Internasional

Diskusi Dagang dengan AS Bagai Buah Simalakama bagi PM Jepang

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
10 August 2018 17:23
Diskusi Dagang dengan AS Bagai Buah Simalakama bagi PM Jepang
Foto: REUTERS/Issei Kato
Jakarta, CNBC Indonesia - Jepang memiliki dua pilihan sulit saat melanjutkan pembicaraan perdagangan dengan Amerika Serikat (AS), yaitu dikenakan bea masuk otomotif atau membuat kesepakatan yang bisa mengurangi dukungan Perdana Menteri (PM) Shinzo Abe di dalam negeri.

Diskusi bilateral antara AS dan Jepang sedang berlangsung di Washington. Pemerintahan Presiden AS Donald Trump memiliki posisi yang lebih kuat karena mereka "menggunakan ancaman tarif impor otomotif dengan cukup efektif," kata Tobias Harris selaku Wakil Direktur Tenego Intelligence.

Ekspor mobil ke AS adalah sumber utama pertumbuhan Jepang dengan menyumbang sekitar 1% ke produk domestik bruto (PDB) negara itu, menurut statistik perdagangan kedua negara. AS telah berkata pihaknya mempertimbangkan penerapan bea masuk hingga 25% untuk produk otomotif impor yang dapat mengurangi permintaan mobil-mobil Jepang.

"Menurut saya Jepang sekarang berada di posisi di mana mereka harus memilih antara menerima tarif impor itu - yang menurut saya tidak bisa diterima - dan kemungkinan membuat konsesi di area-area yang sulit secara politik untuk Abe. Jadi mereka akan mencari cara untuk menarik benang merah antara dua pilihan yang tidak menyenangkan itu," kata Harris kepada CNBC International hari Jumat (10/8/2018).

Abe sedang menuju persaingan kepemimpinan di dalam partainya sendiri bulan depan. Memenangkan pemilihan di Partai Liberal Demokrat akan membuatnya berada di jalur untuk berkuasa selama tiga periode.

Majelis parlemen tinggi Jepang juga akan mengadakan pemilihan tahun depan dan membuat terlalu banyak konsesi dengan AS dapat mengurangi basis dukungan politiknya, kata para analis.

Abe bisa menawarkan akses lebih besar ke AS di sektor pertanian guna menghindari bea impor otomotif, kata beberapa pengamat. Sebelumnya Tokyo sudah melakukannya ketika memasuki pakta perdagangan multilateral Trans-Pacific Partnership dengan AS, yang pada akhirnya keluar dari kesepakatan itu.

Namun, membuat tawaran sama dalam pengaturan bilateral akan menjadi hal sulit bagi Abe karena Jepang bisa dianggap menyerah ke AS, kata para analis.

"Mari mengingat dari mana Perdana Menteri Abe berasal: Dia adalah seorang konservatif, dia hawkish, dia datang dari sayap kanan LDP, dan basis kekuatan tradisionalnya adalah para petani," kata Andrew Staples selaku Global Editorial Director and Southeast Asia Director di The Economist Corporate Network kepada CNBC hari Jumat.
Setelah serangkaian diskusi pertama di hari Kamis (9/8/2018), para pejabat dari kedua belah pihak mengatakan mereka memahami posisi masing-masing tentang perdagangan dengan lebih baik.

Menteri Perekonomian Jepang Toshimitsu Motegi mengatakan kedua belah pihak memiliki "pertukaran pandangan yang gamblang dan mendalami pemahaman bersama".


Dia mengatakan kepada para awak media bahwa dia menegaskan kembali pandangan Jepang bahwa diskusi multilateral, yang sudah ditinggalkan AS, adalah cara terbaik untuk menangani isu-isu perdagangan.

Perwakilan Perdagangan AS (US Trade Representative/USTR) Robert Lighthizer mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa para pejabat dari kedua negara "bertukar pandangan tentang semua isu perdagangan bilateral yang menyeluruh dan membangun" dan "memahami keadaan satu sama lain untuk diskusi lebih lanjut dan berencana untuk terus lanjut dengan diskusi-diskusi tambahan".

Jepang ada di antara negara-negara yang menjadi target kebijakan-kebijakan Trump yang bertujuan mengurangi ketidakseimbangan perdagangan antara AS dan mitra-mitra perdagangannya.

Pada tahun 2017, AS mencatatkan defisit perdagangan senilai US$68,9 miliar (Rp 997,6 triliun) dengan Jepang, angka tertinggi ketiga setelah China dan Meksiko, menurut data dari Biro Sensus AS.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular