ 9,36 miliar atau setara Rp 136,81 triliun, dengan asumsi kenaikan harga CPO sebesar US$ 200 per ton.
Namun, tambah Luhut, jika harga CPO diestimasikan sebesar US$ 150 per ton, maka peningkatan devisa yang terjadi bisa sebesar US$ 7,65 miliar, dan jika harga CPO diasumsikan sebesar US$ 100 per ton, maka peningkatan devisa yang terjadi sebesar US$ 5,94 miliar.
"Dampak biaya untuk polusi, kemacetan lalu lintas itu besar, kami akan cari apapun yang bisa diefisienkan untuk menjaga ekonomi kita jangan sampai goyah," tandas Luhut.
(gus) Next Article Luhut: Jika B20 Jalan, Proyek Infrastruktur Tak Perlu Ditunda
Hal tersebut, lanjut Luhut, jika menggunakan skenario harga minyak mencapai US$ 80 per barel. Sedangkan, apabila menggunakan skenario harga minyak US$ 75 per barel, maka penghematan devisa yang bisa terjadi yakni sebesar US$ 3,15 miliar, dan US$ 2,94 miliar apabila menggunakan asumsi harga minyak US$ 70 per barel.
Lebih lanjut, Luhut memaparkan, jika menggunakan B20, akan ada penghematan volume impor minyak mentah mencapai 42 juta barel, dan terdapat efisiensi 78% terhadap kilang minyak Pertamina untuk bahan bakar minyak (BBM) jenis Solar.
Selain itu, juga ada peningkatan devisa dalam penerapan B20 bisa mencapai US$ 9,36 miliar atau setara Rp 136,81 triliun, dengan asumsi kenaikan harga CPO sebesar US$ 200 per ton.
Namun, tambah Luhut, jika harga CPO diestimasikan sebesar US$ 150 per ton, maka peningkatan devisa yang terjadi bisa sebesar US$ 7,65 miliar, dan jika harga CPO diasumsikan sebesar US$ 100 per ton, maka peningkatan devisa yang terjadi sebesar US$ 5,94 miliar.
"Dampak biaya untuk polusi, kemacetan lalu lintas itu besar, kami akan cari apapun yang bisa diefisienkan untuk menjaga ekonomi kita jangan sampai goyah," tandas Luhut.
(gus) Next Article Luhut: Jika B20 Jalan, Proyek Infrastruktur Tak Perlu Ditunda
Most Popular