
Target Produksi Megaproyek Laut Dalam Chevron Molor Lagi
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
14 August 2018 10:12

Jakarta, CNBC Indonesia- Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan, proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) akan beroperasi (onstream) terlambat tiga bulan dari jadwal yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Hal itu, lanjut Djoko, disebabkan penambahan waktu kajian yang diberikan pemerintah kepada kontraktor migas asal Amerika Serikat tersebut untuk kembali menelaah dan merevisi proposal pasca dikeluarkannya Wilayah Kerja (WK) Makassar Strait dari proyek IDD (adendum).
"Mereka kan diberi tambahan waktu tiga bulan untuk revisi lagi proposal adendumnya. Paling lambat Oktober ini harus sudah clear semua proposal IDD-nya," ujar Djoko kepada media saat dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (13/8/2018).
Lebih lanjut, ia pun menyebutkan, dengan dikeluarkannya WK Makassar Strait, secara otomatis tentu menurunkan lagi biaya untuk pengerjaan proyek ini.
Sebagai informasi, nasib WK Makassar Strait akhirnya berujung menjadi blok terminasi, setelah Chevron sebagai salah satu kontraktor eksistingnya memutuskan untuk mundur. Begitu juga Pertamina serta Sinopex, tidak berminat melanjutkan operasional mereka di WK tersebut.
Ketika dijumpai beberapa waktu lalu, Djoko mengatakan, Chevron memutuskan untuk tidak memperpanjang operasional mereka di WK tersebut karena didasarkan alasan keekonomian. Ini karena Chevron meminta diskresi mendapatkan tambahan porsi saham di atas ketentuan gross split yang diatur pemerintah.
Diskresi, jelas Djoko, adalah kewenangan Menteri untuk memberikan tambahan split kepada kontraktor. "Kalau kami lelang, mungkin nanti ada kontraktor besar lainnya yang mau," ujar Djoko.
Selain itu, meski tidak mendapatkan perpanjangan hak kelola blok Rokan, Chevron Pasific Indonesia masih tetap berencana melanjutkan pengembangan proyek Indonesia Deepwater Development (IDD).
Saat ini, Chevron mengaku terus melanjutkan diskusi dengan pemerintah Indonesia. "Kami masih terus berdiskusi dengan pemerintah Indonesia. Adapun, ruang lingkup proyek yang direvisi untuk IDD Tahap 2 telah menghasilkan pengurangan modal dan operasi yang signifikan," ujar External Affairs Advisor Chevron Asia Pacific Exploration and Production Cameron Van Ast saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (8/8/2018)
(gus) Next Article Lepas Makassar Strait, Chevron Masih Minat Garap IDD
Hal itu, lanjut Djoko, disebabkan penambahan waktu kajian yang diberikan pemerintah kepada kontraktor migas asal Amerika Serikat tersebut untuk kembali menelaah dan merevisi proposal pasca dikeluarkannya Wilayah Kerja (WK) Makassar Strait dari proyek IDD (adendum).
"Mereka kan diberi tambahan waktu tiga bulan untuk revisi lagi proposal adendumnya. Paling lambat Oktober ini harus sudah clear semua proposal IDD-nya," ujar Djoko kepada media saat dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (13/8/2018).
Lebih lanjut, ia pun menyebutkan, dengan dikeluarkannya WK Makassar Strait, secara otomatis tentu menurunkan lagi biaya untuk pengerjaan proyek ini.
Ketika dijumpai beberapa waktu lalu, Djoko mengatakan, Chevron memutuskan untuk tidak memperpanjang operasional mereka di WK tersebut karena didasarkan alasan keekonomian. Ini karena Chevron meminta diskresi mendapatkan tambahan porsi saham di atas ketentuan gross split yang diatur pemerintah.
Diskresi, jelas Djoko, adalah kewenangan Menteri untuk memberikan tambahan split kepada kontraktor. "Kalau kami lelang, mungkin nanti ada kontraktor besar lainnya yang mau," ujar Djoko.
Selain itu, meski tidak mendapatkan perpanjangan hak kelola blok Rokan, Chevron Pasific Indonesia masih tetap berencana melanjutkan pengembangan proyek Indonesia Deepwater Development (IDD).
Saat ini, Chevron mengaku terus melanjutkan diskusi dengan pemerintah Indonesia. "Kami masih terus berdiskusi dengan pemerintah Indonesia. Adapun, ruang lingkup proyek yang direvisi untuk IDD Tahap 2 telah menghasilkan pengurangan modal dan operasi yang signifikan," ujar External Affairs Advisor Chevron Asia Pacific Exploration and Production Cameron Van Ast saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (8/8/2018)
(gus) Next Article Lepas Makassar Strait, Chevron Masih Minat Garap IDD
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular