
Ekspor Sawit RI Semester I-2018 Turun 2%, Hanya 15,3 Juta Ton
Raydion Subiantoro, CNBC Indonesia
27 July 2018 13:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekspor minyak sawit Indonesia pada Semester I-2018 turun 2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, atau dari 15,62 juta ton menjadi 15,30 juta ton.
Dikutip dari siaran pers Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Jumat (27/7/2018), minyak sawit yang diekspor itu termasuk minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), palm kernel oil (PKO), dan produk turunan termasuk oleochemical dan biodiesel.
Di sisi lain, produksi minyak sawit justru naik cukup signifikan sebesar 23% dari 18,15 juta ton menjadi 22,32 juta ton.
Penurunan ekspor minyak sawit tercatat ke India hingga 34%, Uni Eropa sebesar 12%, dan Afrika mencapai 10%.
Turunnya ekspor ke India karena tingginya bea masuk yang diterapkan India dengan alasan untuk melindungi industri refinery di dalam negerinya.
Adapun penurunan ke Uni Eropa karena adanya isu deforestasi dan kebijakan penghapusan biofuel berbasis sawit oleh parlemen Eropa.
Sementara itu, peningkatan ekspor terjadi untuk pengiriman ke China mencapai 23% atau dari 1,48 juta ton menjadi 1,82 juta ton. Kenaikan ini dinilai karena adanya penurunan pajak pertambahan nilai untuk minyak nabati dari 11% menjadi 10% sejak 1 Mei 2018.
Pengiriman ke Amerika Serikat juga meningkat menjadi 611,08 ribu ton, atau naik 13% dari sebelumnya 542,70 ribu ton.
Kenaikan juga terjadi di Bangladesh sebesar 31%, Pakistan 7% dan negara Timur Tengah 4%.
(ray/dru) Next Article RI & Malaysia Akan Deklarasi Tolak Larangan CPO oleh Eropa
Dikutip dari siaran pers Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Jumat (27/7/2018), minyak sawit yang diekspor itu termasuk minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), palm kernel oil (PKO), dan produk turunan termasuk oleochemical dan biodiesel.
Di sisi lain, produksi minyak sawit justru naik cukup signifikan sebesar 23% dari 18,15 juta ton menjadi 22,32 juta ton.
Penurunan ekspor minyak sawit tercatat ke India hingga 34%, Uni Eropa sebesar 12%, dan Afrika mencapai 10%.
Turunnya ekspor ke India karena tingginya bea masuk yang diterapkan India dengan alasan untuk melindungi industri refinery di dalam negerinya.
Adapun penurunan ke Uni Eropa karena adanya isu deforestasi dan kebijakan penghapusan biofuel berbasis sawit oleh parlemen Eropa.
Sementara itu, peningkatan ekspor terjadi untuk pengiriman ke China mencapai 23% atau dari 1,48 juta ton menjadi 1,82 juta ton. Kenaikan ini dinilai karena adanya penurunan pajak pertambahan nilai untuk minyak nabati dari 11% menjadi 10% sejak 1 Mei 2018.
Pengiriman ke Amerika Serikat juga meningkat menjadi 611,08 ribu ton, atau naik 13% dari sebelumnya 542,70 ribu ton.
Kenaikan juga terjadi di Bangladesh sebesar 31%, Pakistan 7% dan negara Timur Tengah 4%.
(ray/dru) Next Article RI & Malaysia Akan Deklarasi Tolak Larangan CPO oleh Eropa
Most Popular