Freeport dan Rokan, Dua Kado Istimewa untuk Kemerdekaan RI
Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
01 August 2018 13:05

Jakarta, CNBC Indonesia- Dalam sebulan terakhir, setidaknya ada dua kabar di sektor pertambangan yang cukup bikin gempar. Pertama adalah soal akuisisi tambang emas Freeport sebesar 51%, dan kedua soal tambang minyak blok Rokan yang berhasil direbut oleh perusahaan migas pelat merah.
Tambang emas PT Freeport Indonesia yang ada di Papua, masuk dalam jajaran tambang emas jumbo dunia. Begitu juga dengan blok Rokan, merupakan blok penghasil minyak terbanyak di RI dengan rata-rata produksi 210 ribu barel per hari.
Kedua aset tambang ini sebelumnya dikuasai oleh perusahaan asal Amerika Serikat berpuluh-puluh tahun. Freeport dikuasai oleh Freeport McMoran, dan blok Rokan oleh Chevron Pasific Indonesia.
Tapi banyak yang bilang bahwa dua langkah ini merupakan upaya pencitraan politik Presiden Joko Widodo (Jokowi) saja, demi mendongkrak elektabilitasnya di Pemilu 2019 mendatang.
Benarkah?
Direktur Eksekutif PT Freeport Indonesia Tony Wenas menangkis isu akuisisi 51% saham Freeport hanya sebatas politik. "Kami tidak ikut berpolitik, yang jelas kami anggap ini hal baik yang dilakukan. Lebih cepat selesai maka lebih bagus, kami bahkan berharap bisa selesai tahun lalu. Ini kebetulan saja memang 2018, pas timingnya di sini dan kebetulan mendekati pemilihan Presiden," kata Tony kepada CNBC Indonesia, 25 Juli mendatang.
Tangkisan juga datang dari Menteri ESDM Ignasius Jonan, ia menegaskan tidak ada yang namanya upaya nasionalisasi untuk penentuan pemenang blok Rokan. Presiden bilang jangan sampai kita dituduh nasionalisasi," ujar Jonan saat wawancara khusus di kantornya, Selasa (31/7/2018).
Jonan menjelaskan, arahan Presiden Joko Widodo soal siapa yang pegang blok Rokan mulai 2021 sangat jelas yakni harus berdasar pertimbangan komersial.
Lantas dapat apa RI dari Freeport dan Rokan?
Tambang emas PT Freeport Indonesia yang ada di Papua, masuk dalam jajaran tambang emas jumbo dunia. Begitu juga dengan blok Rokan, merupakan blok penghasil minyak terbanyak di RI dengan rata-rata produksi 210 ribu barel per hari.
Kedua aset tambang ini sebelumnya dikuasai oleh perusahaan asal Amerika Serikat berpuluh-puluh tahun. Freeport dikuasai oleh Freeport McMoran, dan blok Rokan oleh Chevron Pasific Indonesia.
Tapi banyak yang bilang bahwa dua langkah ini merupakan upaya pencitraan politik Presiden Joko Widodo (Jokowi) saja, demi mendongkrak elektabilitasnya di Pemilu 2019 mendatang.
Benarkah?
Direktur Eksekutif PT Freeport Indonesia Tony Wenas menangkis isu akuisisi 51% saham Freeport hanya sebatas politik. "Kami tidak ikut berpolitik, yang jelas kami anggap ini hal baik yang dilakukan. Lebih cepat selesai maka lebih bagus, kami bahkan berharap bisa selesai tahun lalu. Ini kebetulan saja memang 2018, pas timingnya di sini dan kebetulan mendekati pemilihan Presiden," kata Tony kepada CNBC Indonesia, 25 Juli mendatang.
Tangkisan juga datang dari Menteri ESDM Ignasius Jonan, ia menegaskan tidak ada yang namanya upaya nasionalisasi untuk penentuan pemenang blok Rokan. Presiden bilang jangan sampai kita dituduh nasionalisasi," ujar Jonan saat wawancara khusus di kantornya, Selasa (31/7/2018).
Jonan menjelaskan, arahan Presiden Joko Widodo soal siapa yang pegang blok Rokan mulai 2021 sangat jelas yakni harus berdasar pertimbangan komersial.
Lantas dapat apa RI dari Freeport dan Rokan?
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular