Alasan Agresifnya Investor Jepang & Korsel Akuisisi Bank RI

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 August 2018 19:07
Inilah kenapa bank-bank asing gencar melakukan ekspansi dengan menggaet bank-bank domestik.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank-bank asing terbilang cukup gencar melakukan ekspansi di Indonesia dengan menggaet bank-bank domestik belakangan ini. Pada hari Jumat kemarin (3/8/2018), transaksi di pasar saham tercatat mencapai Rp 23,2 triliun, dimana sebanyak Rp 16,3 triliun terjadi untuk mendongkrak kepemilikan MUFG Bank atas PT Bank Danamon Tbk (BDMN) menjadi 40%.

Selain MUFG Bank, ada juga bank asal jepang lainnya yakni Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) yang akan melebur dua anak usahanya di Indonesia yakni PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI) dengan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN).

Tak hanya bank asal Jepang, bank asal Korea juga cukup gencar dalam berekspansi di tanah air dengan menggandeng bank-bank tanah air. Beberapa tahun silam, salah satu lembaga keuangan terbesar di Korea Selatan yakni Shinhan Bank mengambil alih mayoritas saham Bank Metro Express dan Bank Centratama Nasional Bank, sebelum kemudian meleburnya menjadi Shinhan Bank Indonesia.

Kemudian, Apro Financial Co Ltd masuk ke Indonesia dengan mengambilalih Bank Andara. Sesuai restu Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Apro juga mengambil satu bank lain yaitu Bank Dinar Indonesia .

Lantas, apa menariknya bank-bank di tanah air sehingga bank-bank asing gencar menyasar mereka?

Profitabilitas Lebih Menggiurkan

Profitabilitas sebuah bank utamanya ditentukan oleh dua hal, yakni marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) dan penyaluran kredit. Indonesia sebagai negara berkembang sangat unggul dalam kedua hal tersebut.

Berdasarkan data yang dihimpun CNBC Indonesia, NIM dari 3 lembaga keuangan/bank besar di Jepang yakni Sumitomo Mitsui Financial Group, Mizuho, dan MUFG Bank per Juli 2017 adalah di bawah 1%. Sementara itu, pada kuartal-I 2018, NIM perbankan Korea Selatan tercatat hanya sebesar 1,58%. Khusus untuk Shinhan Bank, NIM periode kuartal-II 2018 tercatat sebesar 1,63%.

Bandingkan dengan Indonesia. Mengutip Statistik Perbankan Indonesia periode Mei 2018 yang diterbitkan OJK, NIM dari bank umum konvensional adalah sebesar 5,09%. Walaupun turun dibandingkan posisi akhir 2017 yang sebesar 5,32%, nilainya tetap saja besar jika dibandingkan dengan yang dimiliki bank-bank di Jepang dan Korea Selatan.

NIM yang jauh lebih besar menandakan bahwa dengan nilai penyaluran kredit yang sama, bank-bank di Indonesia bisa meraup keuntungan yang jauh lebih besar.

Berbicara mengenai penyaluran kredit, melansir Reuters, penyaluran kredit perbankan di Indonesia tumbuh sebesar 10,75% YoY per Juni 2018. Sebagai perbandingan, penyaluran kredit di Jepang per Juni 2018 hanya tumbuh sebesar 2,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara di Korea Selatan, penyaluran kredit domestik per akhir Mei 2018 hanya tumbuh sebesar 6,6% YoY.

Bank-Bank Kecil Jadi Bisa Bersaing

Gencarnya ekspansi bank-bank asing di tanah air bisa menjadi peluang bagi bank-bank kategori BUKU I-III. Selama ini, bank-bank tersebut terutama kategori BUKU I dan II seringkali mencatatkan kinerja keuangan yang kurang menggembirakan.

Buruknya kinerja mereka disebabkan oleh ketidakmampuan bersaing dengan bank-bank BUKU IV. Berbeda dengan bank-bank BUKU IV yang dapat mengandalkan dana murah seperti tabungan, bank-bank kecil sangat bergantung kepada deposito yang bunganya lebih tinggi untuk mengumpulkan dana masyarakat.

Per Mei 2018, OJK mencatat bahwa porsi deposito dalam total dana pihak ketiga (DPK) bank BUKU IV adalah sebesar 34%, jauh lebih rendah dari bank BUKU I (56%), BUKU II (54%), dan BUKU III (56%).

Ketika ingin menerbitkan deposito pun, bank-bank kecil tentunya harus memberikan bunga yang lebih mahal untuk tenor yang sama jika dibandingkan dengan bank-bank BUKU IV, seiring dengan resiko gagal bayar yang lebih tinggi. Pada akhirnya, suku bunga kredit yang ditawarkan pun menjadi kurang kompetitif, sehingga penyalurannya terbatas.

Lantas, kemitraan strategis menjadi salah satu cara bagi bank-bank kecil untuk dapat bersaing dengan bank-bank BUKU IV. Ketika bank asing menyuntikkan dana segar, bank-bank kecil akan memiliki kapasitas yang lebih baik dalam menghadapi persaingan. Adanya transfer teknologi dan sumber daya juga akan meningkatkan efektivitas bank dan membantu kinerja mereka.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/roy) Next Article Kuartal II Saham Danamon Anjlok 38%, MUFG Buntung Rp 25 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular